Syiar IslamTabligul Islam

Pelaku Maksiat Menderita Dunia dan Akhirat

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Nabila Zidane (Forum Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban)

Kenapa ya, ada orang yang gemar bermaksiat tapi hidupnya enak-enak aja? bergelimang harta, bisa pergi ke mana-mana bahkan ke mancanegara. Makan pagi di Jakarta, makan siang di Singapura, makan malam di Malaysia. Seperti tidak pernah kekurangan harta dan terlihat bahagia.

Padahal ia punya kebiasaan yang tidak berakhlak, mengumbar aurot di mana-mana, bergaul tanpa batasan antara laki-laki dan perempuan, doyan miras bahkan narkoba serta dunia gemerlap lainnya yang jelas-jelas melanggar syariat.

Bahkan para pelaku maksiat ini dengan harta dan jabatan yang mereka miliki justru tampak makin perkasa dengan bertindak biadab dan sewenang-wenang kepada masyarakat kecil. Bahkan mereka tega memfitnah dan menangkapi pejuang syariat, mengkriminalisasi ulama dan aktivis Islam serta menghina ulama secara terang-terangan. Parahnya mereka justru dilindungi dan tidak ada hukuman atas semua tindakannya itu.

Namun, para pendukung maksiat ini seketika bisu, seketika buta, dan seketika tuli terhadap ketamakan para penjajah sumber daya alam. Katanya harus optimis menghadapi krisis, tetapi saat mendengar solusi Islam mereka justru pesimis dan terang-terangan menolak dengan seribu alasan.

Inilah dahsyatnya kekuatan sekularisme yang berhasil merusak pemikiran dan kesadaran kaum muslim. Sistem sekuler kapitalislah yang menyuburkan kemaksiatan. Diterapkannya sistem sekuler kapitalis ini menjadikan manfaat sebagai asas dalam kehidupan tak peduli Allah rida atau tidak alias menabrak halal-haram.

Di negeri ini kebebasan sangat diagungkan baik kebebasan beragama, berpendapat, kepemilikan, dan berperilaku. Hal inilah yang menjadi dalang dari pemikiran dan tingkah laku yang menyimpang. Begitu beratnya kerusakan masyarakat hingga akal sehat dan nalurinya sudah tertutup oleh hawa nafsu.

Dampaknya aturan agama pun berani mereka abaikan. Pada akhirnya mereka hidup serba bebas, semaunya sendiri. Maka wajar jika di dalam sistem kapitalisme ini para pelaku maksiat merasa hidupnya baik-baik aja.

Mereka sebenarnya lupa bahwa Allah-lah yang memberi mereka kesempatan untuk tinggal di bumi Allah. Seharusnya mereka wajib taat dan patuh atas segala aturan Allah Swt. Hidup di dunia hanyalah ujian dan semua perbuatan kita ada balasannya. Dan balasan bagi orang yang berbuat maksiat adalah pasti.

وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ

Artinya: “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”
(QS Al Zalzalah: 8)

Para pelaku maksiat tampak segar bugar, berumur panjang dan mempunyai harta yang banyak. Mereka sedang salah mengira bahwa dirinya tidak dihukum. Padahal ketidaksadaran mereka bahwa mereka tengah dihukum itu adalah hukuman dari Allah. Akhirnya merekapun bermaksiat lagi, lagi, dan lagi.

Para ulama menyebutnya istidraj yaitu kesenangan dan kenikmatan yang diberikan Allah ta’ala kepada orang-orang yang jauh dari-Nya atau suka bermaksiat. Dalam pengertian lain istidraj merupakan nikmat yang hakikatnya adalah hukuman dari Allah.

فَلَمَّا نَسُوا۟ مَا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَٰبَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُوا۟ بِمَآ أُوتُوٓا۟ أَخَذْنَٰهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS Al-An’am: 44)

Ibnu al-Qayyim rahimahullah meringkas akibat maksiat dalam bukunya yang berjudul “Al-Fawaid” di antara efek maksiat ialah pelakunya tidak banyak mendapatkan hidayah, pikirannya kacau, ia tidak bisa melihat kebenaran dengan jelas, batinnya rusak, daya ingat yang lemah, waktunya hilang sia-sia, dibenci manusia, hubungannya dengan Allah renggang, doanya tidak dikabulkan, hatinya keras, keberkahan dalam rezeki dan umurnya pun musnah, diharamkan mendapatkan ilmu, hina dan dihinakan musuh, dadanya sesak, diuji dengan teman-teman jahat yang merusak hati dan menyia-nyiakan waktu, cemas berkepanjangan, sumber rezekinya seret, dan hatinya pun tergoncang.

Hilang rasa takutnya kepada Allah hingga mereka lupa diri dan terus terlena dalam kemaksiatan alias mati rasa. Tanpa sadar mereka sedang menunggu datangnya azab Allah yang pedih.

Bagi orang yang berakal seharusnya berbagai kegelisahan di atas dapat menjadi alarm buat mereka supaya bertobat menyudahi segala bentuk kemaksiatan. Namun, apa daya mereka cenderung menuruti hawa nafsunya hingga penderitaan hidup di dunia dan akhirat pasti didapatkannya.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 113

Comment here