Oleh Ita Riyatna
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Dalam rangka meningkatkan perekonomian dan mengurangi angka pengangguran khususnya bagi pemuda di wilayah bandung, Pemkab mengadakan program pengentasan pengangguran generasi muda yang bekerjasama dengan Komunitas Tangan di Atas (TDA) Bandung. Dalam pelaksanaannya DTA menggelar pelatihan kewirausahaan bagi para pemuda kabupaten bandung dengan mengusung tema Building Resilient and safe future Generation (BESTARI). Dengan pelatihan Kewirausahaan ini, generasi muda di Bandung didorong untuk mampu menjadi seorang wirausaha yang unggul, inovatif, berdaya saing dan ikut berperan dalam menekan angka pengangguran. Kegiatan diikuti oleh pemuda pemudi dengan rentang usia 18 sampai 24 tahun dan dilaksanakan di Bale Desa Bale endah Bojong manggu dan katapang. Komunitas (TDA) berharap dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan jaringan bisnis dan menambah kas TDA daerah nantinya kegiatan ini akan di lakukan secara rutin sehingga para peserta dapat scale up bisnis dan bisa mencapai target.
Tingkat pengangguran usia muda memang sangat memprihatinkan, ditambah lagi pengangguran usia 30 tahun ke atas sebagai dampak dari pandemi yang hingga saat ini belum mendapatkan pekerjaan secara layak. Ini menunjukkan banyak masalah yang tak terselesaikan walaupun berbagai program telah dilakukan. Seperti kartu pra kerja, bantuan sosial, penggalaan petani millenial dll. Dan semua itu tak mengurangi jumlah pengangguran. Seharusnya, pemerintah berpikir keras bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk pengangguran di berbagai usia ini, bukan hanya dengan memberikan pelatihan Kewirausahaan saja yang pada akhirnya akan menimbulkan permasalahan-permasalahan baru lainnya.
Kemampuan atau skill memang merupakan bagian penting dari kualitas dan daya saing sumber daya manusia atau tenaga kerja. Namun, yang jadi problem tingginya jumlah pengangguran adalah sempitnya akses masyarakat terhadap lapangan kerja sehingga berdampak pada minimnya kesejahteraan.
Dan pada riilnya, untuk berwirausaha itu dibutuhkan modal yang besar, maka dibutuhkan fasilitator dan pemerintah tentu menjadi sang regulator. Sungguh miris hidup di negri yang memiliki kekayaan yang melimpah ruah namun ketimpangan pendapatan, kemiskinan dan pengangguran merajalela, kekayaan alamnya dikuasai segelintir orang, pertumbuhan ekonomi dinikmati para oligarki. Ini semua merupakan konsekuensi dari pemberlakuan kapitalisme.
Sementara, islam mempunyai mekanisme dalam menjamin kesejahteraan umat. Laki-laki diwajibkan untuk bekerja yang disupport langsung oleh negara dengan sistem pendidikan islam, sehingga laki-laki memiliki kepribadian islam dan memiliki kemampuan yang mumpuni yang kemudian negara menyediakan lapangan kerja yang kondusif dengan membuka sektor-sektor yang memiliki potensi besar, seperti, pertambangan, pertanian, perikanan, perindustrian, perkebunan dll, yang kesemuanya diurus oleh negara secara merata tanpa keterlibatan pibak swasta. Adapun bagi mereka yang lemah dan tidak mampu bekerja maka, negara akan memberikan bantuan modal dan memberi keahlian sesuai dengan kemampuan mereka. Negara pun akan mempermudah dan menggratiskan layanan publik, sehingga tidak menghalangi mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hidup secara layak.
Maka, untuk menerapkan mekanisme tersebut, dibutuhkan sebuah sistem yang benar-benar mampu menerapkannya sehingga kesejahteraan itu bisa dinikmati oleh seluruh umat manusia. Sistem itu adalah sistem islam yang aturannya berlandaskan kepada aturan sang pencipta alam semesta.
Views: 9
Comment here