Opini

Pemasungan Anak : Potret Buram Kapitalisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Eki Efrilia Adijanti

wacana-edukasi.com– Di zaman teknologi informasi yang semakin canggih, untuk menggali ilmu sebanyak-banyak termasuk ilmu parenting bagaimana menjadi orangtua yang baik buat anak-anak, ternyata tetap saja ada kasus-kasus penganiayaan terhadap anak dan pelakunya adalah orangtuanya sendiri.

Dengan berbagai alibi, para orangtua bejat ini tanpa rasa bersalah melukai anaknya, seperti menganggap anak ini adalah barang miliknya yang boleh dia perlakukan semaunya. Astaghfirullahal’adziim

Seperti yang terjadi baru-baru ini di Bekasi, pada ABG (Anak Baru Gede) berinisial R, berusia 15 tahun yang ditemukan para tetangga berada di luar rumahnya dengan keadaan kaki terikat rantai dan kondisi sangat kelaparan, sampai-sampai bicarapun tidak bisa sehingga memakai isyarat saat menyampaikan bahwa ia minta makan.

Setelah pemeriksaan polisi, ternyata yang merantai adalah ayah kandung dan ibu tirinya, dengan alasan bahwa anak tersebut dikhawatirkan akan mengganggu tetangga kalau tidak dirantai karena sering melakukan kenakalan. Yang sangat mengherankan, selain dirantai anak ini juga ditemukan kelaparan dan terlihat mengalami gizi buruk karena tubuhnya sangat kurus, berarti memang ada kesengajaan tidak memberinya makan, padahal sudah difahami, makanan adalah kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi, kalau tidak, manusia bisa sakit bahkan mati.

Meski saat ini orangtua anak tersebut sudah ditahan polisi, publik tentu saja masih resah, karena tindakan penganiayaan terhadap anak, seperti tiada hentinya di negeri ini. Seperti perkosaan, penelantaran dan perundungan anak terus saja terjadi.

Akar permasalahan utama, tentu saja karena diterapkannya sistem kapitalis sekuler dalam seluruh sendi kehidupan saat ini, baik dalam skala individu sampai skala negara. Padahal jelas-jelas, sistem ini hanya menimbulkan kerusakan seperti banyak terjadi kasus kriminal, kerusakan moral dll. Sistem ini ‘memaksa’ manusia mengejar keberhasilan ekonomi tanpa perlu memperhatikan apakah yang dilakukan tersebut melanggar hukum Allah atau tidak. Akhirnya, bukan keberhasilan yang mereka dapatkan tapi keterpurukan demi keterpurukan yang ditimbulkan.

Termasuk yang dialami para orangtua saat ini; karena kebutuhan ekonomi sangat mendesak, mereka keluar rumah untuk bekerja (baik ayah maupun ibu) padahal anak-anak terutama di masa golden age (usia emas atau masa pembentukan) sangat membutuhkan perhatian orangtuanya. Anak-anak butuh dibimbing memahami sesuatu, mana yang baik dan mana yang buruk; yang berkewajiban untuk menunaikannya adalah orangtuanya.

Seperti Firman Allah SWT dalam QS. At-Tahrim Ayat 6 sbb:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Rasulullah Saw bersabda: “Kalian semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin. Penguasa adalah pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin, wanita juga adalah pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin”. (Muttafaqun alaihi)

Ayah berkewajiban atas nafkah untuk keluarganya terutama untuk istri dan anak-anaknya dan menjadi pemimpin rumahtangganya dalam artian menjadi teladan yang baik dalam ketaatan kepada Allah bagi keluarganya. Seorang ibu juga mempunyai tugas yang tidak kalah pentingnya yaitu ‘ummu wa rabbatun bayt’ (seorang ibu yang membimbing anak-anak dan pengatur rumah tangganya). Sayangnya, tugas mulia bagi ayah dan ibu saat ini, tidak mendapat ‘angin segar’ dari sistem kapitalis ini.

Keduanya seperti ‘direbut paksa’ oleh sistem ini dari sisi anak-anak mereka, karena harus banting tulang agar kebutuhan hidup sekeluarga terpenuhi.

Dalam Islam, kewajiban orangtua terhadap anak-anaknya ini menjadi perhatian negara dan tidak dianggap sebagai permasalahan individu saja. Negara berkewajiban membimbing kaum muslimin untuk bertaqwa kepada Allah SWT dan menjadi pelindung rakyat dari segala aral bahaya.

Seperti Sabda Rasulullah Saw:
Keduanya seperti ‘direbut paksa’ oleh sistem ini dari sisi anak-anak mereka, karena harus banting tulang agar kebutuhan hidup sekeluarga terpenuhi.

Dalam Islam, kewajiban orangtua terhadap anak-anaknya ini menjadi perhatian negara dan tidak dianggap sebagai permasalahan individu saja. Negara berkewajiban membimbing kaum muslimin untuk bertaqwa kepada Allah SWT dan menjadi pelindung rakyat dari segala aral bahaya.

Seperti Sabda Rasulullah saw sbb:
“Imam (khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. Al Bukhari)

Pengurusan negara terhadap rakyat itu termasuk juga mengatur sistem pendidikan sesuai Al Qur’an dan Al Hadits, sehingga menghasilkan manusia-manusia yang taat kepada hukum Allah, termasuk juga mengkaji dan memahami hukum-hukum keluarga, sehingga saat berkeluarga nanti ia tidak kagok dan mampu membawa keluarganya untuk mentaati Allah dan RasulNya.

Islam juga sangat memperhatikan peran ayah sebagai kepala keluarga yang wajib atas nafkah keluarga dengan membuka lahan pekerjaan seluas-luasnya dan memberikan masukan-masukan bagi mereka yang kesulitan mencari nafkah. Seperti kisah Nabi Muhammad Saw dengan seorang pengemis yang sedang meminta-minta. Rasulullah memintanya untuk mengambil barang yang ia miliki di rumahnya. Si pengemis lalu pulang dan menemukan sebuah baju dan cangkir, kemudian ia kembali di hadapan Rasulullah. Beliau kemudian menawarkan baju dan cangkir itu kepada para sahabat. Akhirnya ada yang memberi penawaran tertinggi yaitu 2 dirham untuk baju dan cangkir tersebut. Rasulullah kemudian memberikan uang tersebut kepada pengemis dan memintanya untuk membagi 1 dirham untuk kebutuhan hidup keluarganya dan 1 dirham lagi untuk membeli kapak. Kapak tersebut ditujukan agar si pengemis tidak meminta-minta lagi tapi berupaya mencari nafkah dengan menjadi pencari kayu bakar. Rasulullah memerintahkan pengemis itu pergi dan kembali lagi kepadanya setelah 15 hari. Alhamdulillah setelah 15 hari, orang tersebut bisa membawa 10 dirham dari pekerjaannya menjadi pencari kayu bakar.

Demikianlah Rasulullah Saw mengajarkan tentang arti kepemimpinan; dimana seorang pemimpin wajib memberikan solusi terbaik bagi siapapun yang dipimpinnya, termasuk solusi bagi seorang ayah untuk tetap bertanggungjawab kepada istri dan anak-anaknya.

Disini sangat jelas bahwa Islam tidak hanya wajib ditegakkan oleh individu saja tapi untuk tercapainya kebangkitan hakiki maka Islam wajib ditegakkan oleh negara.

Dalam Islam, negara yang dimaksudkan tersebut dikenal dengan sebutan Khilafah Islamiyah. Khilafah bukanlah teori yang belum pernah diterapkan. Tapi ia pernah tegak berdiri kokoh secara gemilang selama 13 abad, dimulai saat Rasulullah mendirikan Khilafah pada peristiwa Hijrah, kemudian mampu menguasai 2/3 dunia sampai keruntuhannya pada 3 Maret 1924.
Tidak ada sistem yang kuat berdiri selama berabad-abad seperti sistem Islam. Sistem Komunis sudah goyah sebelum 1 abad kemunculannya, begitu pula dengan sistem Kapitalis yang saat ini makin nampak nyata kebangkrutannya.

Sudah pasti, sebagai seorang muslim kita wajib mengimani bahwa hukum-hukum yang Allah turunkan akan menghasilkan maslahat bagi umat. Upaya mengembalikan tegaknya hukum Allah yang dilaksanakan secara menyeluruh di bawah Khilafah Islamiyah adalah kewajiban seluruh kaum muslimin. Jadi, kewajiban utama kaum muslimin saat ini adalah berdakwah mengembalikan kehidupan Islam, sehingga umat bisa merasakan kesejahteraan dan keselamatan di bawah naungan khilafah.

Wallahu’alam bish-showwab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 21

Comment here