Oleh: Anisa Rahmi Tania
Wacana-edukasi.com, OPINI--Ramadan telah berlalu, semarak perayaan Idul Fitri di berbagai negara pun telah usai. Tapi nestapa di bumi Palestina masih terus berlanjut. Penyerangan, pengusiran, bahkan pemboman masih menderu nyaring. Masyarakat Gaza masih terpuruk dalam penjajahan.
Hidup Tanpa Hak Hidup
Dalam kondisi serba kekurangan, masyarakat Gaza terus bertahan. Bukan hanya obat-obatan yang sangat terbatas karena bombardir atas semua fasilitas kesehatan, namun makanan, minuman dan tempat tinggal yang menjadi kebutuhan dasar mereka pun tidak ada. Bahkan hak hidup mereka pun dirampas. Tidak ada hari mereka lalui tanpa kecemasan dan kekurangan.
Dilansir dari laman media tempo.co (30/3/2025), di pagi hari bertempatan Idul Fitri, 30 Maret 2025, Israel kembali melakukan serangan yang menyebabkan lebih dari sembilan orang korban jiwa. Serangan tersebut terjadi di kamp pengungsi Khan Younis, Gaza Selatan dan serempak terjadi di kamp pengungsi Jabalia, Gaza Utara. Serangan tersebut persis dilakukan saat warga Palestina tengah menggelar Salat Id.
Sejak pelanggaran gencatan senjata kedua antara Zionis Yahudi dan Hamas, terhitung Zionis Yahudi telah membunuh lebih dari 900 warga Palestina. Bahkan menurut UNRWA, hampir 600 anak menjadi korban tewas, lebih dari 1600 terluka sejak bulan lalu, yakni 18 Maret. Ini berarti sebanyak 51.200 warga Palestina tewas sejak serangan brutal Zionis Yahudi dilancarkan pada Oktober 2023 (antaranews.com, 22/4/2025).
Sungguh serangan-serangan yang dilakukan Zionis Yahudi merupakan penampakan nyata dari tindakan terorisme dunia yang senantiasa disuarakan AS. Bak menabuh air terciprat muka sendiri, mereka berkoar-koar perang terhadap terorisme, sementara mereka sendiri yang melakukan pembantaian darat maupun udara kepada warga Palestina. Seakan rasa perikemanusiaan mereka telah mati.
Tidak berhenti di sana, kelaparan extrem kini diderita warga Gaza. World Food Programme (WFP) yaitu Program Pangan Dunia milik PBB menyatakan stok makanan warga Gaza hanya cukup untuk dua pekan ke depan. Pernyataannya pada 27 Maret lalu disampaikan saat jalur perbatasan yang digunakan menyalurkan bantuan kembali ditutup oleh Israel. Kini ratusan ribu warga Gaza berisiko mengalami kelaparan extrem serta kekurangan gizi. Dalam kondisi tersebut, serangan Israel masih terus dilancarkan, sehingga membahayakan nyawa petugas bantuan.
Sementara itu, LSM internasional Oxpam menyatakan bahwa anak-anak di Gaza tengah sekarat karena kelaparan. Mereka bahkan memakan tanaman liar untuk bertahan hidup. Apalagi fasilitas umum seperti rumah sakit, layanan air, dan sanitasi telah hancur total. Israel memang tengah menggunakan kelaparan sebagai senjata untuk melakukan genosida di Palestina.
Gaza Butuh Jihad dan Khilafah
Kebengisan Zionis Yahudi wajib dihentikan. Itulah satu-satunya yang harus dilakukan untuk menyelamatkan masa depan Gaza dan Palestina. Bantuan makanan, obat-obatan dan para medis nyatanya tidak cukup jika gempuran terus dilakukan. Begitu pula dengan gerakan boikot ataupun gencatan senjata. Langkah-langkah ini faktanya tidak menghentikan tindakan keji zionis Yahudi.
Pengadilan internasional sekalipun yang memberi vonis bersalah pada Netanyahu ternyata dibuat mati kutu tanpa gubrisan sama sekali. Zionis Yahudi tetap melenggang angkuh dengan senjatanya memberangus setiap puing yang tersisa di tanah Gaza.
Melihat fakta tersebut, saatnya mata kaum muslim terbuka. Tidak ada yang dapat menghentikan tindakan kejam Zionis Yahudi selain jihad. Pasukan militer kaum muslim harus dikirim ke Palestina untuk melawan kekejaman Zionis Yahudi.
Kekuatan militer hanya bisa dilawan dengan militer, bukan dengan perundingan. Nyatanya gencatan senjata bisa dengan mudah dilanggar Zionis tanpa takut sanksi apapun. Di sisi lain, hukum internasional hanya bisa ketok palu tanpa bisa mengganyang militer Israel dari Palestina.
Artinya jihad harus diserukan. Sudah terlalu banyak warga Palestina yang syahid, Anak-anak terluka parah, anak-anak yatim piatu, pendidikan yang terputus, kelaparan extrem, dan segala nestapa hidup mereka rasakan.
Oleh karena itu, tidak boleh ditunda lagi, jihad harus diserukan. Akan tetapi, bukan oleh fatwa internasional. Fatwa internasional tidak punya kekuatan politik global untuk menghentikan Zionis Yahudi. Jika pengadilan internasional saja bisa mereka diamkan, perlakuan yang sama dipastikan terjadi terhadap fatwa internasional.
Dengan demikian, seruan jihad tersebut haruslah berasal dari pemimpin kaum muslim seluruh dunia, yakni Khalifah. Hanya khalifah yang bisa mempersatukan kaum muslim di seluruh dunia dalam ikatan akidah Islam.
Khilafah Islamiyah, inilah kekuatan global kaum Muslim yang mampu mempersatukan seluruh kaum Muslim di dunia. Tanpa mengenal suku, warna kulit, adat kebiasaan masyarakat, bahasa, dan lain-lain. Semua bersatu dalam satu tekad, melanjutkan kehidupan Islam. Menerapkan kembali hukum-hukum Allah, menegakkan keadilan atas hak hidup seluruh manusia yang telah direnggut oleh keserakahan sistem kapitalisme sekular. Serta menyelamatkan bumi dari kerusakan yang telah ditorehkan sistem rusak kapitalisme. Utamanya untuk menghentikan genosida di Palestina serta kaum Muslim minoritas yang dibantai di negerinya.
Hanya dengan kekuatan inilah jalan terang menuju keselamatan dunia akhirat akan terlihat jelas. Maka, sudah saatnya kesadaran itu ada dalam benak kaum Muslim. Kesadaran tersebut harus menggerakkan langkah kaki untuk berjuang, menyerukan kebutuhan umat akan tegaknya Khilafah. [WE/IK].
Views: 3
Comment here