Surat Pembaca

Pemborosan demi Kepemimpinan yang Ditakutkan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Sekar Arum

wacana-edukasi.com — Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) mengajukan permintaan kepada pemerintah dan DPR. Supaya meninjau ulang sistem pemilu di Indonesia yang menghabiskan dana sampai ratusan triliun rupiah (republika.co.id, 19/9/21). Selain itu, wakil ketua DPD RI, Sultan B. Najamudin menyatakan, bahwa penting bagi bangsa yang menjunjung tinggi prinsip musyawarah dan mufakat, untuk meninjau ulang sistem pemilu yang boros dan cenderung menimbulkan kerentanan sosial. Pemilu langsung sudah seperti industri dalam demokrasi.

Anggaran pemilu yang besar membuka peluang penyalahgunaan anggaran, ditambah lagi dengan adanya sistem “mahar” sebagai modal pemilu dari partai politik dan Capres. Selain hanya kuat-kuatan modal politik, yang bisa jadi sumber nya dari cukong dan oligarki. Politik uang yang dimainkan juga tidak memberikan kualitas pemilu yang diharapkan oleh masyarakat, belum lagi adanya potensi konflik horizontal ditengah masyarakat akibat adanya perbedaan politik.

Seperti yang sudah-sudah. Pemenang pemilu sibuk bagi-bagi kekuasaan bukan menyelesaikan permasalahan rakyat yang tak berkesudahan. Di samping itu, para kandidat sudah berkawan tapi rakyat yang berbeda pilihan masih saja menabuh genderang permusuhan. Menyedihkan.

Dalam Islam, pemilu tidak memerlukan dana hingga ratusan triliun. Untuk mengangkat pemimpin atau khalifah, umat Islam hanya memerlukan proses baiat. Yaitu ketika seseorang telah benar-benar memenuhi syarat dan kriteria sebagai pemimpin umat dengan menerapkan hukum- hukum Allah maka proses baiat itu dilaksanakan. Sebagaimana yang terjadi di masa khalifah Abu Bakar r.a, beliau dibaiat menjadi khalifah oleh Umar bin Khathab yang diikuti oleh Abu Ubaidah dan yang lainnya.

Islam memandang, seorang pemimpin dan kepemimpinannya adalah amanah yang sangat besar, sepaket dengannya adalah tanggung jawab langsung kepada Allah SWT, sehingga tidak layak untuk diperebutkan. Tapi justru ditakutkan. Begitulah demokrasi, meniscayakan kepemimpinan menjadi hal yang diperebutkan, sebab tentu tak ada pertanggungjawaban kepada Allah, melainkan sekadar meraih kedudukan dan kekayaan. Mengerikan.

حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَشْهَبِ عَنْ الْحَسَنِ قَالَ عَادَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ زِيَادٍ مَعْقِلَ بْنَ يَسَارٍ الْمُزنِيَّ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ قَالَ مَعْقِلٌ إِنِّي مُحَدِّثُكَ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ عَلِمْتُ أَنَّ لِي حَيَاةً مَا حَدَّثْتُكَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

Abu Ja’la (ma’qil) bin Jasar r.a berkata, saya telah mendengar rasulullah saw bersabda : tiada seorang yang diamanahi oleh allah untuk memimpin rakyat kemudian ketika ia mati ia masih dalam keadaan menipu rakyatnya, melainkan pasti allah mengharamkan baginya surga. (H.R Bukhari & Muslim)

Wallahu a’lam bissowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 1

Comment here