wacana-edukasi.com, OPINI– Apa yang dipikirkan ketika mendengar kata pemuda? Waktu luang, produktif, full energi dan lain-lain. Ya, berbicara tentang pemuda memang tidak akan ada habisnya.
Berdasarkan laporan The Royal Islamic Studies Centre (2022), Indonesia merupakan negeri yang memiliki jumlah populasi muslim terbesar di dunia. Semangat untuk merengkuh Islam, mempelajari, mengenal simbol-simbolnya, dan berusaha menerapkan ajarannya. Menjadi tanda bahwa Islam di negeri ini mulai bergeliat bangkit. Kebangkitan Islam ini akan sempurna dan kokoh jika para pemuda muslim bangkit dan memimpin. Terlebih perhitungan menunjukkan bahwa pada tahun 2045, Indonesia akan mengalami bonus demografi yaitu sebanyak 70% penduduk akan berada di usia produktif. Jumlah ini akan memperkuat populasi pemuda muslim yang menurut prediksi Pew Research Centre pada tahun 2030 nanti populasi muslim akan menguasai 30% dunia dan 580 juta-nya adalah usia 15 hingga 28 tahun yaitu usia pemuda. Ini adalah potensi yang dahsyat bagi kebangkitan, harapan kejayaan Islam membayang di depan mata.
Namun pada kenyataannya, tak sedikit pemuda muslim justru terlibat tawuran, bullying, geng motor, miras dan narkoba, pencurian begal, perkosaan, LGBT, dan bentuk kriminalitas lainnya. Sebagian besar lainnya terjebak gaya hidup hedonis hura-hura, pergaulan bebas dan free sex atau perzinaan. Mereka sibuk mencari kebahagiaan semu yang menjerumuskan mereka pada jalan kemashlahatan.
Sederet fakta yang terjadi menimpa kaum pemuda beberapa waktu ke belakang kita dikejutkan dengan berita 425 anak mengajukan dispensasi menikah sepanjang 2022 di Wonosobo, 40% kasus hamil di luar nikah (tribunjateng.com, wonosobo). Menurut Hakim Pengadilan Agama Wonosobo Kelas IA, Supangat menyampaikan dari total pengajuan yang diterima, sebanyak 396 pemohon telah diputus. Bahkan ratusan pelajar SMP dan SMA di Ponorogo, Jawa Timur kedapatan hamil di luar nikah. Banyaknya pengajuan dispensasi menikah tidak hanya di Wonosobo dan di Ponorogo, seperti misalnya pada berita okezone.com, ratusan remaja Blitar menikah dini sepanjang 2022, penyebabnya hamil duluan. Di kendariinfo, 52 pasangan anak di bawah umur ajukan nikah dini ke Pengadilan Agama Kolut, Sulawesi Tenggara. Bahkan di Cianjur, Jawa Barat Pengadilan Agama Cianjur terima 177 perkara dispensasi nikah sepanjang 2022.
Dari data di atas, ada kesamaan generasi muda mengajukkan dispensasi nikah yaitu hamil duluan. Jika hamil duluan, maka penyebabnya rata-rata ialah pacaran. Sebetulnya, budaya pacaran itu adalah budaya asing yang masuk ke Indonesia akibat daripada globalisasi. Karena filter yang kurang, akhirnya banyak yang ikut terjerumus dalam budaya tersebut. Padahal, harusnya diketahui bahwa pacaran tidak lain adalah perbuatan dosa yang ujungnya akan mendekati kepada zina yang merupakan dosa besar. Jika kasusnya sudah seperti itu maka penjajahan sudah bisa di nyatakan sukses, karena telah berhasil memengaruhi pikiran muda-mudi masyarakat Indonesia. Dalam Islam, sangat tidak membenarkan hubungan antara laki-laki dengan perempuan yang terjalin di luar pernikahan. Jika menikah dalam keadaan hamil, jelas hukumnya tidak sah bahkan dikatakan hubungan suami istri mereka adalah zina selamanya. Oleh karena itu, meskipun kita hidup di era sekularisme yang memisahkan agama dari nilai-nilai kehidupan, kita tetap menganggap bahwa sungguh pacaran itu salah satu perusak generasi muda. Disini, peran orangtua sangat dibutuhkan untuk memberikan pendidikan yang bisa menguatkan karakter anaknya. Dalam perspektif Islam, karakter berkaitan dengan akhlak. Pendidikan moral dan etika merupakan unsur penting dalam membangun anak yang berkarakter. Bagaimana seorang anak berkembang dan karakter mereka ditentukan oleh pola pendidikan dalam lingkup keluarga. Membangun karakter anak yang berakhlakul karimah tidak bisa hanya dengan mengandalkan pendidikan formal saja, tetapi juga bagaimana orang tua mampu mendidik, mengawasi dan memberikan teladan kepada anak sangat berpengaruh dalam mencetak generasi yang unggul. Dengan menerapkan pola mendidik anak secara sunnah, tak hanya membangun fisik, mental tapi juga spiritual dan interpersonal yang baik. Jika karakter mereka sudah sesuai dengan syariat, tentu mereka akan bisa membedakan mana yang hak dan bathil sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Miris sekali melihat kondisi anak muda saat ini. Jika kondisi pemuda begini adanya, lalu bagaimana mungkin kebangkitan itu akan terwujud di tangan para pemuda? Pemuda seperti ini tentu jauh dari harapan kebangkitan. Jangankan berbuat untuk kepentingan Islam, untuk menghadapi tantangan sendiri saja, seringkali mereka rapuh dan mudah depresi.
Coba kita lihat kondisi pemuda beberapa abad yang lalu. Kalau kita bandingkan dengan kondisi pemuda saat ini, sungguh sangatlah jauh berbeda. Kita renungi kiprah para pemuda yang menjadi sahabat Nabi yang begitu luar biasa dalam perjuangannya di masa-masa Islam masih berjaya dan mendunia, mesikpun usia mereka masih sangat belia.
Sultan Muhammad Al-Fatih, sebaik-baiknya pemimpin yang memiliki sebaik-baiknya pasukan. Beliau telah berhasil menaklukan Konstantinopel saat usianya 21 tahun. Beliau juga dikenal tidak pernah meninggalkan sholat sunnah rawatib.
Selain itu kita berkaca pada Ali bin Abi Thalib, beliau pemuda pertama yang memeluk agama Islam di usia yang masih 10 tahun. Keteguhan beliau dalam mengimani Allah SWT, dan memeluk agama Islam dengan sebenar-benarnya pada masa itu, dan ini adalah salah satu bentuk keberanian yang diambil beliau saat itu.
Ada lagi Usamah bin Zaid, seorang pemuda yang diangkat menjadi panglima perang saat usia beliau 18 tahun. Kemudian perjuangan Thariq bin Ziyad yang telah berhasil menaklukan Andalusia. Tidak asing pula dengan Salahuddin Al-Ayyubi, dimana beliau berhasil membebaskan Al-Quds.
Dari beberapa kisah pemuda zaman dulu, mereka telah membuktikan bahwa untuk mewujudkan kebangkitan Islam itu tidak lepas dari perjuangan dan pengorbanan. Pertanyaannya, apakah pemuda sekarang bisa mewujudkan kembali kebangkitan Islam? Jawabannya tentu saja bisa. Sebab pemuda itu memiliki potensi yang sangat luar biasa. Aset besar bagi umat dan bangsa manapun, bahkan dikatan bahwa mereka adalah manusia dalam fase terbaiknya. Baik fisiknya, energinya, daya pikir atau intelektualitasnya, semangatnya, keberaniannya, bahkan ambisi cita-citanya. mereka memiliki potensi yang luar biasa. Mereka sedang dalam masa puncak produktivitas. Maka Allah SWT memberikan mereka bekal berupa kekuatan, kecerdasan, kesehatan, dan berbagai kesempatan. Tak heran banyak masyarakat yang memberikan penghargaan kepada pemuda, bahwa mereka sebagai pelopor perubahan. Ditangan merekalah masa depan peradaban umat bisa diletakkan.
Namun sayang, potensi yang dimiliki pemuda saat ini dibajak oleh kaum sekuler. Mereka mengambil kesempatan untuk memanfaatkan pemuda, mereka pun sengaja menjauhkan anak muda dari ajaran Islam, dan di doktrin dengan pemahaman-pemahaman yang salah. Hingga lahirlah pemuda-pemuda yang jauh dari Islam, dimana mereka tidak memahami hakikat penciptaan dirinya di dunia ini untuk apa. Islam hanya sekedar ibadah ritual, sedangkan aturan yang telah tertuang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah mereka abaikan.
Tak hanya jadi korban sekuler, mereka pun dibajak oleh para kapital. Para pemuda di eksploitasi untuk merenggut keuntungan. Para kapital melakukan strategi dengan mengiming-imingi berbagai hal sehingga para pemuda jatuh terperangkap dalam jebakannya. Cara yang ditempuh memang halus, bahkan saking halusnya tanpa disadari oleh pemuda bahwa ia diperbudak oleh para kapital dan menjadi mesin untuk mendapatkan keuntungan. Pertanyaannya, para pemuda mendapatkan apa? Tentu saja mereka tidak mendapatkan apa-apa.
Lalu bagaimana caranya menjadi pemuda kebangkitan Islam? Dimana anak muda sudah tanggung jatuh pada jebakan mereka. Mengutip dari buku Peraturan Hidup dalam Islam, menjelaskan bahwa:
“Bangkitnya manusia tergantung pada pemikirannya tentang hidup, alam semesta, dan manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan sesudahnya. Agar manusia mampu bangkit harus ada perubahan mendasar dan menyeluruh terhadap pemikiran manusia dewasa ini, untuk kemudian diganti dengan pemikiran lain. Sebab pemikiranlah yang membentuk dan memperkuat mafahim (persepsi) terhadap segala sesuatu.”
Jelas sudah, permasalahn awal bahwa pemuda terjebak dan disusupi dengan pemahaman yang salah. Maka Langkah awal untuk menjadi pemuda kebangkitan Islam adalah ubah mindset mereka. Jika pola pikir mereka adalah Tsaqafah Islam, maka aktivitas yang mereka lakukan pun tidak akan jauh berbeda. Sebab tingkah laku seseorang itu sesuai dengan apa yang mereka pikirkan. Jadi, tugas pertama adalah menghapus virus-virus yang akan merusak pola pikir pemuda dan menggantinya dengan memberikan pemahaman Islam yang sesuai.
Adapun rasa lelah ingatlah salah satu sabda Nabi kita, dari Abu Barzah, telah berkata Rasulullah SAW: “Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba nanti pada hari kiamat, sehingga Alah akan menanyakan tentang 4 perkara; tentang umurnya dihabiskan untuk apa. Tentang ilmunya diamalkan atau tidak. Tentang hartanya dari mana dia peroleh dan kemana dia habiskan. Tentang tubuhnya, capek atau lelahnya untuk apa.” (HR. Tirmidzi)
Semua apa yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban. Melakukan pergerakan atau diam hanya sekedar menonton, menjadi pembela kebenaran atau melawan kebenaran, semua akan dipertanyakan. Manfaatkan masa mudamu, jadilah intelektual peradaban. Pemuda dengan semangat juang yang tinggi, mengerahkan segala potensi walau rasa lelah menyelimuti, tetapi insya Allah surga akan didapatkan nanti.
Wallahu a’lam bisshowab…
Views: 82
Comment here