Oleh Riska Umma Hamzah
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Pola para politikus produk sistem demokrasi sangat mudah terbaca. Jika mereka mulai berpenampilan islami (mengenakan peci bagi laki-laki dan kerudung bagi perempuan) dan mereka rajin blusukan ke mana mana..ke kampus ke sekolahan ke pesantren, artinya gelaran pesta demokrasi sebentar lagi. Karena kampus, sekolahan,dan pesantren potensi yang sangat besar menjadi sasaran yang cukup strategis dalam meraih dukungan dan suara dalan pemilu. Bakal calon kontestan peserta pemilu demokrasi seolah-olah menjadikan blusukan “barometer” dalam meraih dukungan maupun suara. Semua “mendadak peduli”
Begitulah juga yang dilakukan cawagub Sumsel Helmi Yahya kunjungi sekolah dan kampus kampus yang ada di Sumsel, cawagub Sumsel Helmi Yahya baru-baru ini berkunjung ke sekolahan Muhammadiyah dan juga kampus Bina Sriwijaya Rabu 20/9/2023, dengan membawa pesan agar para pelajar giat belajar untuk meraih ilmu dan menjadi putra putri Palembang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. https://www.instagram.com/helmyyahya/?utm_source=ig_embed&ig_rid=10e49398-cbba-4eb8-97a1-d1a445f4e1b7&ig_mid=7F578A1A-0D8F-4D19-BF2B-4A52C8ED6FCE
Pemandangan seperti ini tidaklah mengherankan dalam alam demokrasi. Sebab demokrasi lahir dari asas sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan), yang menjadikan manfaat sebagai tolok ukur perbuatannya. Bahkan politik demokrasi pun menghalalkan segala cara untuk meraih tujuan. Dan mereka bekerja demi kepentingan para kapitalis (pemilik modal/harta).
Pemuda, adalah Sasaran pemilu 2024, Penguasa, pejabat, dan politisi mengetahui dan menyadari bahwa pada Pemilu 2024, generasi muda berusia 22—30 tahun akan mendominasi pemilihan. Porsi generasi muda ada sekitar 56% atau 114 juta, separuhnya termasuk pemilih pemula.
Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Khoirunnisa Nur Agustyati mengatakan, pemilih muda erat hubungannya dengan media sosial yang menjadi salah satu sarana distribusi informasi mengenai pemilu hingga kampanye. (BBC Indonesia, 5-9-2023).
Pemuda sebagai agen perubahan, memiliki tanggung jawab besar untuk mengawal proses penyelenggaraan pesta demokrasi di Indonesia. Didukung para pengusung demokrasi, pemuda didorong untuk berpartisipasi menyukseskan pemilu, dengan argumen sebagai peran politik pemuda.
Namun, sejatinya dalam sistem demokrasi sekuler pemuda sekadar menjadi sasaran untuk menjaring suara pemilik kekuasaan. Ingin hati menyuarakan suara rakyat, saran dan kritik kepada penguasa dibalas dengan tindakan represif dari aparat.
Pergerakan pemuda masih gagal paham tentang solusi menyuarakan perubahan. Ini karena pemuda masih berharap pada sistem demokrasi yang hanya ilusi. Sesungguhnya dengan mengusung demokrasi, pemuda hanya akan melanggengkan kekuasaan para oligarki kapitalis dan rezim yang berkuasa.
Wajah demokrasi yang mempunyai motto jujur, adil, terbuka, dan memberi ruang kritik terhadap penguasa pun cuma sebatas teori tanpa fakta.
Pemuda dalam Islam wajib beraktivitas politik. Mereka mengoreksi kebijakan penguasa yang tidak membela kepentingan umat, ataupun ketika penguasa lalai terhadap tugas utamanya mengurusi kepentingan umat. Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik jihad adalah perkataan yang benar kepada pemimpin yang zalim.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, Abu Dawud, An-Nasa’i, Al-Hakim).
Pemuda tidak boleh diam. Mereka harus berbicara yang hak, berdiri melawan kezaliman yang mengancam kedaulatan bangsa, serta memaksimalkan semua potensi keimanan, kecerdasan, dan keberaniannya.
Para pemuda juga seyogianya melakukan sejumlah hal. Pertama, menghunjamkan keimanan bahwa Islam adalah agama yang paripurna, mengatur urusan dunia dan akhirat, bukan sekadar spiritual.
Kedua, mengkaji Islam sebagai ideologi, bukan sekadar ilmu pengetahuan. Mereka terikat dengan syariat Islam hingga bisa menilai baik dan buruk berdasarkan ajaran Islam.
Ketiga, senantiasa memiliki sikap berpihak pada Islam, bukan netral, apalagi oportunis demi mencari keuntungan duniawi. Mereka pun memiliki visi politik yang islami, bukan mengambil nilai-nilai demokrasi.
Keempat, terlibat dalam dakwah Islam demi tegaknya Islam kafah dalam naungan Khilafah. Al-Qur’an telah merekam keteguhan iman dan kesungguhan perjuangan para pemuda Kahfi hingga mereka mendapat pertolongan dan perlindungan dari Allah Taala.
Ingatlah sabda Nabi saw., wahai pemuda, “Janganlah kalian menjadi imma’ah (suka ikut-ikutan)! Kalian berkata, ‘Jika manusia berbuat baik, kami pun akan berbuat baik. Jika mereka berbuat zalim, kami juga akan berbuat zalim.’ Akan tetapi, kukuhkan diri kalian. Jika manusia berbuat baik, kalian juga berbua But baik. Jika mereka berbuat buruk, jangan kalian berlaku zalim.” (HR. Tirmidzi)
Wallahu’alam bishawab.
Views: 26
Comment here