Oleh : Waode Rachmawati, S.Pd. M.Pd.
(Aktivis Dakwah Muslimah Kota Kendari)
Pemuda adalah generasi pewaris yang akan mengganti estafet kepemimpinan sebuah generasi baik dalam keluarga, kelompok, organisasi, bangsa dan negara. Pemuda merupakan motor penggerak bagi perubahan peradaban. Mengutip isi pidato Ir. Soekarno “Beri aku sepuluh pemuda maka akan ku goncangkan dunia,” menyiratkan pesan yang sangat mendalam bahwa pemuda bisa membuat perubahan. Peran strategis yang dimiliki oleh pemuda, harus dibarengi dengan kesadaran politik yang baik. Sebab sistem politik dan dinamika yang terjadi di dalamnya sangat menentukan kemajuan suatu bangsa. Sistem politik demokrasi yang diterapkan di Indonesia, telah membentuk paradigma berpikir masyarakat, bahwa politik itu identik dengan persoalan seputar pemilu dan segala macam intriknya yang syarat dengan trik untuk memenangkan pertarungan. Wajar bila lantas orang menilai bahwa aktivitas politik adalah aktivitas yang kotor dan mesti dihindari.
Dilansir dari merdeka.com (21/3/2021) Hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan, sebanyak 64,7 persen anak muda menilai partai politik atau politisi di Indonesia tidak terlalu baik dalam mewakili aspirasi masyarakat. Sebanyak 25,7 persen anak muda yang menilai para politisi sudah cukup baik mendengarkan aspirasi. Penilaian tersebut menjadi gambaran bahwa masyarakat Indonesia saat ini yang mayoritas berusia muda tidak puas dengan kinerja para politis dalam mengurusi kepentingan mereka.
Berbagai kebijakan dan aturan yang lahir dari penerapan sistem politik demokrasi kapitalistik, sejatinya tidak akan mampu mengatasi berbabagi problematika masyarakat. Sebab politik menurut demokrasi adalah meraih kekuasaan setinggi-tingginya. Sedang uang pun menjadi panglimanya. Tak ayal lahirlah pragmatism politik menurut para politisi demokrasi hanya dipandang dalam tiga aspek: Pertama, menang dan meraih kekuasaan. Kedua, bagi-bagi kue kekuasaan pada pendukung. Ketiga, membuat regulasi yang mengakomodasi kepentingan para pendukung dan pemodal. Sehingga, kepentingan rakyat bukan lagi menjadi prioritas utama.
Kerusakan sistem demokrasi, pun sejatinya telah disadari oleh para pemuda. Hal ini ditunjukkan dengan adanya berbagai aksi penentangan dan kritikan yang dilontarkan atas berbagai kebijakan pemerintah yang tak berpihak kepada rakayat bahkan cenderung menzoilimi rakyat, serta berbagai kasus korupsi yang semakin menggurita baik di kalangan anggota dewan maupun pejabat pemerintahan.
Kesadaran pemuda atas kegagalan sistem politik demokrasi harus diikuti dengan kesadaran atas alternatif solusi sistem pengganti bagi demokrasi. Bila sistem hari ini tak kunjung memberi penghidupan yang lebih baik, bukankah saatnya bagi kita kembali pada penerapan sistem politik islam? Salah satu upaya terpenting untuk melakukan perubahan mendasar yaitu melakukan edukasi tentang politik islam.
Melek Politik Islam
Politik (siyasah) dalam pandangan Islam berarti pengaturan terhadap urusan umat, baik untuk urusan dalam maupun luar negeri dengan cara Islam. Jadi politik pada dasarnya bukanlah kegiatan yang kotor, sebagaimana stigma negative yang dilekatkan oleh kebanyakan masyarakat hari ini. Oleh karena itu, pentingnya memahamkan umat akan kebutuhan kita terhadap penerapan politik islam.
Kemudian bagaiman agar pemuda saat ini melek terhadap politik? Melek atau kesadaran politik menurut Muhammad Ismail dalam kitabnya Al-Fikr al-Islami didenfinsikan sebagai upaya manusia untuk memahami bagaimana memelihara urusannya. Kesadaran politik juga berarti an-nadzrah ila ‘alam min zawiyat[in] khashshah (pandangan yang universal dengan sudut pandang yang khas).
Karena itu kesadaran politik tidak akan sempurna kecuali dipenuhinya dua unsur diatas.
Pertama, pandangan universal (an nadzratu ‘ila al ‘alam) . Dalam hal ini seseorang melihat sebuah masalah bukan secara regional, yang dibatasi pada negeri-negeri tertentu saja, namun melihatnya secara menyeluruh (global). Sebagai contoh, ketika kita melihat apa yang dilakukan oleh Obama tidak dilihat sebagai tindak yang personal. Yang datang dengan wajah yang penuh senyum, mengumbar nostalgia masa lalu yang menyukai bakso atau nasi goreng. Namun wajib melihat bahwa Obama adalah kepala negara Amerika, sebagai sebuah negara Kapitalisme yang menggunakan penjajahan sebagai metode untuk menyebarluaskan dan mempertahankan ideologinya.
Unsur kedua yang harus dimiliki untuk membangun kesadaran politik adalah pandangan tersebut harus berdasarkan sudut pandang yang khas (min zawiyat[in] khashshah). Karena itu dalam Islam, kesadaran politik bukanlah sebatas sadar akan situasi politik, posisi politik, atau peristiwa-peristiwa politik. Tapi harus melihat itu semuanya berdasarkan sudut pandang tertentu (ideologi). Inilah yang akan mengarahkan sikap politik sebuah umat. Kesadaran politik seperti ini akan bersifat permanen, meskipun bisa berkembang secara dinamis ke setiap arah,namun tetap mengarah pada satu tujuan tertentu. Hal ini akan menjadi sifat bawaan dalam tubuh umat bukan hanya pada individu-individu.
Dalam Islam, sudut pandang yang khas itu adalah mabda’ (ideologi) Islam yang muncul berdasarkan aqidah Islam. Berdasarkan mabda’ Islam, umat akan selalu mengkaitkan persoalan politik umat dengan Islam, menyelesaikan urusan-ursan umat berdasarkan Islam, menjadikan standar untuk segala peristiwa politik syariah Islam.
Dengan adanya kesadaran politik islam, maka dengan sendirinya pemuda bangsa ini akan bergerak dan berjuang melakukan perubahan revolusioner untuk menuju peradaban islam yang lebih baik. Peradaban islam dengan penerapan seluruh syariah dalam naungan daulah khilafah.
Terbukti, Khilafah Islamiyah menorehkan jejak sejarah yang gemilang selama 1.300 tahun. Khilafah mampu menguasai dan mengatur kepemimpinan global yang menyejahterakan umat.
Dengan diterapkannya kembali syariat islam, maka Allah SWT sendiri yang menjanjikan keberkahannya.
Allah SWT berfirman, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan-Ku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An Nur: 55)
Wallahu ‘alam bishowwab
Views: 57
Comment here