Opini

Penderitaan Gaza, Butuh Tentara dan Negara

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ledy Ummu Zaid

Wacana-edukasi.com, OPINI-– Hari ini siapa yang tidak tahu Gaza? Daerah konflik antara muslim Palestina dan Yahudi Israel tersebut telah memanas sejak 7 Oktober 2023 lalu. Tak heran, beritanya dapat kita temui dengan mudah hari ini. Faktanya, agresi militer tentara Israel terhadap rakyat Gaza telah menewaskan hampir 46 ribu jiwa yang mana sekitar 17 ribu di antaranya adalah anak-anak.

Satu Jam Satu Nyawa Anak Gaza Melayang

Dilansir dari laman beritasatu.com (25-12-2024), United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA) atau badan PBB untuk pengungsi Palestina mengatakan serangan brutal Israel mengakibatkan satu anak tewas di Jalur Gaza setiap jamnya.

Agresi militer besar-besaran yang terjadi hampir 15 bulan ini, setidaknya 14.500 anak Palestina telah meregang nyawa dalam serangan Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza hingga hari ini. Adapun mereka yang selamat terluka secara fisik dan emosional. Ditambah dengan ketiadaan akses pendidikan, semakin menambah penderitaan yang berkepanjangan. Faktanya, anak-anak Gaza terpaksa mengais-ngais puing-puing bangunan. Masa depan dan harapan mereka telah sirna, bahkan nyawa pun terancam melayang.
Dilansir dari laman cnnindonesia.com (28-12-2024), 17.492 anak dilaporkan tewas akibat perang Israel yang menghancurkan Gaza.
Menurut Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell, di daerah konflik, seorang anak berpeluang besar mengalami putus sekolah, kekurangan gizi, atau dipaksa meninggalkan rumah. Hal ini tak sebanding dengan mereka yang tinggal di daerah tanpa konflik.

UNICEF juga melaporkan adanya kekerasan seksual terhadap anak-anak yang jumlahnya telah melonjak. Di sisi lain, pendidikan mereka juga terpengaruh serta meningkatnya problem kekurangan gizi. Sejalan dengan itu, kesehatan mental anak-anak Gaza juga sangat terdampak.

Direktur UNICEF tersebut menyampaikan harapannya bahwa penindasan terhadapa anak-anak Gaza tidak boleh menjadi hal baru yang wajar atau normal. Dalam hal ini, tidak dapat dibenarkan ribuan nyawa anak Gaza menjadi korban perang dunia yang tak terkendali.

Russell menyampaikan penyesalannya yang mana dunia telah mengecewakan anak-anak Gaza. Dengan demikian, di tahun 2025 ini ada lebih banyak yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan dan meningkatkan kualitas kehidupan anak-anak Gaza.

Dilansir dari laman khazanah.republika.co.id (29-12-2024), Komisaris Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) memaparkan bahwa anak-anak Gaza sedang menghadapi risiko kematian akibat cuaca dingin karena tempat tinggal yang tidak memadai.

Sejauh ini, Israel telah memblokade wilayah-wilayah yang dijadikan pintu masuk logistik rakyat Gaza. Adapun perlengkapan musim dingin seperti selimut dan kasur dapat tertahan selama berbulan-bulan. Hal ini dikarenakan menunggu persetujuan Israel untuk memasuki Gaza.

Sebagai contoh, menurut Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza Munir Al-Barsh, pada Kamis (26/12), tiga anak Palestina meninggal di kamp pengungsian sementara dalam sepekan terakhir karena kedinginan.

Sejauh ini, bulan lalu Mahkamah Pidana Internasional telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant, mantan Menteri Pertahanan Israel. Dalam hal ini, pemimpin Israel tersebut dituduh telah melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel sendiri juga tengah menghadapi gugatan kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya dalam perang di Gaza.
Dunia Meninggalkan Anak-Anak Gaza

Miris melihat kondisi anak-anak Gaza yang semakin mengenaskan. Fakta menyebutkan satu jam satu nyawa anak Gaza melayang. Ini bukan persoalan angka saja, tetapi nyawa manusia yang sudah tidak ada harganya. Nyatanya, dunia belum mampu menghentikan genosida ini. Dunia telah meninggalkan anak-anak Gaza.

Kaum muslimin jelas tidak bisa berharap pada dunia internasional. Hal ini dikarenakan para pemimpin negara-negara Barat ternyata mendukung zionis Israel, baik secara terang-terangan maupun halus dengan cara diplomasi. Mereka sering menjadikan isu Palestina hanya untuk pencitraan. Akhirnya, mereka justru mengambil solusi dua negara seperti arahan Barat. Padahal, mereka itulah pengusung sistem kapitalisme yang jelas tidak bisa mensejahterakan rakyat kecil, apalagi menyelesaikan perang ideologi ini.

Jangan heran jika tidak ada keadilan dalam sistem kapitalisme. Sebetulnya, sistem inilah yang telah memberikan jalan kepada penjajah zionis untuk membantai anak-anak Gaza. Di balik kerjasama yang menguntungkan kedua belah pihak, ada nasib rakyat kecil yang tidak diperhitungkan para pemilik modal. Seperti itulah cara kerja sistem kapitalisme hari ini.

Negara Islam Mampu Menghentikan Genosida

Melihat dunia meninggalkan anak-anak Gaza, maka sudah seharusnya kaum muslimin punya agenda sendiri untuk menolong mereka. Adanya sistem Islam akan menyatukan pemikiran dan perasaan kaum muslimin seluruh dunia. Selanjutnya, daulah (negara) akan menggerakkan pemuda-pemuda di negeri-negeri muslim untuk bersatu melawan penjajah Yahudi. Diawali dengan kebangkitan umat melawan rezim kufur, akhirnya mereka bersatu, dan bergerak ke Palestina untuk membebaskan Palestina.

Oleh karenanya, dibutuhkan aktivitas dakwah kepada umat yang hanya bisa dilakukan oleh partai politik ideologis. Dengan mengubah dan menyeru pemikiran umat kepada Islam kafah (menyeluruh), maka kaum muslimin akan berada dalam satu perahu yang sama, yaitu keinginan untuk berbaiat pada pemimpin muslim (khalifah).

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (TQS. Ali-Imran: 104).

Dengan demikian, para pemuda muslim seharusnya menuntut tegaknya Khilafah, dan mengangkat seorang Khalifah untuk memimpin kaum muslimin seluruhnya. Kemudian, pembebasan Palestina dapat dilakukan dengan mengirimkan seluruh tentara kaum muslimin untuk mengusir penjajah zionis.

Rasulullah sollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh Imam (Khalifah) itu perisai; (orang-orang) akan berperang mendukung dia dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (Muttafaq ’alaih).

Khatimah

Belum terterapkannya kembali sistem Islam di tengah-tengah umat hari ini menyebabkan banyak kerusakan di muka bumi. Hal ini tentu karena ulah tangan manusia sendiri yang tidak mau menerapkan aturan Sang Pencipta, Allah subhanahu wa ta’ala. Sistem kufur kapitalisme telah terbukti tidak dapat memberi kesejahteraan kepada umat manusia. Sebagai contoh, penderitaan berkepanjangan yang dialami anak Gaza ini, mereka membutuhkan kehadiran tentara dan negara yang melindungi. Oleh karena itu, dengan tegaknya kembali pemerintahan Islam seperti pada zaman kenabian atau khilafah islamiah, pembebasan Palestina akan benar-benar dapat terealisasikan.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 1

Comment here