Oleh : Sri Retno Ningrum (Pegiat literasi)
wacana-edukasi.com– Berbagai penyiksaan yang menimpa minoritas Muslim Uighur hingga kini masih terjadi. Penyiksaan mulai dari ditusuk paku, kuku dicopot hingga disetrum. Tak hanya itu, merek ditempatkan di ‘ruang gelap’. Mereka pun menjadi kelinci percobaan medis sehingga banyak dari tahanan menderita penurunan fungsi kognitif. Beberapa pria menjadi mandul dan perempuan kerap diperkosa. Tangan dan kaki mereka diborgol setiap hari. Mereka hanya diperbolehkan tidur menghadap kanan, jika berubah maka akan dihukum (merdeka.com 21/11/2019).
PBB memperkirakan sekitar 1 juta warga dari etnis Uyghur, Kazakh dan minoritas lainnya diduga telah ditahan di Xinjing barat laut china. Para pengamat mengatakan pemerintah negara-negara muslim memang tidak dimasukkan ke dalam satu kategori, namun ada sejumlah kesamaan utama di balik ketakutan mereka, yakni pertimbangan politik, ekonomi dan kebijakan luar negeri (Tempo.com 18/12/2018).
Sementara itu, mantan Wakil Presiden, Yusuf Kalla pernah mengatakan bahwa hak asasi suku Uighur yang mendapat perlakuan diskriminasi dari pemerintah China harus diperjuangkan, namun Wapres menyebut pemerintah Indonesia tidak bisa mencampuri urusan dalam negeri China. “Pasti kita juga menolak atau mencegah suatu penindasan kepada human right, jadi HAM, tapi kalau wilayah domestik kita tidak bisa mencampuri masalah domestik Uighur. Tapi secara umum, penaggaran HAM harus diperjuangkan (Bisnis.com 17/12/2018).
Indonesia adalah negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam, namun sangat disayangkan, hal itu tidak menjadikan penguasa di negeri ini bersikap empati dan menolong Muslim Uighur. Sebaliknya, pemerintah bersikap diam atas penderitaan yang menimpa Muslim Uighur. Hal ini tentu tidak lepas dari diterapkannya sistem kapitalisme. Sistem tersebut telah membuat kaum muslim terkotak-kotak satu sama lain karena perbedaan negara . Sikap nasionalisme (cinta tanah air) sudah merasuk dalam jiwa kaum Muslim sehingga tidak lagi peduli dengan nasib kaum Muslim yang lain. Padahal, kaum Muslim ibarat satu tubuh, jika salah satu anggota tubuh merasakan sakit yang lainnyapun merasakannya. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :”Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh menderita kesakitan, maka anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yakni tidak bisa tidur kerana meraskan kesakitan” (HR. Bukhori dan Muslim).
Selain itu, sistem kapitalisme yang memiliki asas sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) menganggap Islam hanya ibadah yang mengatur dirinya dengan Allah SWT sehinggga ketika ada kaum Muslim yang lain dianiaya, mereka membiarkannya begitu saja. Padahal, Allah SWT berfirman dalam surah Al-Anfal ayat 72 artinya: “Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan…”
Tak dimungkiri bahwa, sikap diamnya penguasa negeri ini akibat belenggu slogan internasional non intervensi dan jeratan investasi asing yang membelenggu. Adapun bentuk investasi china atas indonesia adalah adanya kerja sama megaproyek Belt Road Inisiative (BRI), dalam proyek ini china memberikan pinjaman kepada Indonesia untuk membangun Infrastruktur darat, laut, dan udara. Lebih dari 2000 proyek china di indonesia. China memberikan syarat pinjaman antara lain ; penggunaan bahan-bahan besi baja, mesin, kontraktor dari pekerja dari china. Sehingga dari investasi tersebut negeri ini malah terjajah. Miris!
Sungguh, sikap diamnya pemerintah Indonesia atas penderitaan Muslim Uighur tak boleh dibiarkan terus terjadi. Sebaliknya, pemerintah Indonesia harus lantang membela Muslim Uighur, kemudian memutus hubungan dagang – politik dengan China serta mengirimkan kekuatan untuk menolong Muslim Uighur yang terjajah di tanah miliknya sendiri.
Lebih dari itu, Muslim Uighur membutuhkan sebuah sistem yang mampu melindungi mereka dari Kafir Penjajah. Sistem tersebut tidak lain adalah sistem Islam atau khilafah. Sistem tersebut terbukti lebih dari 1300 tahun memberikan perlindungan baik warga Muslim maupun non Muslim. Sehingga, hanya sistem Islam atau khilafahlah yang mampu mengakhiri penderitaan Muslim Uighur dari kehidupan yang sulit akibat penindasan dari Kafir Penjajah. Walhasil ketika khilafah tegak yang dipimpin oleh seorang khalifah akan memposisikan diri sebagai pelindung umat, khususnya umat Islam yang terzalimi. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda : ” Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai dimana (orang-orang) akan berperang dibelakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaanya).”(HR. Al-Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Dawud). Wallahu’alam Bisshowab.
Views: 2
Comment here