Opini

Pengucapan Selamat Natal: Bukti Masifnya Moderasi Beragama

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Sri Retno Ningrum (Penulis Ideologis)

wacana-edukasi.com– Dalam rangka menyambut hari Natal 2021 dan Tahun Baru 2022, Kemenag (Kementerian Agama) menghimbau kepada satuan kerja di bawahnya untuk memasang spanduk ucapan Natal dan Tahun Baru atas nama toleransi. Namun, surat edaran tersebut tidak disambut baik oleh sejumlah ulama Sulawesi Selatan. Kemudian, di media sosial muncul narasi jika pertemuan beberapa ulama tersebut dan Khaeroni (Kanwil Kemenag Sulsel) membatalkan imbauan pemasangan spanduk ucapan Natal 2021 dan Tahun Baru 2022. Sementara itu, Staf Khusus Menteri Agama (Stafsus Menag) Bidang Toleransi, Terorisme, Radikalisme, dan Pesantren Nuruzzaman membantah kabar tersebut. “Kanwil Kementerian Agama Sulawesi Selatan tidak pernah mencabut surat edaran pemasangan spanduk ucapan Natal dan Tahun Baru,” ujar Nuruzzaman. Nuruzzaman menambahkan memang benar, Kanwil Kemenag Sulsel telah menerbitkan edaran tentang pemasangan spanduk ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru. Dia mengakui ada permintaan agar Kanwil Kemenag Sulsel mencabut surat edaran tersebut. Namun hal itu tidak jadi dilakukan. (Republika.co.id, 18/12/12).

Di sisi yang lain, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Dakwah dan Ukhuwah KH. Muhammad Cholil Nafis menyebut mengucapkan selamat Natal itu boleh. Namun, hal tersebut hanya dalam konteks saling menghormati dan toleransi antar umat beragama. Menurut Cholil yang tidak boleh dilakukan adalah mengikuti upacara atau rangkaian kegiatan perayaan Natal tersebut (Fajar.co.id, 17/12/2021).

Pernyataan Nuruzzaman dan Cholil Nafis tentu menimbulkan geram pada umat Islam yang masih memahami Islam secara benar. Ini tentu wujud dari toleransi yang kebablasan dan toleransi tanpa aturan. Padahal, yang dimaksud toleransi dalam Islam adalah menghormati dan menghargai pemeluk agama lain untuk beribadah di tempat ibadahnya. Walhasil, toleransi yang kebablasan sehingga sedikit demi sedikit akan mengikis akidah umat Islam. Maka, benar apa yang pernah dikabarkan Rasulullah SAW dalam haditsnya, bahwa beliau pernah bersabda: “Sungguh engkau akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian, sehasta demi sehasta, sejengkal demi sejengkal, bahkan andai mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kalian mengikuti mereka. Kami bertanya: “Wahai Rasulullah, Yahudi dan Nasranikah mereka?”. Beliau menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka”. (HR. al-Bukhari no. 7320).

Selain itu, mengucapkan selamat Natal, maka kaum muslim telah mengakui ada agama lain yang benar selain Islam. Ini tentu bentuk dari sikap pluralisme. Adapun pluralisme adalah mengakui bahwa semua agama adalah benar. Hal ini tentu mengingkari firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 19:
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ

yang artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam.”

Semua ini terjadi karena pluralisme yang notabene ada ide dari Barat (kafir penjajah) sudah merasuk dalam pemikiran kaum muslim. Bahkan baru-baru ini Barat (kafir penjajah) semakin menggencarkan ide moderasi beragama, khususnya dalam momentum Natal dan tahun baru tahun ini. Barat menginginkan agar kaum muslim menjalankan Islam namun sesuai arahan Barat (kafir penjajah). Sebuah buku yang dikeluarkan oleh Rand Corporation tahun 2007, berjudul Building Moderate Muslim Network, pada bab 5 tentang Road Map for Moderate Network Building in the Muslim World ( peta jalan untuk membangun jaringan moderate di dunia muslim). Buku ini termasuk salah satu rujukan tentang Islam moderat. Yang di maksud Islam moderat adalah orang yang menyebarluaskan dimensi-dimensi kunci peradaban demokrasi, menerima HAM, kesetaraan gender, pluralisme, melakukan terorisme dan bentuk-bentuk legitimasi terhadap kekerasan ( Angel Rebasa, Cherly Benard et.all Building Moderate Muslim Network, hlm.66, RAND Corporatie, 2007).

Perlahan namun pasti, Barat (kafir penjajah) memang sudah berhasil menjerumuskan kaum muslim pada kesesatan lewat agenda-agenda busuknya, seperti: pluralisme, gender, sekularisme, liberalisme, Islam moderat, moderasi beragama dan sebagainya. Barat pun tanpa lelah mencari strategi-strategi untuk menjatuhkan kaum muslim dari Islam yang sebenarnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah At-Taubah ayat 32:

يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّطْفِـُٔوْا نُوْرَ اللّٰهِ بِاَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللّٰهُ اِلَّآ اَنْ يُّتِمَّ نُوْرَهٗ وَلَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُوْنَ

“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya.”

Untuk itu, sudah sepantasnya kita menyadari bahwa Barat (kafir penjajah) adalah musuh bagi kaum muslim. Mereka selalu berupaya keras untuk menjauhkan kaum muslim untuk memahami Islam secara sempurna (kaffah). Mereka pun terus-menerus menggencarkan gouzul fikri (perang pemikiran) atas kaum muslim yang dicap mereka sebagai Islam radikal. Sehingga, satu-satunya cara yang bisa melenyapkan pemikiran yang berasal dari Barat atas kaum muslim adalah dengan menerapkan Islam secara sempurna (kaffah) dalam semua aspek kehidupan. Dengan khilafah, niscaya akan menghilangkan segala bentuk pemikiran-pemikiran Barat dari tubuh kaum muslim, sehingga kaum muslim dapat berIslam secara kaffah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 208 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan ( kaffah), dan janganlah kamu mengikuti turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.”

Wallahu’alam Bisshowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 35

Comment here