Surat Pembaca

Penipuan Q-Ris di Masjid

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Ulfah Sari Sakti, S.Pi (Jurnalis Muslimah Kendari)

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Penipuan uang infak masjid menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di kotak amal masjid menunjukkan lemahnya iman seseorang, karena melakukan kejahatan di rumah Allah pada bulan Suci Ramadan. Inilah buah dari pemisahan agama dari kehidupan (sekuler), yang mana tekhnologi digunakan untuk kejahatan.

Dilansir dari tirto.id (12/4/2023), Kasat Reskrim Polres Metro Jaya Jakarta Selatan, Kompol Irwandhy menyatakan pihaknya tengah menelusuri dugaan penipuan bermodus menempelkan QRIS di kotak amal di sejumlah masjid kawasan Jakarta Selatan, misalnya Kebayoran lama, Pondok Indah, dan Kalibata.

Karena itu, Irwandhy menghimbau bagi masyarakat yang ingi beramal menggunakan teknologi QRIS dapat berkoordinasi dengan pihak pengelola masjid maupun pihak yang mengelola kode batang tersebut.

Kasus serupa ternyata juga terjadi di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Sebagaimana dikatakan Wakil seksi Humas dan Protokol Masjid Istiqlal, Abu Hurairah Abdul Salam. “Benar ada 50 QRIS yang ditemukan,” kata dia.

Merespon dugaan penipuan itu, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono memastikan pihaknya telah memblokir QRIS tersebut, sehingga tidak dapat digunakan lagi oleh penyedia jasa pembayaran (PJP) terkait. Bank Indonesia juga sudah mengkomunikasikan kepada seluruh PJP untuk mewaspadai modus serupa.

*Islam Menumbuhkan Ketaatan*

Penipuan menggunakan tekhnologi bukan yang pertama kali terjadi. Hal ini wajar terjadi pada sistem sekuler saat ini, karena agama dispisahkan dari kehidupan. Agama hanya ditempatkan pada ruang ibadah dan kegiatan keagamaan saja. Nilai-nilai agama tidak dijadikan standar dalam kehidupan. Tidak heran tekhnologi yang ibarat pisau bermata dua, lebih dimanfaatkan untuk mencari keuntungan di jalan kejahatan.

Andaikan syariat Islam dijadikan sebagai standar dalam kehidupan, maka aktivitas yang melanggar syariat tidak akan dilakukan. Hal ini terjadi karena masyarakat memiliki ketaatan yang lebih, dimana mereka beraktivitas semata-mata untuk mencari ridha Allah swt, bukan materi sebagaimana standar kehidupan sistem sekuler.

Ketaatan individu tersebut tentunya berasal dari kuatnya akidah, ditambah dengan ketaatan kepada pemimpin (khalifah) maka akan tercipta kehidupan yang tenteram dan sejahtera. Yang mana Islam tidak hanya tentang akidah, tetapi juga syariat (pelaksanaan hukum-hukum Allah swt secara kaffah).

Adanya akidah yang kuat dan dilaksanaknnya hukum syariat Islam menjadikan ketaatan tumbuh mulai dari tingkatan individu, masyarakat dan negara. Masyarakat taat terhadap hukum syariat yang dijalankan pemerintah dan pemerintah pun melaksanakan hukum syariat dengan penuh amanah. Selain itu hukum yang diterapkan bersifat mencegah di dunia dan penebus di akhirat, sehingga membuat efek jera dan tercipta rasa keadilan.

Bandingkan dengan sistem sekuler saat ini, yang mana masyarakat seakan tidak takut dengan adzab Allah swt karena berani melakukan kejahatan di rumah Allah (masjid) pada bulan suci nan mulia (bulan Ramadan).

Masyarakat dibutakan dengan materi, karena materi sebagai standar kehidupana mereka, sehingga mereka rela melakukan apa saja untuk mendapatkan materi. Halal haram tidak lagi dipandang mereka, yang penting kesenangan duniawi mereka rasakan. Padahal kesenangan dunia ini tidaklah seberapa dibanding kesenangan akhirat.

Lagi pula hidup di dunia ini hanya sementara, sehingga sudah sewajibnya kita mengisinya dengan hal-hal yang mendatangkan pahala sebagai bekal kehidupan di akhirat nanti. Karena kehidupan di akhirat bersifat kekal.

Rasulullah saw bersabda, ”Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya, maka Allah akan menceraiberaikan urusannya dan menjadikan kemiskinan atau tidak pernah merasa cukup (selalu ada) dihadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utamanya) maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan atau selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah, hina (tidak bernilai dihadapannya)” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hiban).

Semoga saja sistem Islam segera diterapkan, sehingga masyarakat dapat merasakan kehidupan yang sejahtera dan tenteram dunia dan akhirat. Wallahu’alam bishowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 7

Comment here