Oleh Dwi S (Guru TPQ di Yogjakarta)
wacana-edukasi.com, OPINI– Dalam menjalani kehidupan pada era global saat ini, jati diri pemuda tetap merupakan suatu hal yang amat penting untuk dipertahankan agar tetap dapat menunjukkan keberadaan sebagai masa depan bangsa. Jati diri itu sama pentingnya dengan harga diri. Tanpa jati diri pemuda tidak memiliki harga diri. Atas dasar itu, agar menjadi suatu bangsa yang bermartabat, jati diri bangsa itu harus diperkuat, baik yang berupa bahasa, sastra, seni budaya, adat istiadat, tata nilai, maupun perilaku budaya dan kearifan lokalnya yang tetap berada pada koridor Syari’at Islam.
Untuk memperkuat jati diri itu, baik yang lokal maupun nasional, diperlukan peran serta berbagai pihak dan dukungan aturan serta sumber daya yang memadai. Peran serta masyarakat juga sangat diperlukan dalam memperkuat jati diri bangsa itu. Dengan jati diri yang kuat, bangsa kita akan makin bermartabat sehingga mampu berperan bahkan juga bersaing dalam kancah kehidupan global.
Identitas masyarakat maupun pemuda Islam, adalah yang menyeimbangkan antara kehidupan material dengan spiritual, hanya saja lebih menekankan bahwa identitas masyarakat maupun pemuda Islam adalah yang berbudaya dan telah mampu membudayakan diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya kepada budaya yang sesuai dengan kemanusiaan secara rasional sesuai dengan nilai-nilai Islam atau dengan kata lain spiritual. Nilai spiritual itu yaitu suatu keyakinan yang mesti ada pada seorang muslim bahwa manakala ia gagal atau tidak menemukan solusinya, maka ia meyakini adanya suatu kekuatan yang lebih dasyat diluar dirinya. Yaitu Dia Allah Azza wa Jalla. Allah Pencipta semuanya. Sehingga mereka butuh kepada sesuatu yang berada diluar diri dan kemampuannya. Islam mengenalnya dengan ungkapan iman, akidah, keyakinan atau tauhid.
Agama Islam dinyatakan oleh al-Qur’an sebagai agama yang ajarannya sesuai dengan kejadian atau fitrah manusia ( QS. Ar-Rum :30 ). Secara ideal Islam memberikan jawaban dan pedoman terhadap kebutuhan manusia baik jasmaniah maupun rohaniah. Islam adalah agama yang relevan sepanjang waktu dan zaman. Dalam bentuk tertulis, al-Qur’an mengungkap bahwa manusia adalah khalifah di bumi, sekaligus dilengkapi dengan ilmu untuk jabatan itu, baik ilmu bersifat sosial, maupun yang berorientasi kepada fenomena alam yang secara bertahap berkembang dari masa kemasa yang akhirnya sampai kepada apa yang disebut dengan pengetahuan modern (sains).
Pemuda memiliki segudang predikat yang melekat pada dirinya, sangatlah wajar ketika predikat ini diberikan pada pemuda karena pemuda memiliki potensi yang luar biasa dibandingkan dengan orang-orang dibawah atau diatas usianya. Pemuda dalam hal ini, memiliki semangat yang tinggi dalam berbagai hal, baik itu dari sisi akademis maupun dari sebuah pergerakan, memiliki idealitas yang tinggi, memiliki fisik yang masih kuat, tergolong kaum intelektual bahkan keberadaannya begitu disegani oleh masyarakat pada umumnya.
Bagaimana dari sisi pergerakan? jelas pemuda selalu menjadi bagian terdepan dalam menyeruakan kebenaran dan perubahan. Mungkin kita masih ingat bagaimana pada tahun 1928 Sumpah pemuda dicetuskan oleh kaum pemuda, kemudian proklamasi Indonesia pun lagi-lagi datang dari desakan kaum pemuda, bahkan tumbangnya orde baru menjadi era reformasi pun diboncengi oleh pemuda.
Lain jaman lain juga orangnya, itulah yang terjadi saat ini. Apa yang disebutkan sebelumnya tampaknya sudah tidak melekat lagi pada diri pemuda saat ini kecuali sangat sedikit sekali. Kehidupan pemuda telah berubah, pemuda telah bersifat apolitis, tidak tertarik lagi dengan masalah-masalah yang menyangkut di luar dirinya, masalah politik, masalah ekonomi dan masalah-masalah yang terjadi pada masyarakat.
Tentu perubahan ini tidaklah terjadi dengan sendirinya, namun keadaanlah yang melahirkan bahkan memaksa pemuda kehilangan jati dirinya. Sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri inilah sebagai pembajak utama potensi-potensi mahasiswa saat ini. Sistem tatanan negara yang kapitalistik ini melahirkan sebuah atsmosfer kehidupan yang begitu materialistik, sehingga materi menjadi tolak ukur kehidupan, tak heran jika berbagai bidang kehidupan telah berubah menjadi sebuah ladang bisnis begitu pun dengan dunia pendidikan. Dalam kacamata kapitalisme tentu saja pendidikan menjadi lahan yang sangat menggiurkan untuk meraup keuntungan yang sebesar-sebesarnya, maka tak heran jika dari tahun ke tahun biaya pendidikan semakin melangit.
Pengaruh Kebudayaan Barat di Indonesia:
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Masuknya budaya barat ke Indonesia melalui melalui teknologi, budaya,dan sosial (dari kebiasaan-kebiasaan), perkembangan pesat era globalisasi saat ini semakin menekan proses akulturasi budaya terutama pengaruh budaya Barat kehadiran budaya Barat seakan mendominasi dan selalu menjadi trend-centre masyarakat maupun pemuda. Kebiasaan dan pola hidup orang barat seakan menjadi cermin modern, kehadiran budaya barat seakan mendominasi dan selalu menjadi trend-centre masyarakat maupun pemuda ini. Keadaan ini terus mengikis budaya dan kearifan lokal yang merupakan warisan nusantara yang telah menerapkan budaya islam. Dari sinilah juga nilai tradisional secara perlahan mengalami kepunahan karena tidak mampu bersaing dengan budaya modern dalam bentuk pergaulan masyarakat.
Pengaruh Media Sosial di Kalangan pemuda
Kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia sebenarnya memiliki dampak positif dan negatif bagi pemuda masyarakat Indonesia. Dampak positif misalnya, kreatifitas, inovasi pengembangan ilmu pengetahuan, dan dijadikan bisnis online. Dampak negatifnya kebudayaan asing atau barat terhadap pemuda masyarakat Indonesia khususnya kalangan pemuda sudah sampai tahap memprihatinkan karena ada kecenderungan para pemuda sudah melupakan kebudayaan bangsanya sendiri yang berbasis islam. Budaya ikut-ikutan atau latah terhadap cara berpenampilan, mengikuti trend tik-tok, gaya bahasa dalam berbicara, dan mengkonsumsi makanan cepat saji, berbelanja online, selau bermain game yang akan memengaruhi volume sel otak sehingga tingkat kecerdasannya akan menurun dan kasus hecker. Gaya hidup semua itu karena melihat dari media sosial.
Para pemuda tidak ingin ingin dikatakan kuno, kampungan kalau tidak mengikuti cara berpakaian ala barat karena dinilai modern, tren dan mengikuti perkembangan zaman. Selain cara berpakaian dan mode, tetapi hanya menjadi masyarakat yang konsumtif tidak produktif di kalangan pemuda menjadi masalah bagi kebudayaan di Indonesia. Umumnya kalangan pemuda Indonesia berperilaku ikut-ikutan tanpa selektif sesuai dengan nilai-nilai agama islam yang di anut dan adat kebiasaan yang mereka miliki. Dan itu biasanya berasal dari media sosial yang mereka lihat.
Para pemuda juga merasa bahwa kebudayaan di negerinya sendiri terkesan jauh. Sehingga para remaja merasa gengsi kalau tidak mengikuti perkembangan zaman meskipun bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama dan budayanya. Sehingga pada akhirnya para pemuda lebih menyukai kebudayaan barat, dibandingkan dengan kebudayaan kita sendiri.
Solusi Untuk Mengatasi Dampak Negatif Kebudayaan Barat dari Media Sosial:
Untuk mengatasi pengaruh kebudayaan Asing terhadap kebudayaan Indonesia, khususnya untuk membentengi kalangan pemuda dari pengaruh negatif diperlukan pelibatan semua pihak terutama pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat seperti, para ulama budayawan serta keterlibatan orang tua di rumah.
a. Peranan Pemerintah
Pemerintah hendaknya dapat mengambil kebijakan strategis melalui penataan ulang sistem pendidikan terutama mengenai pengaturan kurikulum. Umumnya di setiap sekolah menerapkan sistem pengajaran pengetahuan mengenai ilmu keagamaan kepada para pemuda/remaja sekolah dengan waktu yang berjalan selama dua jam dalam seminggu saja. Tentu saja ini kurang memadai waktunya untuk mengharapkan sebuah perubahan perilaku siswa sehingga memerlukan penambahan jam pelajaran atau kreatifitas guru bidang studi tersebut dalam bentuk kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah seperti kegiatan pengajian atau kajian-kajian tematik menurut pandangan agama. Sebaiknya setiap guru mata pelajaran umum juga dapat memasukkan nilai-nilai agama ketika mengajar di hadapan siswanya.
b. Peran orang tua dan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan anak yang paling banyak waktunya. Orang tua adalah figure utama dalam keluarga yang paling bertanggung jawab terhadap masa depan anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu, lingkungan keluarga sangat berkontribusi terhadap kualitas perilaku atau akhlak anggota keluarga terutama anak-anaknya. Lingkungan keluarga dan lingkuangan sosial harus tetap beriklim positif dalam artian orang-orang yang ada dalam sekitar kita harus orang-orang yang tidak membawa kesesatan. Orang tua harus bisa mengambil porsi lebih banyak diantara porsi yang lainnya.
c. Mengajarkan kepada generasi muda tentang budaya islami yaitu dengan menyiapkan generasi muda agar dapat memperluas budaya kita sesuai syari’at islam.
d. Menerapkan pendidikan kepada generasi muda yaitu menumbuhkan karakter dan nilai-nilai yang berguna untuk membentuk pribadi yang baik dan berakhlak mulia.
Semua itu tentunya dilalui dengan tidak mudah, namun bisa terlaksana bahkan terwujud karena peran dari semua pihak tadi yakni setiap personal pemuda sendiri, keluarga, masyarakat dan negara yang bisa menjalankan aturan kehidupan ini berdasarkan aturan yang sempurna yaitu dengan aturan Islam.
Views: 42
Comment here