Opini

Peran Negara Atasi Konflik Sosial di Tengah Pandemi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Dita Resti

Di masa pandemi seperti hari ini semakin terasa beratnya beban hidup yang harus mereka hadapi. Kebijakan PPKM tanpa dibarengi jaminan pemenuhan kebutuhan masyarakat oleh pemerintah mengakibatkan rakyat terlunta-lunta dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Wacana-edukasi.com — Lagi, berita menyayat hati menambah deretan cerita ketika pandemi. Sebelumya diberitakan, tim pemakaman jenazah pasien covid-19 BPBD Jember menjadi korban amukan warga saat mengirim jenazah ke Desa Jatisari, Kecamatan Pakusari, Jember. Mereka dihadang lalu dilempar dengan batu serta dipukul oleh sejumlah warga. Peristiwa itu terjadi pada Sabtu, 17 Juli 2021. Saat itu, tim pemakaman mendapat permintaan dari camat dan warga untuk mengantar jenazah dari RSD dr Soebandi ke Desa Jatisari (Kompas.com, 24/7/2021)

Tidak hanya dialami oleh para petugas, gesekan juga dialami oleh masyarakat yang terjangkit covid-19. Hal ini dialami oleh warga desa Sianipar Bulu Silape, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Korban yang positif covid-19 dan hanya mengalami gejala ringan disarankan untuk isoman di rumah. Namum warga memintanya untuk isoman di suatu rumah tengah hutan. Namun, karena depresi korban kembali pulang. Nahas, warga tak terima dan menganiaya membabi buta.

“Rupanya dia tidak tahan dan depresi, makanya kembali ke rumah. Nah, saat itulah masyarakat setempat datang dan memaksa pulang saya dan terjadilah aksi yang sangat tidak manusiawi itu,” kata Jhosua (Kompas.com, 21/7/2021).

Masifnya Konflik Sosial saat Pandemi

Konflik adalah hal yang wajar terjadi. Tak perlu menunggu pandemi, manusia yang fitrahnya memiliki ghorizah baqa‘ (naluri mempertahankan diri) berpotensi terlibat konflik. Apalagi di saat beban hidup semakin berat, konflik sosial semakin tak bisa dihindari.

Di masa pandemi seperti hari ini semakin terasa beratnya beban hidup yang harus mereka hadapi. Kebijakan PPKM tanpa dibarengi jaminan pemenuhan kebutuhan masyarakat oleh pemerintah mengakibatkan rakyat terlunta-lunta dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Terutama bagi rakyat yang mengandalkan hidup mereka dari usaha harian harus menerima terbatasnya waktu operasi usaha dan menurunnya konsumen bagi usaha mereka.

Lemahnya penanganan pandemi juga menyumbang beban rakyat hari ini. Semakin terbatasnya kamar perawatan covid-19 di pusat kesehatan, berkurangnya jumlah petugas nakes akibat terpapar virus dan banyak dari mereka yang meninggal akibat virus, vaksin yang belum mampu merambah semua kalangan, dtambah langkanya pasokan oksigen membuat rakyat terpaksa berjuang melawan virus sendirian di rumah tanpa fasilitas.

Tekanan bertambah ketika masyarakat pun dibiarkan menghadapi virus tanpa edukasi yang benar sehingga masyarakat terjebak pada paradigma liar mereka. Ada yang menganggap covid-19 hanyalah sebuah konspirasi belaka, ada yang menganggap bahwa covid-19 tidak ada, dan ada pula masyarakat yang sangat ketakutan sehingga menganggap bahwa orang yang terjangkit virus dan yang merawatnya adalah musuh yang harus dihindari akibat ketakutan mereka akan tertular penyakit ini.

Peran Negara Menangani Konflik

Konflik sosial sejatinya tak perlu terjadi berlarut-larut. Bila dibiarkan dampak serius bagi tatanan kehidupan masyarakat akan terjadi. Akibatnya justru akan memperparah kondisi negara di tengah pandemi.

Masyarakat khususnya bagi seorang muslim harus memiliki kesadaran yang tinggi dan pemahaman yang benar mengenai wabah yang terjadi. Dari Aisyah Ra istri Nabi Saw. Ia berkata, ‘aku bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang Thaun. Beliau memberitahukan kepadaku bahwa Thaun adalah azab yang dikirim Allah bagi barangsiapa pun yang Dia kehendaki, dan bahwa Allah menetapkannya sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Tidaklah barang siapapun yang begitu wabah Thaun menjangkiti lantas ia tetap berada di negerinya dengan sabar dan ridha juga tahu bahwa tidak ada yang menimpanya kecuali yang ditetapkan Allah baginya, melainkan baginya seperti pahala syahid.’ (HR A-Bukhari 3474). Maka bagi seorang muslim, dia harus bersabar menghadapi wabah ini dan memahami bahwa virus covid-19 adalah makhluk yang Allah Swt. ciptakan dan kirimkan kepada kita semua.

Namun, peningkatan kasus konflik horizontal tidak bisa diselesaikan hanya mencukupkan pada skala individu dan masyarakat belaka. Negara lah yang sejatinya memiliki peran terbesar dalam menangani konflik ini. Kebijakan negara yang dinilai tidak adil terutama kepada rakyat kelas menengah ke bawah memicu ketidakpercayaan rakyat pada kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh penguasa.

Rakyat butuh suasana yang kondusif dan jaminan terpenuhinya kehidupan terlebih di saat pandemi. Kondisi itu hanya bisa terjadi bila negara mengambil perannya sebagai raa’in (pengurus) dan junnah (perisai) bagi rakyat. Bukan hanya mengambil kebijakan yang menguntungkan pihak-pihak tertentu saja dan mengesampingkan yang lain.

Butuh Solusi Tuntas

Sejarah telah mencatat bahwa para Kholifah di masa kekhilafahan telah mampu mengatasi setiap problem manusia dengan gemilang. Tak terkecuali ketika wabah melanda suatu negeri. Kholifah Ummar bin Khattab langsung turun tangan mencari orang yang mempuni untuk segera mencari jalan keluar bagi penanganan wabah tha’un saat itu. Tercetuslah ide brilian dari sosok sahabat Salman Al Farisi.

Sang kholifah dengan sigap melakukan isolasi pada wilayah tersebut untuk memutus rantai penyebaran wabah dan menyelamatkan nyawa rakyat yang lain. Beliau pun menjamin kebutuhan rakyat yang diisolasi serta mengirimkan fasilitas yang memadai bagi wilayah yang terjangkiti.

Bila hal ini dilakukan juga oleh penguasa negeri ini sejak awal wabah ini muncul, maka bukan hanya menghindari terjadinya konflik sosial yang masif namun juga banyak nyawa yang bisa diselamatkan. Sudah sepantasnya penguasa negeri ini kembali pada aturan Ilahi yang mampu menjadi solusi tuntas bagi pandemi.

Wallohualam bishowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 2

Comment here