Opini

Perayaan Ultah, Ternyata Salah Langkah

Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Azmi (Aktivis Muslimah)

wacana-edukasi.com, OPINI– Hari saat manusia lahir adalah hari yang sangat membahagiakan. Hari tersebut ialah hari di mana sebuah awal seorang manusia menjalani kehidupan di dunia ini. Hari tersebut pula merupakan hari bersejarah yang membuat sebagian orang merasa perlu adanya perayaan untuk memperingati hari ataupun tanggal tersebut.

Banyak manusia yang merayakan hari kelahiran mereka. Bahkan, tidak sedikit pula, orang lain yang justru memberikan kejutan di tanggal kelahiran teman atau saudaranya. Namun, tidak semua berakhir bahagia.

Diberitakan oleh kompas.tv (11/7/2024), Fajar Nugroho, siswa SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten, meninggal dunia setelah teman-temannya menceburkannya ke kolam saat merayakan ulang tahun.

Saat itu, pralon di atas kolam yang ada kabel listriknya dipegang oleh korban yang diduga tidak bisa berenang dan tersetrum, lalu meninggal dunia. Teman korban yang sempat menolong pun ikut tersetrum, namun tidak meninggal dunia.

Perwakilan keluarga korban, Suparno, mengatakan bahwa meskipun sempat syok dengan kejadian yang dialami, namun orang tua dan pihak keluarga telah menerimanya sebagai musibah. (nasional.tempo.co, 10/7/2024)

Jika sudah ada kejadian tersebut, apakah perlu merayakan ulang tahun seperti itu?

*Beberapa Catatan*

Kejadian yang menimpa Fajar memang sebuah musibah yang tidak terduga. Akan tetapi, tetap diperlukan analisis yang menyeluruh atas kejadian tersebut. Hal ini dimaksudkan agar tidak terulang lagi kejadian yang serupa dan agar candaan yang dilakukan tidak sampai membahayakan atau mempertaruhkan nyawa orang lain.

Dari peristiwa tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi pihak sekolah, orang tua, maupun remaja atau generasi muda. Yang pertama adalah kecenderungan merayakan ulang tahun dengan memberi kejutan berupa menabur tepung, melempar telur, atau menceburkan ke kolam, menjadi hal yang biasa dilakukan oleh para pelajar. Kebiasaan seperti ini sudah bisa termasuk dalam kategori perundungan. Meskipun ada kerelaan diperlakukan demikian, akan tetapi perlakuan tersebut bukan termasuk perilaku yang baik. Apabila sudah menjadi tradisi, perilaku yang sama akan terulang lagi. Apakah kebiasaan buruk seperti ini akan berhenti jika ada korban jiwa dahulu?

Yang kedua adalah mengenai eksistensi diri. Tidak sedikit remaja yang mengekspresikan eksistensi diri dengan hal-hal diluar batas. Mereka seolah mencari perhatian dengan hal-hal yang berlebihan bahkan mempertaruhkan nyawa. Contoh lainnya seperti menghadang truk, membuat konten gantung diri, dan lainnya. Bahkan, remaja pula banyak yang terlibat tawuran, geng motor, balap liar, dan lainnya, agar terlihat keren. Sebegitu perlunya kah kebebasan bertingkah laku demi eksistensi diri?

Yang ketiga ialah perilaku remaja yang bertingkah laku tanpa mempertimbangkan konsekuensi nya. Dalam kasus diatas, menceburkan temannya ke dalam kolam merupakan salah satu tindakan impulsif. Mereka tidak mempertimbangkan apakah temannya bisa berenang atau tidak, apakah kolamnya dalam atau dangkal, dan apakah ada bahaya lain yang mengancam jika melakukan hal tersebut. Jika tindakan impulsif seperti ini dibiarkan, khawatir akan membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain.

Yang keempat yakni mengenai sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Seharusnya tiap sarana dan prasarana yang ada di sekolah dirawat dan dipelihara dengan baik secara rutin agar tidak terjadi kejadian yang tidak terduga. Memang, takdir adalah hal yang berada diluar kendali manusia. Namun, manusia bisa melakukan berbagai hal pencegahan di area yang dikuasainya. Seperti, memberi tanda peringatan di tempat-tempat yang sekiranya membahayakan siswa, atau melarang adanya perayaan yang berlebihan. Dengan begitu, hal-hal yang tidak diinginkan pun dapat dicegah dengan upaya-upaya tersebut.

*Menimbang Sebelum Berbuat*

Memikirkan dahulu apa yang akan diperbuat akan meminimalisir kesalahan fatal maupun kecerobohan. Karena, kesalahan yang tidak bisa dikembalikan akan sangat mungkin terjadi jika individu berbuat tanpa mempertimbangkan konsekuensi nya, seperti kehilangan nyawa. Sayangnya, tindakan remaja sekarang ini sering sekali tanpa adanya pertimbangan risiko yang nantinya akan dihadapi. Remaja sekarang ini lebih mementingkan perasaan daripada pemikiran yang matang dan mendalam.

Dalam Islam, setiap individu harus berpikir dengan benar dan mendalam, yaitu sesuai dengan syariat Islam. Hal ini agar tidak terjadi kesalahan fatal. Dengan berpikir yang benar dan matang juga membuat kualitas keputusan yang diambil akan meningkat. Para remaja akan mempertimbangkan tingkah laku berdasarkan syariat, bukan hawa nafsu, seperti ikut tren masa kini.

Lalu, berpikir dengan benar dan matang juga membuat remaja terhindar dari amalan yang sia-sia, baik secara waktu maupun perilaku. Remaja akan lebih meningkatkan produktivitas nya. Selain itu juga, kepribadian Islam dalam diri remaja akan terbangun. Jika pola pikir sudah sesuai dengan syariat Islam, maka akan menghasilkan pola sikap juga ya g sesuai dengan Islam. Sehingga, mereka menjadi remaja yang bertakwa.

Pemikiran yang benar dan mendalam ini tidak bisa dibentuk jika asas pendidikan nya sekularisme. Karena, sekularisme berpandangan bahwa agama hanya sebatas ibadah ritual saja. Tapi dalam Islam, seorang muslim harus menjadi muslim yang kafah. Maka dari itu, jika ingin generasi memiliki karakter yang baik dan kukuh, sistem pendidikan nya harus berlandaskan akidah Islam.

*Pendidikan dan Kehidupan dalam Islam*

Karena pendidikan sangat penting dalam membentuk kepribadian generasi yang bermutu, maka negara dalam Islam menempatkan pendidikan sebagai kebutuhan dasar yang akan dijamin dan diberikan secara gratis. Sehingga, generasi akan fokus belajar dan menggapai cita-cita, serta tidak akan terbebani dengan biaya pendidikan.

Disamping itu pula, sistem pendidikan Islam menggunakan kurikulum yang berdasarkan pada akidah Islam. Sehingga, generasi akan memiliki pola pikir dan pola sikap ya g sesuai dengan syariat Islam. Lalu, pendidikan Islam juga akan meningkatkan kualitas individu yang memiliki ketaatan yang tinggi pada Allah Swt.. Sehingga, standar perbuatannya tidak mengikuti manusia, tetapi halal- haram sesuai dengan syariat. Generasi tidak akan melakukan hal yang mubazir maupun merugikan diri sendiri atau orang lain.

Lalu, ilmu maupun teknologi yang ada bukan untuk merusak, melainkan bertujuan untuk memberikan manfaat bagi manusia. Hal ini didukung oleh negara yang turut andil dalam mengatur tiap tayangan ataupun tontonan yang tidak berguna atau bahkan merusak iman dan takwa, serta kepribadian masyarakat.

Masyarakat dalam Islam pun akan saling menasihati jika ada yang berbuat kesalahan atau kezaliman. Sehingga, kesalahan atau kezaliman tidak akan dianggap biasa. Masyarakat akan terbiasa melakukan amar makruf nahi mungkar.

Begitulah jika Islam diterapkan secara menyeluruh dalam setiap sisi kehidupan. Generasi akan menjadi generasi yang memiliki kepribadian Islam, pintar dalam hal ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi, serta mahir dalam kehidupan Islam. Wallahualam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 17

Comment here