Oleh: Naura Azla Gunawan (Aktivis Muslimah)
Wacana-edukasi.com, OPINI– Beban perempuan di era kapitalisme ini, baik fisik maupun non fisik membuat mereka lupa dan kehilangan peran utama dalam kehidupannya. Salah satu beban yang dirasakan pada saat ini adalah beban digital secara non fisik.
Dilansir oleh bbc.com bahwa dalam sebuah studi lintas negara baru-baru ini menunjukkan bahwa teknologi telah memperburuk beban mental pada perempuan, terutama ibu. Dari survei terhadap lebih dari 6.600 orang tua di 29 negara, ditemukan adanya pembagian kerja berbasis gender dalam penggunaan teknologi untuk pekerjaan dan kehidupan keluarga. Laki-laki lebih banyak menggunakan teknologi di tempat kerja, sementara perempuan menggunakannya di tempat kerja dan di rumah. Hal ini justru meningkatkan paparan perempuan pada beban ganda komunikasi digital di kedua ranah.
Peneliti menemukan bahwa perempuan 1,6 kali lebih mungkin mengalami beban komunikasi digital ganda di tempat kerja dan rumah dibanding laki-laki. Contohnya, kelompok percakapan ibu-ibu di aplikasi pesan jauh lebih aktif dan memiliki lebih banyak peserta dibandingkan kelompok ayah.
Banyak pasangan menginginkan hubungan yang egaliter, namun peran gender sering muncul tanpa disadari. Teknologi memainkan peran penting dalam pembagian beban rumah tangga tersebut, meskipun sering kali perangkat digital dipakai untuk bekerja dan bersantai.
Perempuan pun lebih sering mengambil pekerjaan fleksibel atau paruh waktu untuk mengurus anak, yang justru meningkatkan beban digital dan pengasuhan mereka. Fenomena ini disebut “paradoks fleksibilitas”, dimana fleksibilitas kerja memperkuat peran perempuan sebagai pengasuh utama.
Menurut sosiolog Heejung Chung, kerja fleksibel menyebabkan perempuan yang bekerja dari rumah lebih banyak melakukan pekerjaan rumah dan pengasuhan dibandingkan perempuan yang bekerja di luar rumah, sementara laki-laki tetap memiliki batasan antara pekerjaan dan tugas rumah.
Kemudian, norma lama yang menjadikan laki-laki sebagai pencari nafkah utama masih memengaruhi pembagian kerja ini, bahkan bagi perempuan dengan jabatan tinggi. Walaupun ada perubahan dalam pembagian tugas pengasuhan anak, namun perempuan masih memikul beban lebih besar.
Faktor Pendorong Beban Digital Perempuan
Dilihat dari kecenderungan perempuan yang memang selalu aktif dalam dunia digital, maka terbuka pula pekerjaan-pekerjaan yang menarik ditawarkan yaitu perempuan dapat berkerja dirumah dan mengahasilkan pundi-pundi uang. Sehingga perempuan yang biasanya hanya mengurus rumah dan mengasuh anak telah ditambah dengan aktivitas berkerja.
Banyak perusahaan yang menawarkan pekerjaan kepada perempuan secara work from home dengan memanfaatkan smartphone mereka dan tugasnya adalah membuat konten yang setiap hari di upload pada media sosial. Agar makin menarik perhatian para perempuan lainnya, mereka diiming-imingi dengan komisi, bahkan jika mampu mengajak perempuan lain, maka akan menambah komisi mereka.
Sistem kapitalisme ini berhasil membuat kita mengikuti algoritma yang mereka buat dan mengambil keuntungan sepihak. Perempuan menurut mereka adalah alat yang dapat memberikan apa yang mereka mau, karena dalam diri perempuan terdapat banyak keistimewaan yang dapat dimanfaatkan, sehingga dengan mudahnya mereka mencuci pemikiran perempuan sampai kepada menghilangkan dan melupakan peran perempuan yang sesungguhnya.
Kesetaraan gender yang digaungkan oleh feminisme seharusnya telah terlihat kegagalannya walaupun belum semua perempuan menyadarinya. Fitrah perempuan yang jelas berbeda dengan laki-laki justru menambah sengsara perempuan dengan konsep ala feminisme. Solusi para feminis gaungkan untuk menaikkan kembali mahkota perempuan tidak sampai ke akarnya. Pada dasarnya perempuan tetap dijadikan budak baik tenaganya dan tubuhnya.
Hal ini memperburuk perempuan sehingga mereka menyalahkan diri mereka sendiri apabila tidak sampai pada target yang sudah ditentukan oleh algoritma di sistem kapitalisme ini. Lebih parahnya, seorang ibu dapat meninggalkan peran yang sudah dijalankannya seperti mengurus anak dan rumah apabila mereka melakukan pekerjaan yang telah ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Padahal, tujuan awal mereka melakukan kegiatan tambahan (bekerja) dalam mengasuh anak dan mengurus rumah adalah untuk mengisi kekosongan waktu, namun pada akhirnya mereka terjerumus dalam sistem yang sudah dibuat oleh perusahaan itu sendiri sehingga prioritas utamanya pun hilang bukan lagi keluarga namun pekerjaan.
Harusnya prioritas perempuan dalam berumah tangga adalah mengurus serta mengasuh anak dan rumahnya, sedangkan laki-laki adalah bertugas mencari nafkah dan pastinya pula membimbing istrinya. Sikap kepemimpinan pada laki-laki pun hilang pada sistem saat ini dikarenakan lingkungan dan kurangnya edukasi dalam memahami tanggung jawab seorang laki-laki.
Solusi dari Beban Digital
Islam yang diturunkan Allah Yang Maha Adil dan Maha Mengetahui hakikat makhluk-Nya, telah memosisikan perempuan dan laki-laki di posisi mulia. Seorang muslim (laki-laki dan perempuan) harus memahami dengan benar bahwa Islam telah memberikan peran dan posisi istimewa bagi keduanya.
Ketika keduanya mampu menjalankan peran dan posisinya tersebut sesuai tuntunan Islam, kemuliaan dan kebahagiaan akan dapat mereka raih. Oleh karena itu, ketika perempuan mampu berperan menyempurnakan seluruh kewajiban yang datang dari Allah Swt., baik dalam peran utamanya sebagai ummun wa rabbatul bait maupun sebagai bagian dari masyarakat, kemuliaan pun akan menghampirinya.
Maka dari itu, perempuan tidak diwajibkan mencari nafkah dalam Islam. Kewajiban mencari nafkah ada pada laki-laki baik wali atau kerabatnya. Jika wali dan kerabat tidak mampu, maka negara bertanggung jawab penuh dalam memenuhi kebutuhan perempuan, baik sudah menikah atau belum. Hanya saja, Islam tidak mengharamkan perempuan untuk bekerja, jika peran perempuan secara fitrah tidak terlupakan dan tidak melanggar syariat.
Kemudian, urusan di rumah pun tidak dibebankan sepenuhnya pada perempuan di dalam Islam. Untuk urusan di luar rumah ada pada suami, sedangkan di dalam rumah adalah urusan istri. Jika pembagian urusan ini dipahami, maka akan mengurangi beban perempuan atau istri di rumah.
Adapun pemberdayaan perempuan dalam Islam diarahkan untuk mencerdaskan muslimah agar mampu menjalankan peran utama sebagai ibu dan pengelola rumah tangga serta berperan dalam mengubah masyarakat. Caranya dengan mengubah pola pikir umat dengan tsaqafah Islam, sehingga segala tindakan didasarkan pada akidah Islam. Selanjutnya, melakukan pembinaan pemahaman Islam yang mendalam, sehingga umat akan termotivasi untuk berdakwah, mematuhi hukum-hukum Islam, dan berusaha menegakkan aturan Allah di muka bumi.
Views: 5
Comment here