Opini

Perempuan Pencetak Generasi Bukan Pencetak Ekonomi

blank
Bagikan di media sosialmu

Penulis: Reni Tresnawati (Aktivis Muslimah Karawang)

wacana-edukasi.com  Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Ida Fauziyah, untuk memulihkan kembali roda ekonomi masyarakat, selain menumbuhkan wirausaha-wirausaha baru, peran perempuan dianggap sangat penting, dan krusial selain sebagai motor penggerak ekonomi nasional dan pendukung proses distribusi. Walaupun perempuan masih tergolong sebagai kelompok rentan yang sering terjebak dalam berbagai kesulitan. Seperti kekerasan dalam rumahtangga, kemiskinan, hingga perlakuan diskriminasi dari lingkungan. Seperti yang dilansir Radar Karawang, saat berkunjung ke Purwakarta. Kamis (13/8/20).

Bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika menargetka, pertumbuhan ekonomi masyarakat di wilayahnya bisa naik 5,54 persen, pada 2021 mendatang. Target itu bisa terealisasi jika didorong dengan penyediaan infrastruktur yang handal, prioritas ke depan diarahkan pada pragram penguatan ekonomi kerakyatan, peningkatan sumber daya manusia (SDM), pemerataan infra struktur, serta peningkatan produksi pangan dan produksi unggulan masyarakat. Senin 17/8/20. (R.MOLJABAR)

Target pertumbuhan ekonomi masyarakat hari ini, tak lepas dari campur tangan perempuan. Perempuan dianggap mampu mendorong ekonomi lokal. Ini adalah kebohongan kapitalisme. Karena pada realitanya, perempuan hanya dijadikan eksploitasi dan skrup bumper ekonomi kapitalisme. Sebab upah perempuan yang murah. Tanpa sadar perempuan pun digiring masuk dalam cengkeraman kapitalisme dengan senang hati dan suka cita.

Seharusnya, di tengah pemutusan hubungan kerja (PHK) yang merajalela akibat pandemi melanda. Pemerintah memberi sokongan program pada kaum laki-laki, khususnya para bapak yang telah jelas memiliki kewajiban mencari nafkah. Kenapa harus kaum wanita yang diberi modal dan pelatihan? Bukankah nantinya perempuan akan menjadi seorang ibu yang bertugas mengurus dan mendidik anak-anaknya, agar menjadi generasi penerus?
Jika para ibu disuruh bekerja diluar rumah untuk membantu ekonomi keluarga, bahkan bangsa. Lantas bagaimana pengurusan rumahtangga dan pendidikan anak-anak. Padahal, kewajiban utama ibu adalah ummun warobatul baiti.

Inilah, kegagalan sistem ekonomi kapitalisme yang pada gilirannya akan menghancurkan generasi pemimpin bangsa. Apabila generasi muda sudah hancur, apa yang terjadi dengan negeri ini?
Pastinya negara akan kacau dan berantakan. Bagaimana mungkin negara di pimpin oleh orang yang tidak kompeten dan potensi. Karena para pemudanya sudah tidak respek dan peduli terhadap kelemahan dan keterpurukan negara ini. Ibu yang seharusnya melimpahkan anak-anaknya dengan kasih sayang dan membentengi dengan ilmu agama supaya anak-anaknya menjadi generasi berkualitas. Malah harus meninggalkan mereka karena tuntutan ekonomi.

Untuk memulihkan negara ini, peran ibulah yang paling utama. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Tugas ummun warabatul baiti itu, bukan tugasa yang sepele. Namun, tugas mulia. Dari mengurus rumah, mendidik anak-anak, dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Itu sangat berpahala di sisi Allah. Sedangkan, posisi suami sebagai pencari nafkah untuk menghidupi istri dan anak-anaknya. Jika semua itu diabaikan. Maka Allah akan meminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak kepada keduanya (orangtuanya).

Oleh karena itu, umat harus disadarkan tentang kodrat laki-laki sebagai suami dan kepala keluarga dan perempuan sebagai istri dan ibu yang bertugas mengurus keluarga dan mendidik anak-anak. Kemudian, umat juga harus disadarkan bahwa solusi satu-satunya adalah melepaskan diri dari kungkungan sistem ini, dan menggantinya dengan sistem yang berasal dari sang Pencipta alam ini, yang Maha Sempurna, yaitu sistem khilafah Islam yang sudah terbukti mampu mewujudkan kesejahteraan selama belasan abad. Tak hanya bagi umat muslim tapi non muslim juga. Baik wanita maupun laki-laki.

Khilafah Islam sangat memuliakan perempuan. Tidak ada pekerjaan untuk perempuan di luar rumah yang seharian penuh. Adapun negara membolehkan perempuan bekerja di luar rumah setengah hari. Seperti, wanita yang bekerja di bidang pendidikan, kesehatan, administrasi, dan lain-lain. Atau wanita boleh bekerja di dalam rumah. Seperti, menjahit, mengajar les, membuat kue, dan lain-lain.

Dengan begitu, mereka masih memiliki waktu untuk keluarganya.
Dalam sistem khilafah Islam ini, kaum wanita benar-benar mendapat kedudukan terbaik dan terjamin hak-haknya. Termasuk hak finansial dan hak politik strategisnya sebagai ibu pencetak generasi peradaban cemerlang. Sehingga selama belasan abad pula, umat Islam mampu menjadi umat terbaik, yang menebar rahmat bagi seluruh alam.

Wallahu’alam bishshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 13

Comment here