Opini

Perempuan Tak Butuh Kesetaraan Gender

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Fitriyani Thamrin Mardhan, S. Pd., M.Si.

Wacana-edukasi.com — Dalam kehidupan, kita mengenal adanya laki-laki dan perempuan. Keduanya senantiasa saling berinteraksi dalam berbagai hal. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan sering kali menjadi perdebatan yang hangat dan tak pernah usai. Sebagian pendapat menyamakan dan menyejajarkan antara keduanya, sebagian lagi secara tegas membedakan dalam berbagai hal, dan menganggapnya sebagai kodrat atau takdir. Adanya perbedaan biologis di antara keduanya dianggap tidak sedikit dari mereka yang menjadi berbeda dalam merealisasikan suatu tuntutan di berbagai lini kehidupan, baik dalam ranah domestik maupun publik.

Permasalahan yang kian timbul, selalu saja dikaitkan dengan perempuan. Banyak anggapan yang melemahkan kaum perempuan dalam posisi dan perannya di kancah kehidupan. Semisal perempuan yang dianggap rendah ketika hanya tinggal di rumah tanpa bisa berkarier atau mendapatkan pekerjaan di luar rumah. Seolah dalam perkara ini laki-laki dipandang lebih mendominasi daripada perempuan. Seolah perempuan merasa terkekang dengan kondisi tersebut. Ini salah satu bentuk diskriminasi yang datangnya dari pandangan sosial masyarakat kepada perempuan.

Ide kesetaraan gender hadir seolah membawa angin segar bagi kaum perempuan. Memperjuangkan hak-hak perempuan untuk disejajarkan dengan kaum laki-laki. Dikutip dari situs Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia yang menyatakan bahwa krsetaraan gender akan memperkuat kemampuan negara untuk berkembang, mengurangi kemiskinan, dan memerintah secara efektif. Dengan demikian mempromosikan kesetaraan gender adalah bagian utama dari strategi pembangunan dalam rangka untuk memberdayakan masyarakat (semua orang)—perempuan dan laki-laki—untuk mengentaskan diri dari kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup mereka (www.kemenpppa.go.id).

Namun, pada faktanya sejak dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 oleh pemerintah Indonesia tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, hingga kini justru kita melihat masih saja banyak permasalahan dalam hal SDM. Bahkan kemiskinan terus memberikan angka yg tinggi, generasinya pun semakin rusak, permasalahan mengenai perempuan tak habis-habisnya diberitakan. Seperti kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, dan lain-lain.

Buah dari Kapitalisme

Para pengusung ide kesetaraan gender ini berangkat dari ketimpangan sosial yang terjadi pada kaum perempuan. Sedang mereka lupa bahwa ketimpangan yang terjadi berikut dengan berbagai permasalahan bagi kaum perempuan, sesungguhnya berasal dari sistem yang saat ini diterapkan. Kapitalisme menuntut pemberdayaan segala hal dalam bidang ekonomi, termasuk kaum perempuan. Segalanya dinilai dari sudut pandang materi. Bagaimana kaum perempuan mengejar pundi-pundi uang untuk memperkaya diri, bagaimana perempuan berkarier hanya untuk mengejar nilai sosial agar tidak dianggap remeh oleh suami dan masyarakat.

Terlebih lagi kapitalisme yang telah menjadikan terpuruknya sistem ekonomi negara, terus mempropagandakan ide ini demi mendorong perempuan bekerja dan berkarier demi mengejar materi, menopang ekonomi keluarga, serta menganggap bahwa perempuan seperti ini dinilai sejajar dengan kaum laki-laki yang juga bekerja di luar rumah.

Sekali lagi, mereka lupa, segala permasalahan yang ada bukanlah dari ketidakadilannya gender dalam memandang perihal perempuan dan laki-laki, tetapi lebih kepada bahwa sistem kapitalisme memberikan dampak permasalahan kehidupan yang begitu kompleks. Pada sektor ekonomi misalnya, lapangan pekerjaan yang disediakan pemerintah tidaklah seimbang, hingga para lelaki tidak mendapatkan pekerjaan yang merata agar dapat menopang pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya. Akibatnya, kemiskinan semakin meningkat. Urusan keluarga semakin terabaikan. Kemudian pada sektor domestik, perempuan merasa terkekang dengan tinggal di rumah karena ada anggapan bahwa ibu rumah tangga adalah suatu hal yang remeh, ditambah lagi kaum perempuan tidak mendapatkan pendidikan sebagaimana halnya dalam Islam.

Pun gaya hidup generasi muda yang hedonis, Mereka tumbuh dalam kerasnya kehidupan sebagai tuntutan materialistik, sehingga wajar ketika kita mendengar banyaknya kekerasan pada perempuan yang terjadi, semisal anak membunuh ibunya hanya karena tidak dibelikan motor. Semua tuntutan materi adalah ajaran dari sistem kapitalisme ini. Sebab akidah yang lahir dari rahimnya adalah akidah sekularisme, yang memisahkan agama dari kehidupan. sehingga agama tidaklah menjadi hal yang penting.

Jika segala permasalahan yang ada, termasuk masalah gender, adalah buah dari diterapkannya sistem kapitalisme, maka solusinya adalah menggantinya dengan sistem lain yang memberikan keadilan bagi siapa pun, termasuk perempuan. Bukan justru memperjuangkan ide kesetaraan gender yang juga lahir dari kapitalisme. Tak skan bisa selesai masalahnya, justru akan semakin menambah permasalahan.

Perempuan dalam Islam

Dalam Islam, laki-laki dan perempuan dipandang sama, dalam hal sebagai hamba Allah, sebagai ciptaan Allah yang memiliki fitrah. Sehingga Allahlah yang paling berhak menentukan hak dan kewajiban dari keduanya. Allah Maha Adil dalam segala perkara.
Perempuan mendapatkan kedudukan mulia dalam Islam. Sebagaimana sering dikatakan bahwa perempuan dianggap sebagai tiangnya negara, bila baik maka baiklah negaranya dan sebaliknya bila rusak, maka rusaklah negaranya. Sebab di tangan perempuanlah ke mana arah generasi bangsa. Perempuan dalam Islam mendapatkan hak pendidikan yang sama dengan laki-laki, karena menuntut ilmu itu wajib bagi setiap manusia, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Negara Islam menjamin terpenuhinya pendidikan setiap warganya.

Dalam Islam pun sistem ekonomi begitu tertata dengan rapi sesuai syariat Islam. Negara yang berdiri di atas aturan Islam, maka akan menjalankan segalanya sesuai aturan Islam. Sebagaimana sejarah telah mencatat prestasi besar dalam peradaban Islam yang pernah berdiri selama 14 abad lamanya. Di sana terlahir para ulama, umat yang memiliki kecerdasan yang luar biasa, kemajuan peradabannya tak bisa ditandingi oleh negara lain saat itu. Ini menunjukkan bahwa Islam memberikan kesejahteraan dan keadilan, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Sebab Islam adalah aturan/ sistem kehidupan yang turun dari Yang Maha Menciptakan manusia itu sendiri. Sehingga paling cocok dan sesuai dengan fitrah manusia. Islam datang melalui Rasulullah Muhammad SAW, sebagai rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Anbiya ayat 107: “Tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.”

Maka sejatinya, perempuan tidak butuh kesetaraan gender, tetapi butuh aturan Islam. Sebab hanya dengan Islamlah ia akan mendapatkan kedudukan yang mulia, peran yang istimewa, serta perlakuan yang adil. Sedangkan ide kesetaraan gender hanyalah memberikan ilusi dan iming-iming kesejahteraan, nyatanya bersembunyi di balik kedok kapitalisme yang menilai segala sesuatu dari sudut pandang materi.

Wallahu a’lam bishshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 60

Comment here