Opini

Peringatan Hari Guru dengan Merdeka Belajar, Mampukah Mencetak Generasi Rabbani?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Suryani (Pegiat Literasi)

wacana-edukasi.com, OPINI– Guru merupakan sebuah profesi mulia dan tentu sangat penting perannya dalam mewujudkan generasi yang akan mampu membangun bangsa dan negara. Sedemikian pentingnya posisi seorang guru hingga sudah sewajarnya semua kalangan mengapresiasi juga memperhatikan agar peran dan fungsinya berjalan sebagaimana mestinya.

Salah satu bentuk penghargaan pemerintah terhadap guru ditetapkannya pada setiap tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional (HGN). Khusus pada tahun 2023 ini peringatan HGN mengusung tema “Bergerak Bersama Merdeka Belajar”. Tema ini berkaitan dengan kurikulum merdeka yang digagas Kemendikbud untuk diterapkan di semua lembaga pendidikan. (Tirto.id, 13 /11/2023)

Adapun acara peringatannya diadakan upacara di Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi yang disiarkan langsung di kanal youtube Kemendikbud RI. Serta mengirimkan surat edaran dengan No 36927/NPK.A/TU.02.03/2023 kepada seluruh instansi pendidikan untuk melaksanakan upacara hari guru dengan tema yang sama.

Adanya perintah untuk memperingati hari guru dengan tema “Bergerak Bersama Merdeka Belajar”, mengisyaratkan bahwa pemerintah sangat serius untuk menerapkan kurikulum merdeka belajar dalam pendidikan saat ini. Adapun tujuan dari kurikulum ini yakni menghasilkan lulusan siap kerja dan dapat memenuhi kebutuhan industri.

Tak bisa dimungkiri tujuan tersebut lahir dari pemikiran kapitalis buah dari sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri ini. Di mana tujuan dari segala aktivitas termasuk pendidikan adalah keuntungan materi. Tentunya ini sangat disayangkan, karena sejatinya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara serta mampu mencetak generasi tangguh yang berakhlakul karimah yang akan menjadi pemimpin peradaban di masa yang akan datang.

Selain tujuannya yang hanya mencari keuntungan materi, sistem kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan telah menjadikan generasi berada dalam problematika yang sangat serius. Banyaknya perundungan, perkelahian, perzinaan, narkoba hingga maraknya kasus bunuh diri hanya karena persoalan sepele menandakan generasi saat ini rapuh baik secara mental maupun akidah.

Seharusnya problematika itulah yang utama diselesaikan, dan berusaha menemukan akar permasalahan agar mampu mengurai dan menuntaskannya. Bukannya terus mengkampanyekan dan memuluskan kurikulum merdeka yang sejatinya bersifat matrealistis juga tidak mampu menyelesaikan permasalahan generasi saat ini. Sungguh umat membutuhkan solusi yang hakiki.

Solusi itu hanya datang dari Islam. Karena ia memiliki pandangan bahwa generasi adalah aset bagi bangsa, yang akan menjadi pemimpin di masa depan. Kuat dan lemahnya tergantung pada generasinya. Maka dari itu Islam memiliki konsep yang khas dalam mewujudkan generasi cemerlang, salah satunya melalui sistem pendidikannya.

Tujuan pendidikan dalam Islam adalah mencetak generasi yang mempunyai kepribadian Islam. Yakni pola pikir dan sikapnya sejalan dengan Islam. Untuk itu penguasa akan merancang kurikulum yang berasaskam akidah, dimulai dari tingkat dasar anak-anak akan dipahamkan mana yang haq dan batil. Pada tingkat tinggi baru dikenalkan dengan pendidikan yang mengandung hadharah. Hingga tahu betul mana yang harus terapkan atau ditinggalkan.

Konsep pembelajarannya pun lebih untuk diamalkan bukan hanya sebagai pengetahuan. Hingga apapun yang mereka pelajari akan menuntut untuk mengamalkannya baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Pembelajaran seperti itu akan senantiasa berbuah karya untuk kemaslahatan negara maupun agamanya.

Dari sisi pendidik negara akan memberikan penghargaan yang luar biasa. Tercatat dalam sejarah di masa kekhilafahan Umar bin Khattab beliau mengapresiasi seorang guru dengan memberikan gaji perbulannya yakni sebesar lima belas dinar. (Satu dinar setara dengan emas 4,25 gram). Dengan gaji sebesar itu maka seorang guru akan fokus menjalankan tugasnya tanpa memikirkan biaya kehidupannya. Di saat yang sama murid pun akan diajari untuk menghormati guru.

Karena sejatinya penguasa dalam Islam adalah raa’in (pengurus) rakyatnya. Sebagai mana sabda Rasulullah saw.

“Khalifah/pemimpin adalah raa’iin (pengurus/pengembala) rakyatnya, dan dia bertanggung jawab atas kepengurusan rakyatnya”. (HR Bukhari)

Atas dasar hadis tersebut mereka akan melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya karena meyakini semua ada pertanggungjawaban di akhirat kelak. Hingga yang diterapkan bukan hanya sistem pendidikan, namun semua aturannya diterapkan dengan sempurna, karena tentu satu aturan dengan yang lainnya saling berkaitan.

Maka dari itu akan didapati generasi unggul sebagaimana tercatat dalam sejarah kejayaan Islam. Di mana buah karya mereka masih dapat kira rasakan sampai saat ini. Mereka bisa menjadi para ilmuwan atau pun mujtahid karena hidup di masa Islam diterapkan secara kafah yang mendukung sepenuhnya aktivitas mereka dengan mempersiapkan sarana dan prasarananya.

Maka dari itu untuk kembali mencetak generasi rabbani yang luar biasa tersebut, bersama-sama kita perjuangkan kembali kehidupan Islam yang pernah diterapkan kurang lebih 13 abad lamanya. Hingga Islam sebagai Rahmatan lil alamiin bisa kembali kita rasakan.

Wallahu a’lam bi shawwab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 21

Comment here