wacana-edukasi.com–Senyuman kembali muncul di wajah Murtede alias Amaq Sinta (34 tahun), warga Desa Ganti, Lombok Tengah . Korban begal yang sempat menjadi tersangka akhirnya bisa menghirup udara bebas. Kini, Murtede bisa berkumpul kembali bersama keluarga setelah penyidikan terhadap kasusnya dicabut (news.detik.com, 16/4/2022).
Kasus yang terjadi pada dini hari (10/4) sempat menjadi viral. Setelah sebelumnya Amaq Sinta berani melawan pelaku begal sebanyak 4 orang. Sebanyak 2 orang tewas akibat tikaman senjata tajam yang dibawanya. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk perlawanan diri . Jika tidak melawan, begal akan membunuh dan membawa lari motornya (jpnn.com, 16/4/2022).
Kasus yang mendapat perhatian publik ini dikomentari oleh berbagai kalangan. Netizen mengacungi jempol terhadap Amaq Sinta karena berani melawan pelaku begal. Bahkan ada netizen yang sempat bertanya jurus pertahanan diri sehingga bisa selamat dari pelaku begal.
Kasus seperti ini membuka mata kita bahwa sempat terjadi ketidak adilan hukum. Setelah banyak yang bersuara, akhirnya penyidikan pun di hentikan. Keadilan hukum mesti dirasakan semua warga, ada atau tidak yang bersuara. Mari kita berkaca pada kisah Ali Bin Abi Thalib . Saat itu baju besi Ali dicuri oleh yahudi. Karena Ali tidak bisa menghadirkan cukup saksi, maka pencuri tersebut bebas. Inilah salah satu potret keadilan hukum yang dirasakan pada saat Islam diterapkan.
Aktivitas maraknya begal tentu patut menjadi perhatian. Ada kekhawatiran penyetopan kasus ini akan berefek terhadap maraknya vigilantisme. Masyarakat akhirnya memiliki cara sendiri untuk melawan kasus kekerasan. Tentu ini juga patut mendapat perhatian yang sama. Masyarakat butuh jaminan keamanan. Keamanan hakiki akan kita rasakan, jika Islam menjadi panduan hidup kita.
(Putri Ira)
Views: 3
Comment here