Surat Pembaca

Perselingkuhan Membawa Kehancuran Keluarga

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Sri Ummu Ahza (Aktivis Pemerhati Masyarakat dan Pegiat Literasi)

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Sungguh saat ini, kasus perselingkuhan terjadi dimana-mana. Kejadiannya pun tidak memandang status dan posisi. Baik kalangan pejabat, pengusaha, bahkan rakyat biasa. Hal ini menunjukkan perselingkuhan bisa terjadi di berbagai kondisi.

Cara mengatasinya harus dianalisa mendalam hal apa saja yang menyebabkan itu bisa terjadi. Jika kasus perselingkuhan terus terjadi dan makin banyak sehingga menimbulkan akibat yang beragam. Akan menjadi tanda tanya besar yang muncul di benak apa yang menjadi penyebab utama perselingkuhan itu?

Indonesia menjadi negara keempat di dunia dengan kasus perselingkuhan terbanyak. Berdasarkan survei di Amerika Serikat, setengah dari orang yang sudah menikah berselingkuh setidaknya satu kali selama pernikahan.

Hampir tiga perempat pria dan lebih dari dua per tiga wanita mengakui bahwa mereka telah berselingkuh. Sebagian besar perselingkuhan dimulai dengan teman dekat atau rekan kerja. Begitu perselingkuhan dimulai, hubungan tersebut berlangsung rata-rata dua tahun lamanya. Menurut laporan World Population Review, ada beberapa negara dengan perselingkuhan yang sangat umum terjadi (priangantimurnews.pikiran-rakyat.com 20 Februari 2023).

Sangat jelas hal ini bukan sesuatu yang harus dibanggakan ketika mendapatkan posisi keempat di dunia dengan sebutan kasus perselingkuhannya. Maraknya perselingkuhan menunjukkan lemahnya ikatan pernikahan dan bangunan keluarga yang seharusnya dilindungi oleh negara. Jika diperbincangkan memang benar ada banyak penyebab. Namun tak bisa dimungkiri faktor utama dan yang dominan adalah adanya ketertarikan secara fisik dan mencari kesenangan semata.

Ketertarikan fisik berawal karena tidak adanya aturan dalam menjaga sikap baik dalam berpakaian serta dalam pergaulan. Dukungan negara dalam aturannya yang memisahkan agama dari aturan kehidupan sehari-hari menjadi titik awal pembahasan penyebab utama terjadinya perselingkuhan.

Faktor lain perselingkuhan dilakukan sekadar kesenangan jasmani. Memuaskan hasratnya tanpa melihat standar boleh tidaknya serta akibat apa yang akan ditimbulkan jika telah terjadi. Terlebih jika rendahnya keimanan yang dimiliknya.

Berbagai kondisi lain menjadikan selingkuh sebagai pilihan. Bebasnya sistem sosial/ tata pergaulan, rusaknya sistem pendidikan, bebasnya akses media dan yang lainnya, yang justru jadi gerbang untuk memudahkan terjadinya perselingkuhan.

Ketika seorang melakukan perselingkuhan bukan hanya yang disalahkan pribadi tersebut. Namun lebih kepada problem lainnya dukungan terjadinya perselingkuhan. Ketika sepasang suami istri tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, pelarian mancari hal-hal yang menyenangkan dan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Tidak adanya pendidikan dan komitmen kuat dalam mebina rumahtangga hingga kesuciannya akad yang telah diucapkan ternodai. Begitupun sarana media yang difasilitasi dengan berbagai tontonan tidak mendidik dari menampakkan aurat yang dapat menimbulkan keinginan untuk mencoba hal lain. Hingga pada contoh totonan kehidupan rumah tangga yang banyak diwarnai adegan perselingkuhan.

Untuk mendapatkan penyelesaian akan kasus perselingkuhan ini sangat dibutuhkan peran dan dukungan negara dalam berbagai aspek. Karena memegang kekuatan dalam memberikan sanksi bagi yang melanggar dan tidak akan ada lagi yang berani melakukan.

Tentunya dukungan Negara dengan seperangkat aturan yang lebih memahami manusia yang akan di aturnya. Tentunya adalah aturan Islam dari Rabb yang menciptakan.

Keluarga mendapat kedudukan penting dalam Islam. Selain sebagai tempat memenuhi naluri nau’ (melestarikan keturunan) dan sebagai tempat menebar rahmat, juga memiliki posisi politis dan strategis sebagai madrasah, sebagai tempatb perjuangan serta sebagai tempat mencetak generasi cemerlang.

Islam menjadikan pernikahan sebagai ibadah, bahkan perjanjian kuat di hadapan Allah SWT. Karena itu pernikahan bukan hanya untuk meraih kesenangan semata, namun ada tujuan mulia lainnya yang harus dijaga agar kehidupan masyarakat tetap dalam kemuliaan dan kesucian

Islam memberi aturan-aturan. Termasuk memberi tugas pokok atau fungsi yang berbeda antara laki-laki dan perempuan (suami-istri). Ayah sebagai pemegang kendali kepemimpinan sekaligus pencari nafkah atau penjamin aspek finansial bagi keluarga. Sementara ibu sebagai guru atau madrasah ula bagi anak-anaknya, sekaligus sebagai manajer rumah tangga suaminya.

Kedua peran ini tak bisa dipertukarkan dan dipandang sama penting. Tak ada yang lebih istimewa antara satu dengan yang lainnya. Islam begitu fokus menciptakan generasi berperadaban mulia, sesuai tujuan penciptaan. Di mana untuk menjamin terlaksananya hukum-hukum tadi Islam membingkainya dengan sistem sanksi yang tegas dan menjerakan.

Demikianlah Islam menjamin ketahanan keluarga dan semua itu hanya bisa didapatkan jika negeri ini bersedia menerapkan sistem Islam sebagai pijakan dalam mengatur kehidupan.

Wallahua’lam bi shawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 35

Comment here