wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Sudah kerap kita mendengar adanya sosialisasi terkait bahaya Perundungan atau bullying yang menyasar pada pelajar. Namun kasus tak kunjung berkurang. Menurut Kapolsek Kotabaru, Ipda Yoga Septiawan, sosialisasi memang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang bahaya perundungan dan cara-cara menghadapinya. Kepala Sekolah SMAN 1 Tanah Pinoh, Sumardiyana pun berharap, dengan pemahaman lebih baik, para siswa akan lebih peduli satu sama lain dan menjauhi perundungan (www.suarapemredkalbar.com 25/10/2023).
Kasus perundungan di tengah remaja masih mengkhawatirkan. Sehingga perlu banyak upaya dilakukan untuk mengatasinya. Sosialisasi terus digencarkan untuk membuat remaja paham bahaya perundungan, agar tak melakukannya.
Namun, jika ditelisik lebih dalam, upaya tersebut dirasa belum cukup. Sebab akar muara terjadinya perundungan ini bukan hanya karena tidak pahamnya remaja akan bahayanya. Namun, juga jauhnya remaja dari penemuan jati dirinya sebagai calon penerus peradaban mulia. Apalagi didukung dengan sistem yang sukses membuatnya tak mengenal tujuan hidupnya. Jelas membuatnya menjadi bebas berekspresi. Tak memerhatikan adab dan norma.
Jika akar masalahnya begitu tersistem. Tentu saja, kita perlu pemecahan tersistem pula. Yakni Sistem Islam yang paripurna. Dalam sistem pendidikan, setiap pelajar akan dibekali dengan pemahaman untuk menjadi pribadi mulia. Yakni agar memiliki pemikiran dan tingkah laku Islam. Sehingga tak akan lagi berbuat hal yang menyimpang. Dengan begitu, kasus penyimpangan termasuk perundungan bisa dihindarkan.
Orang tua adalah sekolah pertama anak. Keluarga harus menjadi tempat pertumbuhan yang baik bagi anak. Keluarga menciptakan kasih sayang, kehangatan, dan menanamkan keimanan kepada anak. Jika penanaman akidah Islam dilakukan sejak dini, anak akan terbiasa melakukan hal makruf dan mudah dinasihati.
Peran masyarakat sebagai tempat anak berinteraksi sosial juga harus terjaga dari kemaksiatan. Masyarakat adalah pengawas dan pengontrol perilaku individu dari kemaksiatan dan kerusakan. Dengan sistem Islam, masyarakat akan terbiasa berdakwah, menasihati yang salah, memberi teladan yang indah.
Peran negara penting dalam mewujudkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Dengan akidah yang kuat, anak tidak akan melakukan tindakan terlarang. Tontonan yang disajikan dalam media apa pun juga harus bebas dari unsur kekerasan, pelecehan, maksiat, dan segala bentuk yang dilarang dalam Islam. Negara akan menutup akses-akses yang menyimpang dari syariat Islam.
Negara wajib memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, termasuk pendidikan. Negara juga harus memberi kemudahan bagi para ayah untuk bekerja dan mencukupi kebutuhan keluarganya. Jika kebutuhan pokok terpenuhi, kaum ibu tidak perlu bersusah payah membantu ekonomi keluarga. Kaum ibu bisa totalitas mendidik dan membimbing anaknya.
Sri Purwanti
Sambas-Kalbar
Views: 17
Comment here