Opini

Petani Dipermainkan Harga Pupuk

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: N.S. Rahayu (Pemerhati Sosial)

wacana-edukasi.com—Nasib petani di negeri agraris ini sungguh ironis. Hidup mereka seakan dipermainkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Mereka tidak bisa menentukan harga sendiri karena dipatok harga oleh para pebisnis gabah. Tenaga yang mereka keluarkan tidak setimpal dengan hasil saat panen.

Bukan hanya itu, dari sejak awal tanam, para peteni sudah dipermainkan dengan langkanya pupuk sehingga mau tidak mau harus merogoh kocek terdalam agar tanaman padi mereka sehat. Alasan klasik yang tidak pernah para petani pahami, pupuk langka karena jatah subsidi dikurangi. Hal ini sudah biasa terjadi dan hampir di semua wilayah negeri mengalaminya.

Kabid Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Dinas Pertanian dan Perikanan (Disperta) Kabupaten Madiun Parna mengungkapkan, bahwa semua jenis pupuk subsidi untuk Kabupaten Madiun tahun ini kurang, tidak sesuai realisasi dari yang diajukan. Dan ini merata ke semua jenis pupuk.

Parna menambahkan, karena kurang, petani dapat membeli pupuk subsidi jatah bulan berikutnya saat alokasi di bulan berjalan habis. Namun, jika dikalkulasi, maka pada musim tanam 3 maka tidak ada pupuk subsidi lagi, karena sudah habis untuk memenuhi untuk masa tanam awal (jawapos.com, 21/1/2022).

Kelangkaan pupuk ini jelas menjadi peluang bagi para pengusaha untuk menjual pupuk diatas harga pupuk subsidi. Mau tak mau para petani mengambilnya demi menyelamatkan padi mereka.

Dilansir dari Jawapos.com, 22/1/2022 – Kekurangan pupuk membuat beberapa pihak memanfaatkan kondidi ini untuk mengeruk keuntungan sendiri dengan cara ilegal. Pupuk subsidi dijual dengan harga diatas rata-rata harga subsidi. ‘’Ada pupuk subsidi yang dijual di atas harga subsidi ke petani. Masif praktik seperti itu,’’ kata Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Madiun Suharno, Sabtu (22/1/2022).

Petani yang sudah tidak berdaya akhirnya menyerah dengan keadaan dan membeli pupuk subsidi dengan harga 2x lipat. Misal urea harga subsidi Rp250 ribu per satu kuintal dijual dengan Rp500 ribu.

Neoliberalisme Mempermainkan Harga

Hal ini bukan hal baru lagi, kasus yang dikeluhkan para petani ini, selalu berulang dan berulang. Hingga membuat nasib para petani mati segan hidup pun susah. Padahal lahan mereka adalah harapan terakhir untuk bertahan hidu di situasi yang serba sulit.

Jika ditelisik lebih mendalam, kenapa semua ini terjadi? Maka akan dapat ditemukan wajah asli negara yang menganut ekonomi neoliberal. Apa itu ekonomi neoliberal? Ekonomi neoliberal adalah ekonomi pasar bebas, siapa yang kuat maka dia akan menguasai. Dan pasar bebas ini menjadikan negara melepaskan tanggungjawabnya pada urusan perdagangan. Sehingga wajar jika para petani tak mendapatkan hak pupuk susidi, karena para pengusaha memegang kendali kebijakan.

Sudah bukan rahasia lagi, penerapan ekonomi neoliberal ini buah dari sistem kapitalis liberal yang akan terus mencengkeram negara agar selalu mengikuti arahannya, korbannya jelas rakyat secara keseluruhan, khususnya para petani saat ini yang kelimpungan mencari dan mengejar pupuk subsidi. Seakan kebijakan negara itu untuk kepentingan para pengusaha, bukan untuk kepentingan rakyat. Ibarat pisau tajam ke bawah tumpul ke atas.

Sudah seharusnya peran negara hadir untuk membantu para petani mengatasi ketersediaan pupuk, bukan justru melepas ke pasar bebas. Jelas akan babak belur karena lawannya profesional.

Berbeda dengan Islam yang mengatur kehidupan ini dengan aturan yang datangnya dari pemilik kehidupan yaitu Allah Swt. Islam mengutamakan pengurusan pada rakyatnya, terlebih jika itu menyangkut kebutuhan pokok. Maka dengan segala upaya maksimal negara akan membantu produktivitas lahan pertanian sebagai bentuk swasembada pangan agar ketersedian pangan negara terpenuhi, tanpa harus impor.

Negara akan menyediakan pupuk-pupuk gratis, jika pun ada harga, maka terjangkau oleh rakyat dengan jumlah yang memadai dengan lahan pertanian. Bukan itu saja, jika produktivitas tidak berkualitas, maka peran negara akan terdepan dalam membuatkan saluran-saluran air, sistem kerja yang lebih efisien dan didampingi para pakar yang akan membantu para petani menangani permasalahan yang ada.

Dalam hal ini pemimpin (imam) juga sebagai pelindung rakyatnya dari serangan pasar bebas negara-negara luar. Agar harga-harga stabil dan tidak meresahkan masyarakat. Terlebih untuk semua kebutuhan para petani, karena ditangan merekalah kestabilan pangan negara tersedia.

Rasulullah bersabda, “Imam (khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. Al Bukhari)

Kehidupan yang sejahtera akan bisa dirasakan seluruh rakyat, selama mau menerapkan aturan Allah sebagai sistem kehidupan. Allah berfirman, “Tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orangorang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan jalan mereka yang sesat.” (QS. Al Fatihah : 6,7)

Islam sebagai sistem sempurna yang wajib diterapkan oleh semua umat muslim di seluruh dunia, baik oleh individu, masyarakat, dan negara. Sehingga janji Allah sebagai rahmat bagi semesta alam terwujud. Wallahu’alam bi shawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 1

Comment here