Oleh : Intan Ayu
wacana-edukasi.com, OPINI– Masih lekat dalam ingatan, pada tahun 2020, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengelu-elukan startup sebagai penyelamat ekonomi Indonesia pada masa pandemi karena banyak menyerap tenaga kerja. Pada 2021, Jokowi menargetkan Indonesia punya 25 unicorn. Jokowi juga memerintahkan BUMN agar menanamkan investasinya di startup dalam negeri. Namun, siapa sangka, penghujung 2022 ini perusahaan startup raksasa tersebut kolaps hingga harus merumahkan ribuan karyawannya.
Dilansir dari CNBC Indonesia (20/11/2022), beberapa raksasa digital yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) tersebut di antaranya adalah Shopee. Aplikasi belanja online yang akrab dipanggil ‘si Oranye’ ini telah melakukan PHK secara berulang selama enam bulan terakhir. Sea, Ltd., induk perusahaan Shopee telah merumahkan 7.000 karyawan, atau sekitar 10% dari total karyawannya. Selain itu, Shopee juga telah menutup dan membatalkan perluasan bisnisnya di sejumlah negara.
Selain Shopee, GoTo juga banyak merumahkan karyawannya. Gabungan Go-Jek dan Tokopedia yang mengaku sebagai perusahaan teknologi nomor 1 di Indonesia ini telah melakukan PHK pada 1.300 karyawannya atau mencapai 12% dari total karyawan. Menyusul Shopee dan GoTo, Ruangguru juga menempuh langkah yang sama. Startup di bidang pendidikan ini telah merumahkan ratusan karyawannya. Badai PHK massal oleh perusahaan startup ini tentu merupakan kabar buruk bagi perekonomian Indonesia. Perusahaan yang digadang-gadang menjadi dewa penyelamat ekonomi ternyata kolaps dalam waktu singkat.
Tak hanya itu, kabar buruknya lagi, badai PHK ini diprediksi tidak hanya terjadi tahun ini, tetapi akan berlanjut hingga tahun 2023. Bisa dibayangkan, akan tercipta ribuan pengangguran baru. Padahal, angka pengangguran di Indonesia sudah tinggi pascapandemi.
Menilik fakta berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran Indonesia per Agustus 2022 mencapai 8,42 juta. Jumlah tersebut meningkat sekitar 20.000 jika dibandingkan per Februari 2022 yang tercatat 8,40 juta. Pada periode tersebut, tingkat angka pengangguran juga meningkat dari 5,83% per Februari 2022 menjadi 5,86% per Agustus 2022. Jumlah pengangguran dan tingkat pengangguran juga belum kembali pada level pra-pandemi. Per Februari 2020, jumlah pengangguran mencapai 6,93 juta dan tingkat pengangguran 4,94% atau pada per Agustus 2019 di mana jumlah pengangguran mencapai 7,10 juta dengan tingkat pengangguran ada di 5,23%. Sementara itu, data BKPM juga menunjukkan penciptaan tenaga kerja bertambah secara stagnan.
Akar Masalah
Resesi ekonomi yang tengah melanda dunia dituding menjadi penyebab gelombang PHK massal startup raksasa. Namun, banyak pihak menepis dugaan ini. Pengaruh resesi tentu ada, tetapi bukan sebagai faktor tunggal dan dominan. Lantas, apa penyebab PHK massal tersebut? Model perusahaan startup merupakan faktor dominan sehingga bisnis ini rapuh dan mudah goyah. Pendanaan perusahaan startup sangat tergantung pada suntikan dana dari investor. Namun, sebelum menyuntikkan investasi, investor akan melihat kinerja perusahaan terlebih dahulu yang tercermin dari pendapatan perusahaan. Dalam kondisi ekonomi yang gonjang-ganjing tidak menentu seperti sekarang, investor bersikap lebih hati-hati. Jika perusahaan menghasilkan profit, barulah dana investasi akan diguyurkan. Jika tidak profit, dana akan sulit cair.
Setelah puncak pandemi, sebagian aktivitas manusia beralih dari online ke offline. Hal ini berpengaruh terhadap transaksi digital. Ketika transaksi turun, agar tetap bisa profit, perusahaan startup memilih melakukan efisiensi. Efisiensi yang paling memungkinkan adalah mengurangi jumlah karyawan, karena perusahaan digital tidak punya aset gedung, mesin, kendaraan, dan sebagainya, sebagaimana perusahaan konvensional. Aset perusahaan startup adalah sumber daya manusia dalam jumlah yang banyak. Oleh karenanya, PHK besar-besaran dilakukan.
PHK pada perusahaan startup merupakan fenomena yang wajar terjadi dalam sistem kapitalisme. Sistem ini menuhankan materi sehingga bisnis akan dijalankan semata-mata demi meraih materi sebesar-besarnya. Bisnis akan terus dibesarkan meski fondasinya rapuh, termasuk fondasi pendanaannya.
Solusi Dalam Islam
Dalam sistem Islam, bisnis dibangun dengan struktur yang solid. Strategi perusahaan tidak disandarkan pada untung rugi semata, tetapi juga berdasarkan pada kesesuaian dengan syariat. Modal sangat diperhatikan dalam Islam sehingga fikih seputar syirkah diatur dengan sangat detail. Strategi promosi juga dipilih secara hati-hati agar tidak menabrak koridor syarak.
Hal ini adalah tanggung jawab negara sehingga pemerintah tidak boleh bergantung pada swasta dalam penyelesaian masalah pengangguran, pemerintah harus turun tangan langsung menyediakan lapangan kerja, bukan sekadar membuat regulasi atau mempertemukan angkatan kerja dengan pengusaha.
Penguasa dalam sistem Islam akan mengelola kepemilikan umum yang selama ini dikuasai asing. Dengan demikian, akan terbuka lapangan kerja yang banyak karena tambang dan sejenisnya terkategori sektor primer yang paling banyak menyerap tenaga kerja.
Pembangunan industri militer yang masif karena dorongan jihad juga akan membuka banyak lapangan kerja. Selain itu, Khilafah juga akan melakukan pembangunan infrastruktur yang benar-benar dibutuhkan rakyat, seperti pembangunan jalan, sekolah, masjid, rumah sakit, dan fasilitas publik yang lain, terutama untuk daerah yang masih minus. Pembangunan infrastruktur ini juga akan membuka lapangan pekerjaan bagi rakyat.
Khilafah juga akan mewujudkan iklim usaha yang kondusif dengan memberikan jaminan keamanan, fasilitas bantuan modal nonribawi, pendampingan usaha, pelatihan keterampilan usaha, tidak ada pungutan pajak usaha, dan lain-lain. Dengan demikian, pengusaha turut mendukung Khalifah membuka lapangan kerja.
Semua hal ini hanya akan terwujud ketika penguasa memosisikan dirinya sebagai raa’i (pengurus) rakyat, bukan lepas tangan seperti di sistem sekarang.
Wallahualam bi Shawab.
Views: 2
Comment here