Oleh : Eti Ummu Nadia
wacana-edukasi.com, OPINI– Menjelang perayaan Hari Natal, Kota Surabaya tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Pemerintah Kota (Pemkot) menghiasi ornamen pernak pernik Natal dengan tujuan menjaga toleransi, keharmonisan dan menghormati antar umat beragama.
Ornamen itu pun di pasang di beberapa kawasan Surabaya. Di antaranya kawasan monumen Bambu Runcing Jalan Panglima Sudirman, Plaza tengah, alun-alun Surabaya, tak lupa juga teras Kanopi Balai Kota Surabaya. Sehingga masyarakat bisa melihat ornamen hiasan Natal yang terpangpang di kawasan tersebut seperti lampu warna-warni dan pohon cemara.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan bahwa pemasangan ornamen Natal di Kota Pahlawan itu merupakan kota toleransi ke enam di Indonesia dan peringkat pertama di Jawa Timur. Yang masyarakatnya berasal dari suku, ras, dan agama yang hidup berdampingan.
Selain ornamen perayaan Natal, Kota Surabaya yang suku dan agama masyarakatnya berbeda-beda, akan pula menerapkan ornamen seperti perayaan Buddha, Hindu, juga Islam. Dengan khas ornamen masing-masing setiap agama. Dengan tujuan bisa saling melengkapi. Suarapubliknews.net (17/12/2022).
Di penghujung akhir tahun ini khususnya bulan Desember merupakan perayaan Hari Raya Natal. Tentunya sebagai seorang umat Islam kita harus hati-hati dan mewaspadai, adanya ide pluralisme yang bisa merusak akidah, atau keyakinan umat Islam. Karena, ide pluralisme saat ini sedang gencar di suarakan, bahkan sudah diterapkan oleh beberapa pemimpin kota, hingga pemerintah.
Oleh karena itu, kita harus tahu dan memahami apa itu pluralisme. Pluralisme terdiri dari dua bahasa yaitu plura (beragam) dan isme (paham). Yang berarti paham atas keberagaman. Pluralisme agama dimaknai paham yang mengajarkan bahwa semua agama itu relatif sama atau benar. Jadi tidak boleh mengklaim bahwa agamanya itu baik, sedangkan pemeluk agama lainnya tidak.
Pemahaman pluralisme jelas bertentangan dengan akidah Islam. Karena dalam akidah Islam, satu-satunya agama yang benar yang di ridhai Allah SWT hanyalah Islam. Siapa yang mengatakannya? Wahyu Allah SWT melalui Firman-Nya:
“Sesungguhnya agama (yang di ridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali-Imran : 19).
Kemudian ayat selanjutnya Allah SWT berfirman: “Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu oleh Allah dan dia di akhirat pun termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Ali-Imran:85).
Ide pluralisme saat ini selalu menjadi cara jitu pemimpin untuk memalingkan umat Islam dari ajarannya. Sehingga umat Islam secara tidak langsung di paksa menerima paham tersebut. Yaitu paham yang memandang bahwa semua agama itu benar. Sehingga umat Islam saat ini banyak yang mengucapkan selamat hari Natal, atau pun hari raya agama non-Islam Padahal dalam Islam jelas, hukum mengucapkan Selamat hari Natal adalah haram.
Rendahnya kesadaran umat saat ini terkait paham pluralisme jelas sangat mengkhawatirkan. Belum lagi gempuran moderasi beragama saat ini terus di gencarkan yakni cara pandang dalam beragama agar tidak moderat. Atau mempelajari agama jangan terlalu mendalam atau ekstrim. Sedangkan jika seorang muslim belajar agama secara mendalam, maka akan disematkan kepadanya dengan sebutan “radikal” yaitu orang yang taat mempelajari agama secara mendalam atau kafah.
Sehingga ketika muslim menolak mengucapkan selamat hari raya Natal, maka disebutlah intoleran atau tidak menghargai agama lain. Padahal Islam sangat menjaga toleransi. Seperti menghargai dan menghormati perbedaan atau keyakinan. Islam mengajarkan memiliki sikap saling tolong menolong tidak di bedakan non-muslim atau bukan, menengok ketika orang sakit. Tapi hanya sebatas sosial, tidak dengan ibadah ritual. Karena itu mencakup akidah atau keyakinan setiap individu agama. Sehingga tidak boleh seseorang mengajak atau memerintahkan untuk mengucapkan selamat hari Natal atau pun memakai atribut agama non-Islam. Karena itu hukumnya haram. Karena ini merupakan wilayah akidah sebagaimana ajaran Islam. Jiika kita mengucapkan selamat hari raya Natal atau agama non-Islam lainnya, itu sama saja dengan kita meyakini agama selain Islam. Karena dalam keyakinan Islam, hanya memiliki dua hari raya yaitu, Hari Raya Idul Adha, dan Hari Raya Idul Fitri. Maka dengan demikian, seorang muslim sebaiknya tidak mengucapkan, mengikuti perayaan agama lain. Karena itu bisa merusak akidah.
Dengan demikian jelas bahwa pluralisme dan moderasi beragama berbahaya, karena itu bisa mengancam akidah umat. Moderasi agama ini akan menjauhkan umat dari ajaran Islam yang kafah. Dengan beranggapan bahwa semua agama itu sama. Negara seharusnya berperan sebagai pelindung akidah umat dari gempuran pluralisme dan moderasi agama.Tapi fakta sebaliknya, dalam sistem demokrasi saat ini, mirisnya negara malah mendukung, bahkan mengopinikan paham tersebut agar di ikuti oleh umat. Sehingga, paham tersebut membawa umat saat ini terbawa arus dalam kesesatan.
Berbeda dengan sistem Islam, Khalifah yang merupakan perisai (junah) penjaga umat akan berperan penting menjaga akidah umat dari akidah yang sesat dan menyimpang. Karena itu merupakan kewajiban seorang Khalifah mengurus urusan umat, juga dengan urusan menjaga akidahnya. Jika ada yang mengancam akidah, maka Islam akan memberantas kesesatan dari akidah yang menyimpang. Kemudian akan melarang ornamen perayaan non-Islam di tempat-tempat umum. Karena seorang pemimpin yaitu Khalifah bertanggungjawab atas kepemimpinannya. Dan kelak kepemimpinan itu akan dimintai pertanggungjawabannya.
Sistem Islam akan menutup celah masuknya pluralisme dan moderasi agama dengan idenya yang merusak akidah umat. Islam akan menjaga akidah umat mulai dari menanamkan pendidikan kurikulum Islam. Sehingga dari pelaksanaan itu, akan mencetak generasi muda penerus yang tangguh. Memiliki ketakwaan kepada Allah SWT, yang dihasilkan dari buah ditanamkannya pemahaman dan pemikiran akidah Islam. Oleh karena itu kita butuh sosok pemimpin yang bisa menjaga akidah umat, menerapkan pelaksanaan aturan Islam secara kafah, agar umat senantiasa terjaga, terlindungi akidahnya. Nah, apakah sistem saat ini mampu, melahirkan pemimpin yang bisa menjaga akidah umat, dari gempuran paham pluralisme saat ini?
Wallahu’alam Bish Shawab
Views: 30
Comment here