Surat Pembaca

Polemik Pelaksanaan MBG

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Fatimah Abdul (Aktivis Muslimah)

Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Program Makan Bergizi Gratis yang diusung oleh bapak presiden terpilih yaitu bapak Prabowo Subianto sejak awal memang telah menjadi polemik. Baik dari sisi pembiayaannya yang memerlukan dana fantastis juga dari sisi pelaksanaannya yang menimbulkan banyak masalah. Selain itu bermunculan pihak-pihak yang menjadikan MBG sebagai lahan melakukan bisnis dengan cara-cara yang merugikan.

Seperti yang terjadi di daerah kediri, telah terjadi penipuan dengan modus penyedia jasa catering. Kerugian yang dialami oleh masing-masing jasa catering yang diiming-imingi kontrak “kerja sama” selama 5 tahun dengan biaya antara Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Namun, pekerjaan sebagai penyedia MBG ke sekolah-sekolah yang dijanjikan tidak juga kunjung datang.

Senin 5 Januari 2025 adalah hari pertama para siswa di Tulungagung mendapatkan makanan dari program MBG. Menu pertama yang disajikan adalah ayam goreng dan oseng buncis wortel. Selain itu juga ada buah semangka dan susu kotak UHT. Dari jumlah target 3.480 porsi hanya 1.386 saja yang dapat dipenuhi. Menurut Tri Hariadi selaku Sekretaris Daerah (Sekda) Tulungagung hal ini dikarenakan program MBG di kecamatan Kedungwaru masih dalam tahap awal. Ia berharap program ini akan bisa berjalan di kabupaten Tulungagung.

Permasalahan Program MBG

Pada awal pelaksanaan teknisnya, MBG memunculkan sejumlah masalah. Kendala tersebut terkait nilai gizi, jenis menu, banyaknya porsi makanan dan juga rasa yang tidak sesuai dengan selera anak-anak. Selain itu, tidak semua anak mendapatkan jatah karena terkendala masalah diet. Beberapa anak tidak boleh mengkonsumsi makanan tertentu karena faktor kesehatan mereka, sehingga mereka terpaksa membawa bekal sendiri dari rumah masing-masing.

Masalah yang lain muncul, di daerah Sukoharjo terdapat 40 siswa yang keracunan setelah menyantap menu MBG. Musibah ini terjadi diduga akibat kurangnya kontrol kerja para jasa penyedia catering. Hal-hal tersebut diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan MBG sesungguhnya tidak semudah yang kita bayangkan.

Masalah jumlah siswa yang akan mendapatkan MBG yang begitu banyaknya. Di kota Tulungagung saja untuk tingkat SD negeri ada sekitar 58.000 anak, belum lagi yang swasta ada sekitar 6.620 anak (menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung tahun 2023-2024). Tingkat SMP dan SMA masih belum terhitung. Bagaimana dengan daerah-daerah yang lain? Tentu jumlah siswa yang akan mendapatkan porsi menu makanan gratis ini akan semakin banyak. Berapa anggaran yang akan dikeluarkan untuk program ini? Tentu sangat fantastis bukan?

Solusi Gizi Buruk dalam Islam

Bila latar belakang pembuatan program MBG karena ingin memberikan makanan yang sehat supaya pemenuhan gizi terjamin ataupun mencegah kekurangan gizi pada anak maka sebenarnya masih banyak solusi untuk masalah ini. Banyak solusi lain yang lebih mudah, praktis dan lebih masuk akal dari pada program MBG.

Pada dasarnya penyediaan makanan sehat dan bergizi bisa dilakukan oleh setiap keluarga. Negara cukup menjamin kebutuhan akan pangan, sandang dan papan yang baik melalui pembukaan lapangan pekerjaan yang luas dan memberikan gaji sesuai dengan jenis pekerjaannya. Hal inilah yang dilakukan oleh sistem pemerintahan dalam Islam.
Menjamin kestabilan kondisi ekonomi negara sangatlah penting karena permasalahan ekonomi/kemiskinan diakibatkan oleh faktor ini. Selain itu negara islam juga akan menjamin kebutuhan akan pendidikan dan kesehatan secara cuma-cuma. Transportasi dan infrastruktur juga akan dijamin pemenuhannya oleh negara. Semua pembiayaan atas kepengurusan dan layanan untuk rakyat tersebut diambil dari dana baitul mal yang memiliki sumber pemasukan yang banyak dan beragam. Salah satunya adalah dari pengelolaan SDA tanpa campur tangan swasta maupun asing.

Tingginya kasus gizi buruk dan stunting pada anak-anak dipicu oleh faktor ekonomi serta minimnya kesadaran individu ataupun masyarakat dalam mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Hal ini perlu adanya edukasi yang dilakukan melalui sistem pendidikan dan sistem informasi negara. Akan tetapi masalah kemiskinan hanya akan dapat diatasi melalui penerapan syariat islam yang mengupayakan kestabilan ekonomi dan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok pangan, sandang dan papan serta kebutuhan kolektif seperti layanan pendidikan dan kesehatan. Jelas sudah bahwa masalah kemiskinan dan gizi buruk membutuhkan adanya penerapan sistem pemerintahan Islam dengan Khilafah sebagai institusi negaranya. Dengan terwujudnya kesejahteraan rakyat maka secara otomatis masalah kemiskinan, gizi buruk ataupun stunting akan dapat teratasi.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 3

Comment here