Opini

Politik Belah Bambu di Balik Stigma Masjid Radikal dan Pesantren Teroris?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Mahrita Julia Hapsari 

(Komunitas Muslimah untuk Peradaban)

Islam satu-satunya ideologi pesaing bagi kapitalisme. Amerika sebagai negara nomor satu, penjaga ideologi kapitalisme, takkan rela digeser kedudukannya. Sebab alamiahnya dunia hanya dipimpin oleh satu ideologi.

http://Wacana-edukasi com — Kata radikalisme kembali disuguhkan. Sejatinya, ada dua alasan umat muslim sudah bosan dengan suguhan ini. Pertama, gorengan basi ini disajikan bersamaan isu hangat tentang  pengelolaan negeri yang makin tak karuan. Kedua, gorengan basi ini ditujukan khusus ke umat muslim.

Seperti halnya kepindahan Ibu Kota Negara (IKN) baru. Permasalahan ini mencuat dengan disahkannya UU IKN yang mendapat penolakan dari berbagai kalangan juga rakyat banyak. Saat harga minyak goreng melejit. Saat banyak pejabat terjaring OTT KPK termasuk yang milenial. BNPT mengeluarkan statement ada ratusan pesantren yang terafiliasi dengan jaringan teroris (Tempo.co, 25/01/2022). Tak mau kalah dengan BNPT, Polri pun akan memetakan masjid dalam rangka menangkal terorisme (cnnindonesia.com, 26/01/2022).

Pernyataan tendensius dari BNPT dan Polri pun mengundang reaksi berbagai pihak. Terutama dari umat muslim. Sekjen PKS Aboe Bakar Al Habsyi meminta BNPT agar tidak membuat gejolak dan kegaduhan di masyarakat. Hal senada disampaikan oleh Ketua DPP PPP. Pernyataan BNPT membuat justifikasi publik bahwa pesantren menjadi bibit teroris.

BNPT pun didesak untuk membuka data nama-nama pesantren yang terafiliasi dengan jaringan teroris. Lama ditunggu namun tak ada jua. Membuat publik menduga kuat BNPT mengidap penyakit islamofobia dan alergi dengan pesantren.

Demi menepis rumor tersebut, BNPT meminta agar data tersebut dilihat sebagai laporan pertanggungjawaban kinerja, dan 198 pesantren itu hanya 0,007 persen. Seakan mengandung pesan tersirat: sudahlah, tak usah dibesar-besarkan.

Terbaru, ketua BNPT meminta maaf atas penyebutan institusi pesantren terafiliasi jaringan teroris (kompas.com, 04/02/2022). Permintaan maaf itu keluar setelah sang ketua dipanggil oleh MUI. Faktanya, tak ada pesantren yang terafiliasi jaringan teroris, yang ada hanya oknum terduga teroris yang bekerja di pesantren. Namun hati umat islam terlanjur terluka.

Teroris Radikal Hanya untuk Islam

Benar-benar gegabah. Oknum yang baru terduga terafiliasi jaringan teroris pun dikaitkan dengan institusi pesantren dan digeneralisasi. Jahat sekali. Padahal jika melihat sejarah, usia pesantren justru lebih tua dari NKRI. Pesantren lewat gerakan jihadnya-lah yang mengusir penjajah dari bumi Nusantara. Jika tidak dengan fitnah dan politik belah bambu, tentu penjajah takkan menang di setiap pertempuran melawan kaum santri.

Di sisi lain, aksi teror yang dilakukan oleh teroris KKB di Papua, tidak disebut terorisme. KSAD Jenderal Dudung menyebut KKB harus dirangkul, jangan diperangi karena mereka adalah saudara (kompas.tv, 25/11/2021).

Seperti orang membelah bambu, satu bagian diinjak dan bagian yang lain diangkat. Teroris KKB telah banyak membunuh para tentara dan rakyat sipil. Namun KKB Papua tak diberi stigma teroris bahkan disebut saudara yang harus dirangkul, persis seperti bagian bambu yang diangkat.

Sementara umat Islam, yang jumlahnya mayoritas, dan selalu berusaha menjaga ketertiban dan keamanan negeri, selalu dicurigai dan diberi stigma ektremis, radikal hingga teroris. Persis seperti posisi belahan bambu yang diinjak.

Masjid tempat beribadah dan menuntut ilmu agama Islam pun hendak dipetakan. Dalihnya mencegah penyebaran paham radikalisme. Sungguh keji rencana ini. Ketenangan umat muslim beribadah di masjid pun terganggu dengan label radikal hasil pemetaan nantinya.

Di ujung timur Indonesia, tepatnya di Nduga, Papua. Seorang oknum pendeta menjadi pemasok senjata api bagi KKB (detik.com, 21/04/2021). Lihatlah siapa pendukung aksi terorisme yang sebenarnya?

Proyek Barat Cegah Kebangkitan Islam

Mengapa hanya masjid yang dipetakan? Mengapa hanya Islam yang mendapat stigma teroris dan radikal? Terasa sekali kebenaran pernyataan yang disampaikan oleh wartawan senior Australia, John Pilger. ‘Korban terbesar terorisme adalah umat Islam. Hakikatnya tak ada perang terhadap terorisme, yang ada adalah perang menggunakan terorisme.”

Dan Maha Benar Allah SWT dengan firman-Nya: “Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya.” (TQS. Ash-Shaf: 8).

Islam satu-satunya ideologi pesaing bagi kapitalisme. Amerika sebagai negara nomor satu, penjaga ideologi kapitalisme, takkan rela digeser kedudukannya. Sebab alamiahnya dunia hanya dipimpin oleh satu ideologi.

Demi mencegah kebangkitan Islam, Amerika membuat strategi dan makar. Mulai dari war on terorism yang sejatinya adalah perang terhadap Islam. Lanjut ke narasi radikalisme, sembari menyodorkan Islam moderat sebagai antitesanya. Ada lagi istilah ektremisme yang menjadi salah satu batu loncatan untuk bergerak masif menyebarkan moderasi beragama.

Benih Perpecahan di Proyek Pencegahan Radikalisme?

Proyek pencegahan terorisme dan radikalisme hanya menimbulkan perpecahan. Suatu golongan diberi stigma radikal ekstremis, sementara yang lain disebut moderat. Kelompok moderat akan semena-mena menuduh radikal pada siapa pun yang menggunakan simbol-simbol Islam dan mendakwahkan ajaran Islam. Seperti nasib film animasi Nussa dan Rara, tuduhan radikal tersebab Nussa berbaju gamis. Juga pada ajaran khilafah dan jihad yang dituduh penyemai pemikiran radikal dan tindak teroris. Semuanya itu adalah suatu tuduhan yang tak berdasar.

Semestinya umat muslim tak termakan oleh ide moderasi beragama, kemudian latah menuduh radikal pada yang lain. Sebab moderasi adalah cara beragama yang diinginkan barat, yang loyal pada kepentingan barat dan hanya akan mengokohkan eksistensi penjajahan barat. Tetaplah teguh berislam kafah dan berjuang hingga kebangkitan Islam mewujud nyata.

Ingatlah janji Allah: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,” (TQS. An-Nur: 55).

Wallahu a’lam bishowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 15

Comment here