Opini

Potret Kelam Sistem Pendidikan Sekuler

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Sriyama (Pegiat MT Kab. Konawe)

Wacana-edukasi.com, OPINI-– Miris! Kita dikejutkan dengan banyaknya deretan kasus bunuh diri. Salah satunya yang terjari di lingkungan kampus Semarang, mahasiswa PPDS Anastesi Undip. Kasus kematian Aulia Risma Lestari, mahasiswa PPDS Anestesi Undip yang bunuh diri yang ditemukan meninggal dunia di kamar kosnya pada Senin (12/08). Diduga tak kuat atas perilaku bullying yang dialaminya. Hal ini menambah daftar panjang kasus bunuh diri di Semarang, Jawa Tengah.

Sebelum kasus bunuh diri dokter muda asal Tegal ini,, telah terjadi beberapa kasus serupa yang terjadi di beberapa kampus di Semarang. Penyebab bunuh dirinya pun beragam, mulai dari perundungan, persoalan asmara, depresi, hutang pinjol, hingga tekanan dalam proses belajar di kampus. Kasus yang sama, EN (24), mahasiswa semester 11 Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang juga ditemukan meninggal dunia diduga bunuh diri pada 11 Oktober 2023 lalu. Berdasarkan penyelidikan kepolisian dan sejumlah barang yang ditemukan di sekitar korban, EN diduga nekat bunuh diri karena persoalan keuangan, termasuk terlilit utang pinjol.

Sungguh menyesakkan dada, kondisi sistem pendidikan di perguruan tinggi yang ada saat ini seharusnya mampu mencetak generasi yang tangguh dan ideal dengan ilmu yang dimiliki. Namun faktanya, ilmu yang tinggi saat ini justru membuat generasi bermental rapuh dan selalu berada dibawah tekanan hidup.

Jika kita amati kondisi mental demikian menunjukkan pendidikan saat ini membuat generasi tidak memiliki prinsip hidup yang kuat dan kokoh. Mereka tidak mampu berpikir benar dalam menentukan tujuan hidup dan pencapaian tertinggi sebagai seorang manusia.

Mereka seakan-akan hidup enggan, mati pun tak segan. Dalam menjalani sistem kehidupan saat ini, mereka dituntut menjalani kehidupan berdasarkan nilai materi, pendidikan seperti ini adalah merupakan hasil pendidikan sekularisme kapitalisme. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan dan menjadikan materi sebagai tujuan hidup.

Prinsip inilah yang membunuh potensi besar bagi mahasiswa sebagai makhluk intelektual. Seharusnya agama dijadikan pondasi berpikir bagi manusia justru dihilangkan dan dianggap sebagai kebutuhan privat. Parahnya lagi mereka ditakut-takuti agar tidak mengikuti pengajian yang membahas Islam secara kaffah atau menyeluruh diluar jam mata kuliah mereka karena dianggap radikal.

Disisi lain, di perkuliahan mereka dibuat jenuh dengan berbagai orientasi materi yang tidak berujung. Akhirnya berdampak pada kejiwaan mahasiswa yang semakin rapuh karena mereka dipaksa untuk tidak mengenali agama sebagai petunjuk jalan hidup.

Allah SWT menetapkan kepada orang yang berilmu adalah sebagai orang yang bertakwa, sebagaimana penjelasan dalam Al-Quran Surah Al-Mujadhilah ayat 11. Maka pendidikan yang diberikan pada generasi pun seharusnya pendidikan yang mampu mencetak generasi yang memiliki kepribadian Islam.

Dalam Islam tujuan dari pada pendidikan adalah membentuk kepribadian Islam serta membekali ilmu dengan pengetahuan yang berhubungan dengan masalah aktifitas kehidupan sehari-hari. Selain itu, metode pendidikan dirancang untuk merealisasikan tujuan tersebut, setiap metode yang tidak berorientasi pada tujuan orientasi tersebut di larang.

Disamping itu juga, dalam Islam juga menjelaskan bahwa keberadaan pendidikan tinggi adalah pendidikan yang sistematis setelah pendidikan sekolah. Oleh karena itu tujuan pendidikan tinggi adalah meningkatkan kualitas kepribadian Islam pada diri mahasiswa perguruan tinggi, bagi yang telah sempurna pembinaannya di jenjang pendidikan sekolah.

Tujuan peningkatan ini agar para mahasiswa bisa menjadi pemimpin dalam memantau permasalahan yang genting, juga mampu dalam mengatasi masalah tersebut. Agar masalah genting ini tetap hidup dan menjadi pusat perhatian dalam benak dan perasaan mereka, maka tsaqofah Islam harus ditanamkan kepada para mahasiswa tanpa melihat spesialisasinya.

Adapun materi tentang fiqih, hadist, tafsir, usul fiqih, dan lain- lain diberikan untuk membentuk mahasiswa agar senantiasa memiliki pola pikir dan pola sikap yang Islami. Membentuk akan kesadaran hubungan dirinya dengan Allah.

Selain itu, Islam enantiasa membentuk himpunan para ulama yang mampu melayani kemaslahatan hidup umat serta mampu menyusun rencana jangka pendek ataupun jangka panjang serta strategis. Adapun makna kemaslahatan hidup umat adalah menjaga kelestarian hidup seperti kebutuhan tentara yang melindungi umat termasuk dalam kemaslahatan umat adalah terpenuhinya kebutuhan asasi seperti sandang, papan dan pangan, keamanan dan pelayanan kesehatan.

Perguruan tinggi dalam Islam di tuntut melahirkan para peneliti yang kompeten dalam ilmu dan praktek untuk menyediakan dan menyelesaikan masalah umat tersebut.

Islam juga mempersiapkan orang- orang yang diperlukan dalam mengelola urusan umat misalnya para hakim, para pakar fiqih, dokter, para guru, penterjemah, insinyur, akuntan, manajer, perawat, dan lain- lain. Tujuan pendidikan Islam membuat motivasi generasi dalam mencari ilmu agar menjadi orang yang mulia yaitu manusia yang bertakwa yang memiliki kepribadian Islam serta berguna untuk kemuliaan Islam dan umat manusia. Sangat jelas sekali pendidikan Islam sangat dikaitkan dengan masalah kehidupan.

Tujuan manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT., melekat erat dibenak- benak para mahasiswa, sehingga para mahasiswa senantiasa disibukkan dengan melakukan fastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan dengan ilmu yang dimilikinya. Betapa mulianya sistem pendidikan Islam dalam mencetak mahasiswa yang berkepribadian Islam.

Sayangnya hal ini akan terwujud jika umat Islam berada dalam sistem Islam secara kaffah. Wallahu’alam bishowab[]

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 18

Comment here