Opini

PPDB menjadi SPMB, Tak Menyentuh Akar Masalah

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ranti Afifah, S.E. (Pendidik dan Aktivis Dakwah)

Wacana-edukasi.com, OPINI– Generasi muda adalah aset yang mahal, dan ia tak ternilai harganya. Dalam sejarahnya kemajuan suatu bangsa adalah bagaimana kondisi pemudanya. Begitu pentingnya pemuda dalam suatu bangsa, kaum muda memiliki potensi yang luar biasa, kobaran semangat mereka sulit dipadamkan. Terlebih, jika kobaran semangat itu dibarengi dengan luasnya ilmu pengetahuan, suatu kepastian suatu bangsa akan mengalami perubahan.

Inilah pentingnya peran pendidikan menjadi aspek yang tidak dapat terpisahkan bagi masyarakat. Apalah arti jika masyarakat tidak diberikan hak pendidikan di kehidupannya? Beberapa berita yang saat ini beredar, menjadi santapan dingin untuk diamati yakni Pemerintah Indonesia Kementerian Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) resmi mengganti sistem Penerimaan Peserta Didik Bari (PPDB) menjadi Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) pada 2025. Ini dilakukan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan pada sistem pendidikan sebelumnya. (bbc.com, 24/01/2025)

Jika kita amati, apakah bergantian nama PPDB menjadi SPMB oleh pemerintah apakah dapat menjadi solusi pemerataan pendidikan? Selain ganti istilah pemerintah harus serius memperbaiki teknis, prosedur, dan sistem penerimaan siswa secara holistik. (tiro.id, 01/02/2025) Semua itu tidak lepas dari pengaruh paham-paham Barat yang memang mengarah pada pendidikan barat sehingga pendidikan saat ini memisahkan agama dan kehidupan, terutama di negeri kita yang generasinya mayoritas muslim.

Sekedar perubahan nama tidak ada arti jika tanpa upaya nyata mewujudkan pemerataan sarana pendidikan. Apalagi dalam sistem kapitalisme hari ini, kecurangan dan akal-akalan serta kerja sama dalam keburukan mudah dilakukan. Paham-paham yang mereka sebarkan, dengan skenario yang sudah mereka rancang, yakni paham kapitalisme, sekularisme, dan isme-isme lain yang memang digunakan untuk menginfiltrasi pemikiran pendidikan. Semua paham itu mereka sebarkan secara terstruktur dalam bentuk Negara, juga dalam bentuk media-media yang mereka kuasai.

Negara seharusnya fokus pada hal strategis akar masalah buruknya layanan pendidikan di Negeri ini dalam semua aspeknya termasuk pemerataan pendidikan. Karena arah pendidikan saat ini mengajarkan untuk hidup bebas, berbuat tanpa pertimbangan aturan agama. Semua mencari kebahagiaan dunia yang sementara saja. Maka tidak heran saat ini dengan bebas bisa merokok dilingkungan sekolah, atau bahkan berani membunuh gurunya sendiri karena nafsu nya.

Negara yang memiliki wewenang besar juga mampu mendidik generasi negeri ini, bahkan mendidik para orang tua agar mereka mampu mendidik anaknya. Mirisnya, pada saat ini sistem yang digunakan Negara ini pun adalah sistem yang rusak, sistem yang berjalan tanpa aturan Allah SWT, sistem inilah yang menyebabkan kurangnya perhatian, dan rendahnya ketakwaan individu.

Islam memandang pendidikan adalah hak setiap warga Negara baik kaya maupun miskin, pintar atau tidak. Pendidikan termasuk layanan public menjadi tanggung jawab Negara, Layanan pendidikan juga gratis, dan berkualitas baik. Dari sisi kurikulum tentu harus berasas akidah islam, yang bertujuan membentuk kepribadian islam. Ini harus menjadi perhatian untuk kita semua, baik masyarakat, orang tua, maupun Negara. Rujukan asas pertama bagi pendidikan utama adalah harus menanamkan keimanan, dan membangun ketaatan kepada agama (aturan Allah).

Sistem di Negara kita ini pun yang telah membuat masyarakat acuh terhadap kondisi yang rusak di sekeliling mereka, karena mereka dituntut fokus pada kehidupan mereka dengan senantiasa mencari materi dan kebahagiaan dunia saja. Semua problematika yang sudah kita bahas di penjelasan sebelumnya, semua itu hanya bisa tuntas jika diterapkannya syariat Islam, yang jelas-jelas merupakan aturan yang turun dari pencipta alam semesta ini yakni Allah SWT.

Islam sebagai agama juga sistem kehidupan sudah terbukti selama 13 abad mampu melahirkan para pejuang Islam, para ilmuan, dan cendekiawan yang hebat. Seperti Abu Qasim Al-Zahrawi atau yang dikenal Barat dengan nama Albucasis beliau adalah ulama dan ahli bedah terkemuka.
Selain itu, Muhammad Al-Fatih sang penakluk Konstantinopel atau Turki sekarang, beliau adalah pemuda hebat di zamannya, zaman dimana Islam menjadi peraturan dalam segala aspek kehidupan. Beliau adalah panglima perang, juga pemuda yang taat akan syariat Islam.

Pemuda masa peradaban Islam adalah pemuda yang hidup dengan bekal ilmu dan pembentukan mental yang sehat dan kuat, ditopang dengan pembentukan sikap dan nafsiyah yang baik. Kehidupan pemuda di era kekuasaan Islam tidak penuh dengan leha-leha, dan hura-hura. Tetapi kebanyakan dari mereka saling berlomba-lomba dalam menuntut ilmu dan dalam kebaikan.

Tidakkah kita rindu akan peradaban yang menghasilkan generasi-generasi hebat ini? Peradaban yang seluruh aspek kehidupannya diatur oleh Allah SWT. Mari kita peduli akan masa depan generasi negeri kita ini, terutama generasi muslim. Kedudukan Negara yang memiliki sumber dana besar dan beragam, sehingga mampu mewujudkan layanan terbaik, gratis, dan dapat diakses siapapun. Marilah kita peduli dengan berjuang dan berkontribusi dalam mengembalikan pendidikan Islam di tengah-tengah umat kembali.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here