Opini

PPKM Sukses, Penuhi Kebutuhan Dasar

blank
Bagikan di media sosialmu

Alfisyah Ummu Arifah

Kebijakan karantina dari Quarantine atau Al arba’iniya konsep Ibnu sina menjadi salah satu yang dicontoh Eropa kala itu. Ibnu Sina adalah dokter pertama yang mendesain metode karantina untuk mencegah penularan penyakit infeksi.

Wacana-edukasi.com — Dunia kesehatan Islam mengadopsi penguncian wilayah saat wabah terjadi. Hal ini terekam dalam hadis nabi di bawah ini. Meskipun saat ini bentuk yang diambil di negeri ini adalah PPKM. Memang sudah terlambat. Namun dapat memberikan hasil yang baik jika pada saat diberlakukan, masyarakat berada tetap di rumah.

Bagaimana dengan kebutuhan mereka? Seharusnya dipenuhi oleh negara untuk yang berada dalam PPKM di wilayah tersebut. Sehingga masyarakat patuh dan tetap berada di rumah sebab kebutuhannya terpenuhi. Tak perlu keluar rumah.

Dari Siti Aisyah RA, ia mengabarkan kepada kami bahwa ia bertanya kepada Rasulullah SAW perihal tha‘un, lalu Rasulullah SAW memberitahukannya, ” Zaman dulu tha’un adalah siksa yang dikirimkan Allah kepada siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman. Tiada seorang hamba yang sedang tertimpa tha’un, kemudian menahan diri di negerinya dengan bersabar seraya menyadari bahwa tha’un tidak akan mengenainya selain karena telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid.” (HR Bukhari).

Setelah beberapa hari pemberlakuan PPKM di beberapa wilayah negeri ini, banyak hal yang menyedihkan terjadi. Masyarakat tampak keberatan atas program ini. Nampaknya pemerintah wajib mengevaluasi tentang efek PPKM dan kewarasan jiwa raga masyarakat.

Masyarakat memang mengapresiasi pemerintah atas kepedulian memutus rantai penularan Covid-19. Namun di sisi lain masyarakat hancur hatinya. Terusik kewarasannya karena menjadi sulit mendapatkan rizki sebab tak boleh berjualan lagi. Beberapa peristiwa menyayat hati justru mengoyak nurani mereka. Rasanya penguasa mereka begitu kejam.

Dalam penertibannya, petugas nampak bringas, kasar dan tidak humanis.
Bukhori yusuf anggota Dewan dari PKS menyesalkan tindakan aparat yang dinilai represif dan bertindak terlalu jauh dengan cara menyita properti usaha. Hingga menyemprot sejumlah pertokoan yang dinilai melanggar PPKM darurat di Kota Semarang.

Bukhori meminta aparat berlaku lebih humanis dan rasional dalam menyikapi dinamika masyarakat untuk menaati aturan pemerintah. Dia meminta aparat lebih sabar dan santun dalam menegur masyarakat yang melakukan pelanggaran. Sebab, sejumlah aturan larangan selama PPKM darurat bersinggungan dengan aspek nafkah masyarakat (merdeka.com, 15/07/21)

Menurutnya para pedagang kecil itu sesungguhnya tidak memiliki banyak pilihan. Nafkah mereka tidak ditanggung oleh negara. Wajar apabila masih didapati sebagian dari mereka tetap membuka usaha atau memaksa berjualan demi mencukupi kebutuhan nafkah mereka.

Situasi serba sulit saat ini sebagai dampak dari penerapan sistem kapitalisme yang bukan berbasis pada pelayanan kebutuhan dasar masyarakat.

Dia menuturkan, kepekaan sosial aparat untuk sudi mendengar dan mengerti kesulitan mereka.

Beberapa waktu lalu, terekam video tentang pemukulan seorang wanita hamil pemilik warung saat ditertibkan oleh oknum petugas satpol PP (detik.news, 15/07/21).Videonya pun viral kemudian.

Barang dagangan, peralatan, meja, kursi bahkan diangkut dan dirusak. Mereka masyarakat kecil semakin kehilangan harapan untuk hanya sekedar hidup apa adanya.

Diakui semenjak pandemi, jumlah orang yang berjualan semakin banyak. Tak sedikit harga dagangan pun diturunkan drastis. Tujuannya agar dagangan mereka lebih laris. Biarlah untung sedikit, asalkan tetap bisa bertahan hingga keadaan pandemi membaik.

Malangnya, rasa kepedulian pemerintah jauh dari yang mereka harapkan. Wacana vaksinasi berbayar pun akan dilaksanakan.

Meskipun tertunda sejenak karena satu dan lain hal. Masyarakat tetap resah. Sebab hanya ditunda. Bukan dibatalkan. Hidup masyarakat sudah sulit, bagaimana lagi jika dibebankan vaksinasi berbayar.

Andai penguasa mengerti dan berada di posisi masyarakat sedikit saja. Niscaya penguasa akan menyiapkan kebutuhan pokok pangan, kesehatan dan biaya pendidikan selama PPKM. Selayaknya demikian. Dengan itu pemerintah akan mendapatkan hati rakyat kembali.

Sebagaimana umar bin khattab dahulu yang membiayai seluruh biaya pangan, sandang dan papan masyarakatnya kala pandemi. Khalifah Umar bahkan hanya memakan roti dan minyak seadanya sebagai wujud dari kepeduliannya saat masyarakatnya kelaparan.

Umar bahkan menyembelih unta, kambing dan sapi milik negara. Semuanya itu untuk dikonsumsi masyarakat. Karena keadaan wabah kelaparan telah membuat para pencari nafkah tidak bisa menjalankan kewajibannya secara normal.

Dalam sebuah riwayat yang ditulis Yahya bin Yazid al-Hukmi al-Faifi, Abdullah meriwayatkan dari ayahnya, dari kakeknya. Dalam riwayatnya, Umar bin Khattab selalu puasa dahr (sepanjang tahun). Ketika pada musim kemarau, rakyat dilanda kelaparan. Umar bin Khattab selaku khalifah selalu membawa roti jika pulang petang hari. Apabila Umar telah tiba di rumah, roti itu hanya disiram minyak dan disantap untuk berbuka puasa.

Pada suatu hari, beberapa orang menyembelih unta untuk dibagikan kepada rakyat. Ketika Umar bin Khattab mendapatkan bagian yang enak, yaitu punuk dan hati unta yang disembelih, Umar bertanya, “Dari mana kalian mendapatkan ini?” Mereka menjawab, “Dari unta yang disembelih tadi siang!”

Umar berkata, “Wah, celaka! saya adalah seorang pemimpin yang terburuk jika saya mendapatkan yang bagus-bagus saja, sementara rakyat mendapatkan sisa-sisanya. Angkat daging ini dan berikan saya makanan selain ini!”

Kemudian, Umar diambilkan roti dan minyak, lalu roti itu dicabik-cabik dengan berkata, “Kemarilah hai Yarfa (seorang pelayan Umar), bawa makanan dan minyak ini dan antarkan kepada keluarga Rasulullah Saw. Sudah tiga hari Umar tidak melihat mereka. Sepertinya mereka (keluarga Rasulullah) sudah kelaparan.

Umar lalu memerintahkan masyarakatnya untuk bertaubat. Memohon ampun. Semakin mendekatkan diri pada Allah pemilik bumi ini. Semua dilakukan agar Allah tidak menjadikan wabah berlangsung lama. Sebab mudarat akan lebih banyak lagi, saat pandemi itu tak bisa diprediksikan kapan berakhir.

Taubat massal berjamaah sangat berpengaruh pada perubahan keadaan. Terbukti, tidak lama Umar dan dunia Islam berhasil melewati pandemi dengan gemilang. Pada saat yang sama dunia barat Eropa masih dalam kegelapan pandemi. Bangkitnya dunia islam kala itu menjadi i’tibar bagian belahan negara Eropa untuk mencontoh dunia islam mengatasi wabah.

Kebijakan karantina dari Quarantine atau Al arba’iniya konsep Ibnu sina menjadi salah satu yang dicontoh Eropa kala itu. Ibnu Sina adalah dokter pertama yang mendesain metode karantina untuk mencegah penularan penyakit infeksi.

Metode ini disebut Al-Arba’iniya atau the fortieth yang diterjemahkan sebagai quarantena dalam bahasa venesia kuno. Sesuai namanya, Al-Arba’iniya adalah sanitary isolation yang dilakukan selama 40 hari dengan membatasi ruang dan gerakan.

Karantina (Quarantin) merupakan praktik wajib di seluruh rumah sakit pada zaman tersebut. Hal itu dilakukan dalam rangka mencegah penyebaran kusta.

Metode karantina menjadi sangat umum di Eropa terutama selama dan setelah serangan wabah Black Death di abad ke-14 dan 15. Wilayah penerapan karantina adalah tempat bertemunya pedagang antar negara misal di Venesia, Italia. Karantina dilakukan selama 40 hari pada seluruh kru dan penumpang kapal yang akan berlayar.

Efektivitas dan keberhasilan karantina untuk menekan penyebaran epidemik, mengakibatkan metode ini terus digunakan hingga sekarang. Tentunya mekanisme dan durasi menyesuaikan dengan kondisi wabah, sehingga tidak harus 40 hari.

Dunia kedokteran Islam kala itu telah menjadi mercusuar peradaban dunia kesehatan pun tak luput diteladani. Jadilah beberapa waktu kemudian Eropa pun bangkit. Bangkit dari wabah.

Keberhasilan dunia kesehatan Islam menjadi inspirasi sistem kesehatan dunia. Vaksinasi sendiri digagas ilmuwan islam Turki jauh sebelum Flemming tahun 1928 menemukan vaksin. Benarlah, dunia Islam menjadi pionir sistem kesehatan dunia.

Kini, sistem itu pun masih ada. Vaksinasi. Karantina (Lockdown) dan penguncian wilayah berhasil dilewati jika kebutuhan dasar masyarakat juga dipenuhi. Jika kebutuhan dasar itu tidak diberikan. Sama saja dengan membiarkan masyarakat mati perlahan karena kelaparan.

Demikianlah sebenarnya masyarakat itu tidak sulit untuk taat. Asalkan kebutuhan dasarnya terpenuhi selama PPKM berlangsung. Baik kebutuhan dasar orang per orang, maupun kebutuhan dasar publiknya.

Namun, semuanya itu tergantung pada negara. Apakah bersedia beritikad baik untuk menanggung seluruh kebutuhan dasar masyarakat itu. Tentu butuh mengadopsi sistem ekonomi yang shohih. Dengan begitu APBN negara benar-benar cukup dan lebih dari cukup untuk menanggung seluruh kebutuhan masyarakat tanpa kecuali. Namun sistem ekonomi itu mesti kompatibel dengan sistem pemerintahannya yang juga berbasis syariah. Insya Allah pandemi Covid-19 segera berlalu karena ketaatan semua pihak pada aturan Tuhannya.

Wallahu a’lam bish-showaab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 5

Comment here