Opini

Prihatin di Balik Halloween

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Eti Ummu Nadia

wacana-edukasi.com– Sungguh menyedihkan tragedi yang terjadi di ibu kota Seoul pada perayaan Halloween di tempat hiburan malam Itaewon pada Sabtu malam (29/10). Setidaknya ada 154 meninggal saat kejadian, dan 82 orang terluka .

Hak tersebut sedang diselidiki oleh kepolisian apa penyebab mereka berdesak-desakan di perayaan Halloween, sampai ke jalan sempit yang mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang. Seperti diketahui Perayaan Halloween digelar untuk pertama kalinya setelah adanya Covid -19. Di pusat hiburan malam Itaewon.

Sebagaimana laporan menggambarkan tempat tersebut penuh sesak dengan orang-orang yang putus asa karena berdesak-desakan, dan bertumpukan satu sama lainnya. Korban kebanyakan merupakan usia remaja sekitar 20-an tahunan, dan 19 adalah warga negara asing. BBC News Indonesia (30/10/2022).

Tragedi ini tentunya mendapat perhatian dari para penguasa. Salah satunya dari Presiden RI Joko Widodo mengucapkan bela sungkawa kepada korban insiden Itaewon, Korea Selatan, Sabtu (29/10/2022). Malam waktu setempat.

Hal tersebut disampaikan Presiden RI Joko Widodo lewat akun Twitternya dengan bahasa Inggris, pada Minggu, (30/10/2022). Dalam pernyataan itu Jokowi menyampaikan bahwa rakyat Indonesia bersama rakyat Korea Selatan sangat berduka, dan berharap segera pulih untuk korban yang terluka. Kompas.com (30/10/2022).

Tidak ada yang menduga bahwa perayaan Halloween yang digelar dipusat hiburan malam Itaewon Korsel, akan menjadi musibah, dengan berjatuhannya nyawa dan korban luka-luka akibat terjepit akibat berdesakannya manusia. Tentunya kita merasa prihatin dengan insiden tersebut. Akan tetapi di sisi lain kita juga prihatin dengan kepeduliaan penguasa lebih besar kepada para korban Itaewon, dibandingkan kepedulian kepada rakyatnya sendiri Indonesia. Seperti halnya dengan para korban Kanjuruhan Malang yang memakan korban yang tidak sedikit. Tapi tidak ada pernyataan “pemerintah bersama korban kanjuruhan”.

Prihatin kedua adalah adanya pembiaran masyarakat yang mengikuti perayaan Halloween. Mirisnya tidak ada larangan dari penguasa di negeri kita untuk tidak perayaan Halloween yang merupakan budaya barat. Maka masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tidak sepantasnya mengikuti budaya barat yang bertentangan dengan budaya Indonesia terutama dengan ajaran Islam.

Jika diperhatikan perayaan Halloween tidak mendatangkan manfaat, justru yang ada malah menimbulkan persoalan untuk generasi. Bahkan mengancam karakter generasi di masa depan. Bagaimana tidak, karena aktivitas tersebut berikhtilat atau campur baur antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Ditambah minum minuman keras, membuka aurat mengikuti gaya-gaya barat. Tentunya fakta tersebut tidak lepas dari gaya hedonisme generasi saat ini, yang lahir dari rahim sekularisme. Hedone adalah cara pandang hidup yang tujuannya untuk kesenangan dunia semata. Sedangkan sekularisme pemisahan agama dari kehidupan, yang memandang agama hanya mengatur ibadah ritual saja, sedangkan aturan lainnya tidak diterapkan. Hasilnya dari paham tersebut terlahir tingkah laku generasi yang tidak mencerminkan kepribadian Islam.

Hal ini tentu saja tidak lepas dari peran penguasa yang membiarkan karakter generasi muda rusak, akibat sistem sekularisme yang menjangkit generasi saat ini. Walhasil manusia cenderung melakukan sesuatu sesuai keinginannya, kesenangannya, bukanya sesuai syariat Islam. Seperti pergaulan bebas, campu baur, mengumbar aurat, minum khamr dan lain sebagainya. Inilah gambaran sistem bibrok yang di emban saat ini, yang menghasilkan generasi hedonisme saat ini.

Oleh sebab itu, miris sekali jika kita meninggal dalam keadaan maksiat. Apalagi kita sebagai seorang muslim harus mengikuti gaya dan budaya barat. Seperti merayakan perayaan Halloween, valentine, dan aktivitas lainnya yang mendekatkan pada kemaksiatan. Fotret saat ini menunjukkan penguasa yang abai atau gagal memberi pendidikan berkarakter islami, yang membangun peradaban generasi di masa depan.

Berbeda dalam sistem Islam. Penguasa atau pemimpin akan bertanggung jawab penuh atas pembangunan karakter generasi di masa depan. Melalui mekanisme pembangunan kepribadian Islam. Baik dalam pendidikan, maupun di luar pendidikan. Sistem Islam akan memberikan pendidikan mulai dari usia dini hingga jenjang perguruan tinggi, yaitu menanamkan akidah yang kuat sedari dini. Setelah itu generasi akan terus di bimbing diberikan pendidikan Islam, agar menghasilkan kepribadian Islam yang cemerlang sebagaimana yang di syariatkan. Sehingga dari mekanisme tersebut, anak akan memiliki pola sikap dan pola pikir sesuai syariat Islam.

Pemimpin dalam Islam juga akan melarang perbuatan yang tidak bermanfaat yang bisa mengantarkan pada celah kemaksiatan. Seperti adanya konser atau perayaan yang aktivitasnya campur baur, mengumbar aurat, nge-drak dan lain sebagainya apalagi aktivitas tersebut sampai menghilangkan nyawa. Dalam Islam pemimpin hanya akan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan bertujuan hanya untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Maka jika ada yang melanggar, maka sanski tajir akan diberikan untuk pelaku.

Maka, peran seorang pemimpin sangat menentukan generasi penerus di masa depan. Oleh karenanya, pemimpin berkewajiban menjaga masyarakatnya dari hal-hal yang mengantarkan kepada kemaksiatan, apabila sampai menghilangkan nyawa. Sebagaimana dalam sebuah hadits:

“Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, di mana kelak di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Kecuali mereka yang melaksanakannya dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin.” (Riwayat Muslim).

Dalam hadits berikut menerangkan bahwa, seorang pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Mau itu perbuatan baik, atau buruk. Karena perbuatan tersebut akan diminta pertanggungjawabannya. Bagaimana dengan sistem saat ini, apakah sudah menjalankan amanahnya dengan baik, sebagaimana yang di syariatkan Islam? Apa justru sebaliknya? Tentunya dalam sistem kufur saat ini, mustahil semua itu terjadi selama sistem yang diterapkan masih sistem buatan manusia, bukanya sistem dari Allah SWT.

Oleh karenanya kita butuh sosok pemimpin yang mencetak generasi berkarakter sesuai ajaran Islam, yang mengarahkan dan mengatur kehidupan sesuai aturan Islam. Mulai dari dalam keluarga, individu, hingga masyarakat. Semua akan diarahkan untuk tujuan hidupnya hanya untuk mencari ridho Allah saja. Maka dari penerapan sistem Islam yang kaffah akan tercipta ketenangan, keamanan dalam menjalani kehidupan. Semua itu akan tercipta mana kala kita di pimpin oleh sebuah sistem Islam yang dikenal dengan Khilafah.

Wallahu’alam Bish Shawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 31

Comment here