wacana-edukasi.com , SURAT PEMBACA– Proyek pembangunan jembatan Sungai Sambas besar akan menerapkan Lean and Green construction dengan memanfaatkan limbah. Bersumber dari Youtube Adventius Ronald, menurut Ega Yogaswara, selaku project manager mengungkapkan bahwa penggunaan Fly Ash merupakan bentuk sinergi BUMN dengan PT Nindya Karya dan PT PLN yang bermula dari optimisme perusahaan untuk menjaga pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan, proyek ini akan menggunakan limbah Fly Ash dari PLTU Bengkayang (www.innalar.com 22/08/2023).
Adapun penerapan Lean and green lainnya di proyek jembatan Sungai Sambas adalah penerapan tepat guna lahan dengan penghijauan atau pembuatan taman di sekitar area proyek, melakukan manajemen konservasi energi dengan penggunaan panel surya sebagai sumber energi terbaru alternatif yang ramah lingkungan. Manajemen konservasi air dengan pemanfaatan air hujan dan air baku sungai yang di treatment menggunakan alat reverse osmosis sebagai air bersih.
Menerapkan siklus material dengan meminimalkan material kayu seperti pada pembangunan direksi keet dan penggunaan bekisting mock up. Penggunaan alat berat yang memiliki izin kelayakan dari Disnaker Provinsi dan pelaksanaan pengukuran lingkungan hidup dan lingkungan kerja.
Berdasarkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), PPK Jembatan BPJN Kalimantan Barat, Wido Kharisma, menjelaskan bahwa Proyek Jembatan tersebut dimulai kontrak pada Desember 2021 sampai dengan tahun 2024. Proyek jembatan Kalimantan Barat ini memiliki nilai Rp 800 miliar rupiah. Jembatan ini diharapkan dapat menjadi konektivitas antar daerah di Kalimantan Barat dengan panjang 2.566,87 m.
Jika dilihat dari faktanya, Fly Ash merupakan sisa pembakaran batubara yang sangat halus, kehalusan butiran Fly Ash ini berpotensi terhadap pencemaran udara. Penggunaan Fly Ash dinilai bisa mengurangi panas hidrasi yang terjadi di mana dapat menimbulkan retak atau crack pada beton jembatan serta memberikan pengaruh-pengaruh positif terhadap sifat beton terutama dalam hal durabilitas.
Manfaat yang diambil dari penggunaan teknologi diatas, tentu akan menunjang pembangunan khususnya lagi yang ramah dengan lingkungan. Wacana yang sama dengan pembangunan infrastruktur di Ibukota Negara (IKN). Salah satu strategi yang diklaim untuk mencapai target karbon netral (net zero emission) pada tahun 2060 yang mana Wapres Ma’ruf Amin pun mengakui bahwa ada capaian dengan bantuan asing, bagian dari komitmen negara-negara maju untuk memberikan semacam imbalan terhadap masalah penurunan karbon.
Tak ada yang salah dari berbagai rencana teknologi yang akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur diatas. Sangat bagus untuk menyokong kebutuhan aktivitas masyarakat. Namun pastinya tak lepas pula kepentingan perusahaan-perusahaan besar yang punya mobilitas tinggi mengangkut SDA di sekitar Kalbar.
Proyek bombastis dengan berbagai klaim ramah lingkungan ini, lagi-lagi dengan pembiayaan yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Skematika hutang pada investor swasta dan asing pada proyek seyogyanya adalah jebakan untuk stabilitas keuangan negara.
Lambat laun hutang tak terbayarkan saat proyek jadi dan kas negara kosong tak sanggup mencicil membuat kebijakan dalam negeri terintervensi pemberi hutang. Belum lagi korupsi membayangi jika terlaksana oleh oligarkis pusat dan daerah. Inilah dampak buruk penerapan kapitalisme yang hingga kini tak kunjung disadari umat dan penguasa negeri.***
Yeni
Pontianak-Kalbar
Views: 17
Comment here