Oleh: Dhevy Nurliani
wacana-edukasi.com, Bulan Rajab senantiasa mengingatkan umat Islam adanya peristiwa penting yakni isra’ mi’raj Rasulullah SAW di tanggal 27 Rajab 8 H. Perjalanan tersebut dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina hingga naiknya Rasulullah ke Sidratul Muntaha di langit ke tujuh dalam watu semalam saja tak mungkin akan dipercaya kecuali oleh orang-orang yang beriman. Peristiwa penting di bulan Rajab lainnya yakni runtuhnya dhaulah khilafah Utsmani di tanggal 3 Maret 1924 M atau 28 Rajab 1342 H. Artinya sudah seratus tahun lamanya umat Islam tidak mempunyai seorang pemimpin (khalifah).
Sedangkan khilafah itu sendiri para ulama menyebutkan sebagai mahkotanya kewajiban (taj al-furudh) atau kewajiban yang paling agung (a’zham al-fardh) dalam Islam. Oleh karenanya berkaitan dengan hukum menegakkan khilafah telah menjadi Ijmak Ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Khususnya empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafii dan Habali). Syaikh Abdurrahman al-Jaziri (w. 1360 H) menuturkan:
إِتَّفَقَ اْلأَئِمَّةُ رَحِمَهُمُ اللهُ تَعَالىَ عَلىَ أَنَّ اْلإِمَامَةَ فَرْضٌ
Para imam mazhab (yang empat) telah bersepakat bahwa Imamah (Khilafah) adalah wajib… (Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘ala al-Madzâhib al-Arba’ah, V/416).
Barangkali masing-masing dari umat Islam ada sebagian yang menganggap bahwa bentuk dan wujud kemenangan maupun kejayaan itu berbeda-beda. Menahan hawa nafsu, berpuasa penuh di bulan Ramadhan, mampu bersabar saat diuji, bahkan mengorbankan harta, raga dan jiwa di jalan Allah sebagai contohnya. Namun sejatinya puncak kemenangan dan kejayaan bagi orang-orang yang beriman adalah tegaknya kembali khilafah.
Bagi yang tak beriman, bisa saja kabar gembira (bisyarah) dari Rasulullah SAW tersebut dianggap sebagai angin lalu bahkan dianggap sesuatu yang mustahil. Meskipun makin hari makin kentara kepanikannya terhadap perkembangan dakwah maupun opini Islam. Serangkaian narasi negatif terus menerus dihembuskan untuk menciptakan phobia terhadap ajaran Islam.
Tentu bagi yang beriman akan terasa beda, bisyarah itu makin meneguhkan bahwa puncak kemenangan dengan tegaknya kembali khilafah itu adalah nyata, bukan utopia. Manifestasi keimanan pula yang menguatkan umat Islam terus menerus melakukan upaya sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Setidaknya ada tiga hal yang membuat umat Islam optimis dalam menyambut kabar gembira tersebut.
Pertama, sudah ada jaminan modal. Sebagaimana Allah sampaikan dalam surat Ali Imran ayat 110 “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…”
Artinya umat Islam sejatinya sudah digariskan menjadi umat terbaik. Bila umat Islam di seluruh dunia disatukan maka modal itu nyata adanya, jumlah SDM banyak, potensi SDA melimpah bahkan kekuatan militernya kuat. Dengan jaminan modal inilah umat Islam mampu memimpin dunia.
Kedua, sudah ada jaminan kemenangan. Kemenangan kaum muslimin dengan kembalinya khilafah selain kabar gembira dari Rasulullah SAW tetapi juga sekaligus janji dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Fath ayat 28 disebutkan “Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi”.
Inilah optimisme umat Islam yang didasarkan pada keimanan yang sempurna kepada Allah dan kebenaran akan semua janjiNya. Jaminan kemenangan ini sekaligus menjadi bukti bahwa kemenangan itu bukanlah mimpi, bukan pula ilusi namun nyata dari Illahi Robbi.
Ketiga, adanya realitas kegagalan kapitalisme. Kapitalisme dengan akidah sekulernya dengan sistem politik demokrasi dan sistem ekonominya berbasis ribawi telah menciptakan krisis multidimensi. Realitasnya resesi global yang sudah diprediksi sebelumnya, adanya pandemi covid-19 makin memukul kondisi keuangan negara di seluruh dunia. Pandemi covid pun sudah setahun lamanya, berbagai solusi yang hadir sebatas tambal sulam semakin memperlama dan memperparah kondisi. Inilah realitas kegagalan kapitalisme saat ini. Layak dihapus diganti dengan sistem lain yang mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada. Satu-satunya sistem yang layak hanyalah sistem Islam yakni khilafah.
Bisyarah sekaligus janji Allah tentunya perlu diwujudkan dengan segenap daya upaya yang dimiliki oleh umat Islam. Peran dari semua bagian umat dengan berbagai latar belakang dan kelompok harus ditata sesuai panduan metode dakwah Rasulullah SAW. Sinergitas dan komunikasi terus menerus dibangun sehingga umat ini kuat tidak mudah diadu domba ataupun terjebak pada permainan politik belah bambu yang sengaja dibikin barat supaya umat ini lemah.
Kemenangan itupun ada syaratnya. Upaya dakwah yang dilakukan haruslah murni bertujuan untuk Islam, pemikiran yang disampaikan juga murni Islam tidak tercampur dengan pemikiran lain semisal demokrasi, liberal, nasionalisme dst dan dengan cara mencontoh metode dakwah rasulullah secara sempurna dari tahapan pembinaan, dakwah di tengah-tengah masyarakat jahiliah di Mekkah saat itu sampai beliau berhijrah ke Madinah dengan menerapkan Islam secara kaffah. Insyaallah dengan sikap optimisme, kesungguhan dan kesabaran dalam melewati setiap tahapan yang dicontohkan Rasulullah, Allah SWT ridho dan segera menurunkan pertolongan-Nya dari berbagai arah yang tidak disangka-sangka.
Wallahu a’lam bishowab.
Views: 28
Comment here