Opini

Rakyat Kelaparan, Benarkah Negara Berperan Maksimal?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Tyas Ummu Rufaidah

Betapa kita rindu pemimpin seperti Rasulullah Saw, dan khalifah setelahnya. Di mana mereka mendedikasikan hidupnya untuk kemashlatan umat. Sifat amanah dalam setiap apa yang di pimpinnya membuat kaumnya sejahtera di bawah kepemimpinan berdasarkan tuntunan Islam.

Wacana-edukasi.com — Di masa PPKM darurat yang tengah berlangsung, banyak cerita haru menyelimuti. Mulai dari korban covid-19 meningkat, para nakes tumbang, hingga kekurangan bahan obat-obatan serta tabung oksigen.

Belum berhenti di sini saja, ditambah lagi jeritan rakyat kelaparan mengaung di pelosok negeri ini. Bagaimana mungkin jika kondisi yang ada di depan mata, pemerintah mengklaim tidak ada rakyat yang kelaparan?i

Dikutip dari CNN Indonesia — Lembaga nirlaba yang fokus menyoroti kemiskinan dunia, Oxfam memperingatkan potensi kematian akibat kelaparan saat pandemi Covid-19 diperkirakan mencapai 12 ribu per hari di akhir 2020.Minggu (12/7).

Tidaklah cukup potret nasib warga miskin saat wabah coronavirus yang tertampang di mata kita. Sebagai buktinya seorang kepala rumah tangga bernama Atek dipukuli massa karena curi 5 kg beras. Kemudian demi menyambung hidup, Ojol rela gadaikan tv miliknya dengan beras 5 liter. Bukan itu saja masih ingat kisah Ibu Yuli Nur Amelia berakhir di liang lahat setelah 2 hari kelaparan karena coronavirus. Belum lagi kisah seorang ayah yang keliling rumahnya di Batam jual ponsel rusaknya untuk biaya makan lima anaknya mengurai air mata.

Ironis melihat kisah pilu yang merobek hati kita, begitu banyak rakyat miskin yang tak terjamah bantuan sedikit pun. Sehingga mereke rela mengorbankn sisa harta bahkan jiwanya untuk bertahan hidup. Begitu kejamnya kehidupan ini. Jika sudah jelas fakta berbicara, akan tetapi petinggi negara tetap berkelakar bagaikan semua baik – baik saja.

Dilansir dari okezone.com pada masa darurat covid-19 saat ini, pemerintah memastikan negara hadir dan tidak akan membiarkan masyarakat atau setiap warga negara dibiarkan kelaparan.

“Bapak Ibu, sebangsa se-Tanah Air, sekali lagi negara hadir. Tidak ada warga negara yang akan dibiarkan dalam kelaparan,” tegas Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, (11/7/2021).

Pada awalnya memang rencana dan janji kepada kesejahteraan rakyat, tapi tak sesuai dengan ekspetasi. Hari ini rakyat butuh bukti bukan janji, karena sekarang masalahnya hidup dan mati.

Jika tumbangnya sistem kesehatan, angka kematian yang masih meroket tidak juga membuat para pemangku kebijakan ini sadar dan masih saja mencari pembenaran atas kebijakan yang diambil. Dimana fakta kebijakan dan sistem yang diterapkan hari ini membuat sakit hati rakyat.

Wajar jika ini terjadi, sebab untung rugi jadi parameter atas segala kebijakan yang dibuat. Sistem kapitalisme-sekuler ini telah gagal dalam menyelesaikan problematika umat, sebab hanya mencari nilai manfaat tanpa pandang benar-salah atau halal-haram. Jika merasa menguntungkan dari sisi materi maka kebijakan akan dijalankan meskipun mengorbankan lainnya. Dalam sistem ini, sektor ekonomi menjadi prioritas di atas segalanya meskipun nyawa rakyat jadi taruhanya. Dengan melegalkan TKA datang berbondong – bondong dalam rangka investasi serta pekerja esensial, tuturnya.

Tak luput dari perhatian rakyat, bahwa pemerintah berencana membagikan bansos. Adapun bansos, Kemensos akan menyalurkan ke warga dalam bentuk tunai (BST). BST yang semula dihentikan di bulan April, akan kembali disalurkan untuk bulan Mei sampai Bulan Juli.

Mensos Risma mengatakan besaran BST yang akan diberikan adalah Rp300 ribu per bulan dan akan disalurkan kepada warga di setiap awal bulan.

Untuk target penyaluran per bulan, BST menyasar 10 juta penerima bantuan, penerima Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) sebanyak 18,8 juta, serta penerima Program Keluarga Harapan (PKH) sebanyak 10 juta. BST akan disalurkan melalui Kantor Pos. Sementara BPNT dan PKH akan disalurkan melalui jaringan Himpunan Bank-Bank Negara (Himbara).

Lalu, apakah semua itu sudah terealisasikan?. Jika sudah bagaimana bisa terjadi kisah – kisah pilu seperti yang dijelaskan di atas. Pasalnya bansos tersebut tidak tersalurkan secara merata dan tepat sasaran ditambah lagi diribetkan dengan administratif serta mekanisme yang tidak efektif.

Banyak terjadi kerumuman, kericuhan hingga korban jiwa akibat bedesak – desakan untuk menerima bantuan. Jika kondisi ini terjadi berlarut-larut, rakyat akan pasrah dengan kondisi yang ada hingga tak sedikit nyawa yang melayang.

Berbeda halnya dalam pandangan Islam, beratnya tanggung jawab pemimpin terhadap amanah yang diembannya, tergambar jelas dalam sabda Nabi Saw. berikut:

Diriwayatkan oleh Tabrani dari Abu Wail Syaqiq Bin Salamah bahwasanya ketika Umar ra menugaskan Busyur ibnu Asim ra untuk mengurus sedekah suku Hawazin, tetapi Busyur tidak mau menerimanya. Ketika ditanya, ”Mengapa kamu tidak mau menerimanya?” Busyur menjawab, ”Seharusnya aku menaati perintahmu, tetapi aku pernah mendengar Nabi Saw. bersabda, ‘Barang siapa yang dibebani mengurus suatu urusan urusan kaum muslimin, maka di hari Kiamat kelak ia akan diberdirikan di tepi jembatan neraka Jahanam. jika ia melaksanakan tugasnya itu dengan baik, ia akan selamat. Namun, jika ia tidak melaksanakannya dengan baik, ia akan dilemparkan ke bawah jembatan Jahannam itu dan akan terpelanting ke dalamnya selama 70 tahun’.”

Lalu Umar keluar dengan wajah susah, ketika Abu Zar bertanya kepadanya, ”Mengapa Anda terlihat amat susah? Umar pun menceritakan bahwa kesusahannya karena ia telah mendengar sabda Rasulullah tersebut di atas yang disampaikan oleh Busyur Asim. Lalu Abu Zar pun membenarkan bahwa ia juga pernah mendengar hadis serupa. (At-Targib jilid III, halaman 441).

Betapa kita rindu pemimpin seperti Rasulullah Saw, dan khalifah setelahnya. Di mana mereka mendedikasikan hidupnya untuk kemashlatan umat. Sifat amanah dalam setiap apa yang di pimpinnya membuat kaumnya sejahtera di bawah kepemimpinan berdasarkan tuntunan Islam.

Maka dari itu, saatnya para pemimpin saat ini mengikuti jejak Rosulullah Saw. Sebab terdapat suri tauladan sebaik-baiknya pemimpin.

Waallahualam bishowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 19

Comment here