Tabligul Islam

Ramadan dan Pengkhianantan Atas Gaza

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Zhiya

Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Kondisi keterpurukan Gaza, Palestina kini belum beranjak dari kesedihan sejak keruntuhan Khilafah tahun 1924. Serangan Zionis Yahudi, telah bertubi meluluhlantakkan Gaza. Watak menipu dan khianat dari Zionis terus ada, meskipun diadakan gencatan senjata, tak jarang bantuan sosial sulit masuk ke Gaza, karena blokade.

Di samping itu Pemimpin negara adidaya dengan kekuatan militer nomor satu di dunia, yakni Presiden Amerika, Donald Trump mengecam akan menghancurkan Gaza apabila pembebasan tawanan Israel tak dilakukan (Republika.com, 8/3/2025).

Masyarakat Gaza sudah apatis dan skeptis terhadap usaha dunia internasional yang ingin menuntaskan masalah Gaza bak pahlawan, namun kenyataannya hanya omong kosong. Ancaman Trump hanya pembenaran untuk melakukan kekerasan lebih parah lagi.

Di sisi lain, Washington telah menolak usulan Mesir yakni untuk membangun kembali Gaza yang menolak pemindahan penduduk Palestina pasca perang. Kehidupan pascaperang yang tidak manusiawi disebut-sebut sebagai alasan pemindahan Gaza.

Rencana tersebut diharapkan Amerika agar Hamas menyerahkan pemerintahannya atas Gaza. Sejumlah dana dari negara-negara pendonor telah disiapkan. Puluhan ribu milyar US Dollar telah diplotkan untuk membangun Gaza yang direncanakan akan dilakukan dalam tiga fase. Fase tersebut diperkirakan akan menghabiskan waktu selama 6 bulan. Yakni fase pemulihan awal, fase rekonstruksi awal dan fase rekonstruksi kedua (Tribunnews.com, 6/3/2025).

Pengkhianatan Berulang

Pengkhianatan pemimpin negara-negara Arab terdekat seperti Yordania dan Mesir telah nampak jelas. Dua negara tersebut berada di pihak Trump. Para pemimpin Mesir dan Yordania menyatakan mereka tidak akan berpartisipasi dalam pemindahan warga Palestina (Sindonews.com, 31/1/2025).

Hal ini menjadikan Trump terus mengancam mujahidin dan semakin percaya diri atas cuitannya. Namun faktanya Trump telah menipu Yordania dan Mesir atas pernyataan sebelumnya yang akan membangun Gaza dan telah membuat proposal atas pembangunan kembali Gaza, namun ditolak oleh Trump. Pembicaraan yang berubah-ubah ini karena sejatinya tujuan Trump tetap kembali ke satu titik yakni ingin merebut Gaza dan menyerahkan kepada Zionis Yahudi.

Di dalam sistem kapitalisme sekuler yang saat ini diterapkan justru harusnya membuka mata dunia bahwa sistem buruk ini sama sekali tidak berfungsi. Perdamaian dunia yang diharapkan setiap negara diduain, jangan ilusi. Buktinya kecaman para pemimpin dunia dan solusi lembaga internasional berakhir gagal tak mengubah keadaan Gaza sedikitpun.

Penyebaran ideologi kapitalisme dengan diterapkannya sistem demokrasi saat ini dan diusung oleh negara-negara Barat terus menerus dilakukan, untuk menjaga eksistensi ideologi yg diusungnya. Orientasi kebijakanya hanya untuk kepentingan materi, sehingga semakin meluaskan penjajahan tak hanya fisik namun juga non fisik, yakni berupa pemikiran pemikiran liberal yang menjangkiti dunia, khusunya kaum muslim. Hal tersebut mbuat pemikiran mereka jumud dari pembebasan hakiki yakni menyerukan jihad dan mengirimkan tentara untuk perlawanan mengusir Zionis.

Konsep negara bangsa, dan pemikiran nasionalis menjadi cara efektif yang diadopsi penjajah dari sejak lama meruntuhkan Khilafah, yang kini terus di langgengkan, termasuk mencegah dan mempersulit pembebasan tanah Palestina. Para pemimpin negara terjebak dalam drama politik negara-negara kapitalis. Pembelaan terhadap kaum tertindas hanya sebatas ucapan, tanpa tindakan militer yang nyata.

Solusi Pasti

Negara-negara terjajah dan terdampak perang seprti Gaza, Yaman dan Lebanon membutuhkan pembelaan nyata bukan hanya kecaman atau sekadar ucapan. Islam bukan hanya agama ritual melainkan juga ideologi yang memiliki solusi paripurna untuk membebaskan Gaza dengan mewujudkan kekuatan militer. Kebijakan ini hanya mampu dijalankan oleh negara Khilafah

Di dalam Islam, setiap pindividu berhak mendapatkan jaminan perlindungan secara menyeluruh. Khilafah akan menetapkan strategi dan mekanisme untuk membebaskan tanah kaum muslim dari penjajahan. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

“Sesungguhnya al-Imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR. Muttafaqun ‘alayh)

Di dalam Islam yang bisa mengikat ummat hanya lah ikatan akidah Islam serta bisa mempersatukan kaum muslim dengan ukhuwah tanpa memperhatikan batas ilusi yang ditetapkan oleh penjajah. Dengan kekuatan ukhuwah, Khilafah dapat menetapkan kebijakan militer yang kuat dalam membela umat Islam. Selain itu, Khilafah juga berperan dalam membangun kesadaran ideologis dalam tubuh umat terkait kewajibannya membela saudara muslim yang tertindas. Dengan konsep inilah, akidah Islam dapat mengikat kekuatan ukhuwah kaum muslim.

Melalui strategi ideal yang disandarkan pada hukum syarak, Khilafah akan membina umat agar memiliki pemahaman politik Islam yang menyeluruh. Kesadaran politik ini akan membangkitkan semangat dakwah dan jihad fi sabilillah. Pemahaman akidah yang sempurna akan menyatukan umat melalui pemikiran dan perasaan yang sama. Hal inilah yang menciptakan kekuatan nyata untuk melawan penjajahan dan mewujudkan perdamaian hakiki. [WE/IK].

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 1

Comment here