Oleh: Rani Yulianawati
Wacana-edukasi.com, OPINI— Kondisi Gaza tidak beranjak dari keterpurukan dan kesedihan sejak khilafah runtuh tahun 1924. Kemuliaan umat islam seolah-olah hilang begitu saja ditelan bumi. Kita bisa melihat bagaimana kaum muslim Palestina dijajah, terus digenosida selama puluhan tahun. Gaza terus menerus di bombardir, sudah banyak sekali yang menjadi korban bukan hanya para pejuang Palestina tetapi warga sipil, anak-anak, perempuan, tenaga medis, bahkan jurnalis menjadi sasaran. Tampaknya zi0nis laknatullah memang membabi-buta ingin membumihanguskan Palestina.
Sejak tanggal 19 Januari lalu di Gaza telah diadakan gencatan senjata. Gencatan senjata semacam ini bukanlah yang pertama kali dilakukan, namun zi0nis seringkali melanggar perjanjian tersebut. Perjanjian gencatan senjata saat ini memang masih berlangsung, tetapi tentara zionis tetap saja melakukan serangan mematikan dengan menghalangi ketentuan utama protokol kemanusiaan, khususnya masuknya mobil besar dan peralatan berat ke jalur tersebut. Dalam serangan itu, 3 polisi palestina tewas saat bekerja mengamankan masuknya truk bantuan jalur Gaza.
Memang telah disebutkan dalam Al-Qur’an bagaimana perilaku atau karakter orang-orang Yahudi (zi0n1s).
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!”” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 65).
Saat ini bulan suci Ramadan telah tiba, bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh rahmat, dan bulan penuh ampunan. Inilah bulan yang disambut oleh seluruh kaum muslim dengan sangat antusias. Namun bagaimana dengan saudara kita di Gaza? Saat ini mereka hanya sempat beristirahat sejenak dari penjajahan z10nis yahudi. Pengkhianatan z10nis atas perjanjian gencatan senjata terus menerus terjadi karena umat islam tidak memiliki pelindung. Gaza hari ini sungguh harus berjuang keras, sendirian tanpa bantuan siapapun kecuali Allah, melawan genosida yang telah berlangsung di sana selama bertahun-tahun lamanya. Penduduknya terpaksa rela menyambut Bulan Ramadan yang penuh keberkahan di tengah genosida yang masih berlangsung.
Sementara itu, para penguasa negeri muslim cenderung diam dan menjadi pelindung z10nis. Berdasarkan laporan berita dari CNBCIndonesia.com (21/02/2025), para pemimpin negara-negara Arab bertemu di Arab Saudi untuk membahas perlawanan terhadap rencana Presiden AS Donald Trump yang ingin merebut Palestina sepenuhnya dan mengusir masyarakat Palestina ke negara lain secara permanen.
Pertemuan para pemimpin negara dari 7 negara Arab tersebut terdiri dari negara-negara berikut ini yaitu Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Yordania, Qatar, Bahrain, dan Kuwait. Menurut laporan Aljazeera (22/02/2025), pertemuan tersebut merupakan bagian dari kerangka hubungan persaudaraan dan juga digelar secara tidak resmi.
Negara-negara Arab mungkin telah berhasil dipersatukan oleh rencana Trump ini sebagai pihak oposisi terhadap z10nis. Namun sayangnya, mereka masih melakukan perdebatan terkait negara manakah yang bersedia menampung dan membantu Palestina serta mendanai konstruksinya kembali. Pakar kebijakan luar negeri Arab Saudi sendiri telah mengatakan bahwa pertemuan tersebut merupakan pertemuan paling penting dalam beberapa dekade terakhir terkait masalah Palestina.
Tentunya jika hanya dengan pertemuan seperti itu, sampai kapanpun Palestina belum akan terbebas. Ini sama saja dengan tidak melakukan apapun dan diam saja atas genosida Palestina. Sampai kapan negara-negara Islam diam saja dan Palestina terus menderita menghadapi kekejaman z10nis yang terus berkepanjangan? Wajib bagi kita untuk semakin menyadari bahwa kaum muslim membutuhkan sebuah pelindung/junnah untuk mempertahankan Palestina.
Palestina merupakan tanah mulia, kiblat pertama kaum muslimin, tanah kharajjiyah, milik seluruh kaum muslim. Kita tidak bisa membiarkan saudara kita tetap dalam kesengsaraan, penderitaan, karena umat muslim itu satu tubuh.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda :
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pelindung kaum muslim hanyalah dengan tegaknya khilafah yang akan meriayah, melindungi seluruh kaum muslim dan mempunyai kekuatan untuk mengusir kaum yahudi penjajah dari tanah suci dengan mengerahkan pasukan militer, Karena menghadapi kaum yahudi penjajah sudah tidak bisa lagi dengan hanya gencatan senjata, tetapi dengan jihad fii sabilillah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidil Haram kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 191)
Namun saat ini pelindung kaum muslim tidak ada, umat terpecah belah tidak bisa untuk bersatu, ketiadaannya membuat semua kaum muslim sengsara. Maka inilah urgensinya sebuah eksistensi khilafah sebagai perisai pelindung umat, sehingga umat merasa aman, nyaman, dan terlindungi. Kita sebagai seorang muslim tetap wajib untuk mendoakan saudara kita di Palestina, dan tetap berjuang untuk memahami islam secara kaffah. Wallahu a’lam bi ashshawab.
Views: 0
Comment here