Opini

Ramadan : Momentum Meraih Takwa Bukan Kejahatan

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, OPINI– Miris, bulan suci Ramadan yang seharusnya menjadi momentum orang semakin bertakwa dan mendekat pada Sang Pencipta dengan memperbanyak amalan-amalan kebaikan, justru dimanfaatkan para remaja melakukan hal-hal buruk, seperti tawuran, klitih dan aksi kejahatan jalanan lainya yang meresahkan dan membahayakan orang lain. Hal ini terjadi di berbagai wilayah di negeri ini. Seperti Perang sarung antargeng yang meresahkan warga Purworejo, Jawa Tengah. Insiden ini terjadi sekitar pukul 01.00 WIB, di Desa Brenggong, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. Atas insiden ini, 13 orang telah ditangkap oleh pihak kepolisian. Sementara puluhan lainnya berhasil kabur saat didatangi petugas (Kompas.com, Jum’at, 24/3/2023).

Hal yang sama juga terjadi di Sukabumi, dimana polisi telah menangkap tiga ABG yang diduga pelaku yang membacok siswa SMP berinisial ARSS (14) hingga tewas di Sukabumi, Jawa Barat. Dilansir detikJabar, Jumat (24/3/2023), peristiwa pembacokan ini geger karena korban merupakan target kedua kali dan pembacokannya ditayangkan secara langsung via Instagram.

Di Jakarta Sebanyak 15 remaja melakukan tawuran dengan menggunakan sarung yang ujungnya diikat batu di Jalan Durian, Jagakarsa, Jakarta Selatan (Jaksel). Para remaja itu lalu diamankan polisi.
“Telah diamankan remaja yang melaksanakan aksi tawuran (perang sarung),” kata Kapolsek Jagakarsa Kompol Multazam Lisendra dalam keterangannya kepada detikNews.com Sabtu (25/3/2023).
Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 21.45 WIB, Jumat (24/3). Kejadian berawal ketika dua kelompok remaja itu bergerombol dan berlarian. Mereka kemudian saling serang.

Semua peristiwa kekerasan jalanan yang terjadi dan bahkan meningkat di saat Ramadan seharusnya menjadi pertanyaan dan pekerjaan besar bagi kita, terutama bagi negara selaku periayah (pengurus) masyarakat. Apa yang salah dengan aksi nekat para pemuda tersebut? Salahkah orang tua dalam pengasuhan mereka? Atau karena negara tidak mengedukasi serta memfasilitasi amal saleh bagi pemuda selama Ramadan? Sehingga Kekerasan jalanan terus berulang dan makin meningkat justru saat bulan istimewa seperti ini.

Di Balik Pemuda dan Kejahatan Jalanan.

Keberadaan banyak kelompok atau geng remaja memang makin kesini makin menjamur. Kehadiran mereka kemudian memunculkan keinginan untuk diakui eksistensinya. Oleh karena itu, sangat relevan kalau keinginan untuk eksis tersebut mereka implementasikan dalam bentuk aktivitas fisik atau nyata sebagai ajang adu kekuatan. Salah satunya dengan klitih dan aksi brutal di jalanan.

Aksi para remaja yang tidak manusiawi juga bisa dipengaruhi oleh kesehatan mental. Frustasi dan konflik pada diri invidu yang bersangkutan menjadi pemicu nekatnya pemuda melakukan tindakan kekerasan. Ditambah lagi, pola asuh dan pola didik orang tua yang tidak konsisten, disiplin yang keras, kekerasan fisik, pengabaian serta kelalaian orang tua dalam pengawasan menjadikan pemuda frustasi hingga muncul agresif pada orang lain.

Di sisi lain, karakteristik lingkungan juga memengaruhi perilaku manusia. makin kapitalis suatu lingkungan maka makin materialistis dan individualistis warganya. Sehingga tidak ada kontrol di tengah masyarakat. Di tengah lingkungan seperti ini para remaja tersebut lebih leluasa melakukan aksi tidak manusiawinya ini.

Sistem pendidikan juga punya pengaruh terhadap permasalahan generasi ini, dimana sistem pendidikan yang di pakai saat adalah sistem pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, Maka tak heran jika generasi saat ini tumbuh menjadi generasi gamang yang rapuh. Mudah terpengaruh budaya apapun yang datang ke tengah kehidupannya.

Sistem yang melingkupi mereka juga punya andil besar terhadap kejahatan yang dilakukan para remaja tersebut. Kita tahu generasi saat ini berada dalam sistem yang salah. Betapa tidak, sistem liberalisme sekuler yang saat ini tengah di terapkan oleh negeri ini begitu longgar bahkan terkesan justru memfasilitasi berbagai tontonan yang merusak yang berseliweran di media-media sosial yang bisa di akses dengan bebas melalui internet. Tidak ada aturan dari negara untuk mengatur pergaulan para remaja tersebut, sehingga mereka bebas memilih gaya hidup. Tak heran kalau pergaulan bebas, tawuran, klitih, dan aksi-aksi kejahatan jalanan lainya seakan menjadi budaya baru para remaja saat ini.

Dari sini dapat dipahami bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan jalanan. Sehingga solusi yang dibutuhkan pun haruslah solusi yang sistemis, bukan sekedar menagkap dan memberikan sanksi pada pelaku dan juga mengeluarkan larangan aktivitas dijalanan. Lebih dari itu, harus ada peran negara untuk menyolusinya.

Remaja Berdaya dan Mulia dalam Islam.

Para remaja semestinya menjauhkan diri dari perkara yang sia-sia. Karena tindakan klitih, tawuran, atau bentuk kekerasan jalanan yang lainnya hanya akan mengantarkan mereka pada kehancuran. Hendaknya mereka mengkaji Islam hingga memahami nilai baik-buruk, serta benar-salah berdasarkan ajaran Islam.

Para pemuda seharusnya melibatkan diri dalam dakwah mengembalikan kembali kehidupan Islam. Mencontoh pemuda Kahfi dalam keteguhan keimanan mereka.

Seharusnya potensi besar para generasi sebagai pelopor perubahan harus di arahkan untuk pembangunan peradaban Islam, bukan disibukkan dengan aksi nekad dijalanan yang meresahkan.

Dengan ilmu dan takwa diharapkan mereka akan menjadi aset bangsa, pelaku perubahan bagi negara menjadi lebih baik.

Namun, generasi yang diharapkan seperti di atas tidak akan mungkin lahir dari sistem rusak buatan manusia seperti sistem liberalisme sekuler yang menjauhkan manusia dari sang penciptanya. Generasi seperti di atas hanya akan lahir rahim sistem Islam. Sistem yang berasal dari zat yang menciptakan manusia. Sistem yang akan membimbing jalan manusia seluruhnya termasuk para remaja untuk terus berada dalam ketakwaan. Oleh karena itu mari kita perjuangkan terus sistem Islam kembali menaungi kehidupan kita, dengan terus mendakwahkan islam mengajak berbagai elemen masyarakat untuk ikut juga memperjuangkannya.

Semoga Islam kembali menaungi dunia sehingga para pemuda akan kembali berjaya dan mulia. Berkarya dalam kancah kehidupan dengan potensi dan prestasi gemilang mereka. Sebab dalam Islam para pemuda itu aset pengisi peradaban, bukan sampah peradaban seperti dalam pengurusan sistem kapitalis sekarang. Wallahualam.

Nur Izzatul Islam
Sedayu, Bantul, DIY

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 11

Comment here