Opini

Ramadhan Istimewa dengan Dakwah

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Ratna Dewi Putika Sari, S.Pd.,M.Pd. (Aktivis Muslimah, Ibu Peduli Generasi dan Keluarga)

Bulan Ramadhan begitu istimewa. Setiap muslim tentulah bergembira menyambut kedatangannya. Ibarat tamu agung yang dinanti-nantikan, dengan hati suka cita segala hal ia persiapkan, bahkan jauh sebelum Ramadhan. Para ulama dan orang shalih sangat merindukan dan berbahagia jika Ramadhan tiba.

Ibnu Rajab al Hambali menulis dalam kitabnya : “Sebagian salaf berkata, ‘Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di Ramadhan yang lalu) mereka.“ Latha’if Al-Ma’arif hal. 232).

Kegembiraan akan datangnya bulan Ramadhan tak lain karena begitu banyak keutamaan, kemuliaan, dan kebaikan yang ada pada bulan ini. Puasa, ibadah khusus yang hanya diwajibkan Allah dijalankan sebulan penuh di bulan Ramadhan, memiliki keistimewaan dibandingkan ibadah yang lain. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits qudsi : Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alai wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” (HR Bukhari, 1761 dan Muslim, 1946).

Tak hanya puasa, banyak ragam amal sholih yang bisa dilaksanakan sepanjang Ramadhan. Seorang muslim hendaknya khawatir akan dirinya jika tidak ada perasaan gembira akan datangnya Ramadhan. Jika ia merasa biasa-biasa saja dan tidak merasa ada yang istimewa, bisa jadi ia terluput dari kebaikan yang banyak. Rasulullah Saw bersabda:
“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad)

Tahun ini menjadi Ramadhan kedua kaum muslimin menjalani puasa dalam ujian pandemi Covid-19. Memasuki tahun kedua, namun pandemi tak kunjung reda. Tak hanya pandemi, sejatinya kaum muslimin terus menerus dalam keadaan dirundung banyak persoalan. Kaum muslimin yang dinyatakan Allah sebagai umat terbaik, nyatanya telah kehilangan predikat mulia ini. Persoalan ekonomi yang sejak sebelum pandemi telah terpampang nyata, di tengah pandemi jurang kemiskinan semakin menganga. Persoalan pendidikan, loss learning mengancam generasi harapan masa depan.

Persoalan hukum, ketidakadilan dan kezaliman menjadi tontonan harian. Persoalan agama, kita bisa lihat ulama dikriminalkan dan lagi-lagi Islam disudutkan sebagai agama pencetus aksi terorisme dalam beberapa kejadian belakangan ini.

Semua persoalan ini terjadi dan terus berulang karena kaum muslimin telah kehilangan perisai kemuliaannya yang hakiki, yakni khilafah. Lebih dari 100 tahun khilafah hilang dari kehidupan kaum muslimin setelah diruntuhkan oleh antek Inggris, Mustafa Kemal Attaturk. Padahal khilafah adalah pemersatu umat, penerap syariat, dan metode hakiki untuk mewujudkan Islam rahmatan lil alamin.

Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Imam Ahmad ra., “Adalah fitnah (bencana) jika sampai tidak ada seorang Imam (Khalifah) yang mengatur urusan rakyat.” Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan Imam al-Ghazali dalam kitabnya al Iqtishod fi al I’tiqod. Imam al-Ghazali mengatakan agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar. Agama adalah dasar dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak berdasar (tidak didasarkan pada agama) niscaya akan runtuh. Segala sesuatu yang tidak memiliki penjaga (tidak ada Khilafah) niscaya akan hilang atau lenyap.

Ramadhan yang mulia harus diisi dengan amal yang istimewa. Jika kita berkaca pada sirah Rasulullah Saw, maka sejatinya beliau dan kaum muslimin mengisi Ramadhan dengan ibadah dalam arti luas. Kaum muslimin tidak hanya sibuk dengan ibadah mahdhah tapi juga melakukan amal shalih yang lain bahkan jihad fi sabilillah dan meraih kemenangan di dalamnya. Peristiwa perang Bdar dan penaklukkan kota Makkah terjadi padaa bulan mulia ini. Maka persiapan menyambut Ramadhan ini menjadi momentum bagi kaum muslimin untuk menyadari persoalannya yang hakiki, lalu merumuskan solusi mengembalikan kemuliaan umat ini. Ramadhan menjadi momentum meningkatkan perjuangan untuk mengembalikan perisai umat yang hakiki, Khilafah Rasyidah yang dinanti.

Bagi muslimah, Ramadhan adalah kesempatan untuk membersamai keluarga dan umat untuk makin taat pada syariah. Jika umumnya perempuan khususnya para ibu sibuk menyiapkan Ramadhan dengan menyusun menu keluarga untuk sahur dan berbuka.

Maka kita, muslimah yang mendamba kebangkitan hendaknya memiliki persiapan lebih istimewa. Menyusun skala prioritas aktivitas mulai dari peningkatan kualitas diri dan keluarga dengan lebih utuh memahami Islam. Seraya menjadikan dakwah sebagai prioritas yang utama, istiqomah menebar kesadaran memperjuangkan tegaknya Islam kaffah hingga negeri ini menuai berkah. Semoga Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan terakhir kita tanpa Khilafah. Aamiin.

Wallahua’lam bish shawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 20

Comment here