Surat Pembaca

Refleksi Kemerdekaan Indonesia

blank
Bagikan di media sosialmu

Merdeka adalah kata yang berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “mahardhika” atau bebas dari segala belenggu (kekangan), aturan, dan kekuasaan dari pihak tertentu. Jika kita tarik dalam sudut pandang Islam, artinya Indonesia akan dikatakan seutuhnya merdeka ketika pemimpin dan rakyatnya sudah bebas dari penghambaan kepada selain Allah.

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Sudah 78 tahun Indonesia terbebas dari penjajahan, artinya sudah cukup matang bangsa ini merasakan nikmatnya kemerdekaan. Tapi di usia yang sudah senja ini, apa benar Indonesia sudah seutuhnya merdeka?

Jika disebut merdeka, maka merdeka dari sisi apa? Jika disebut belum merdeka, belum merdeka dari sisi yang sebelah mana? Maka sebelum kita menyimpulkan makna merdeka, kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa itu arti ‘merdeka’.

Merdeka adalah kata yang berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “mahardhika” atau bebas dari segala belenggu (kekangan), aturan, dan kekuasaan dari pihak tertentu. Jika kita tarik dalam sudut pandang Islam, artinya Indonesia akan dikatakan seutuhnya merdeka ketika pemimpin dan rakyatnya sudah bebas dari penghambaan kepada selain Allah.

Indikator ini cukup berat, tetapi menjadi sangat penting. Sebab, jika kita mau merefleksikan makna hidup di dunia termasuk makna kemerdekaan, maka tidak ada kata lain selain hidup adalah ladang tempat beribadah kepada Allah. Maka, segala aktivitas kita bahkan masyarakat dan pemimpin negeri ini semestinya untuk beribadah kepada Allah, kembali menghamba hanya kepada Allah.

Negara yang merdeka adalah negara yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat al-A’raf: 96 yang artinya, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”

Beriman adalah tindakan meyakini dalam hati jika Allah adalah Rabb penguasa semesta alam. Tidak ada yang berhak menguasai dan mengatur kebutuhan bahkan kompleksitas manusia dan alam semesta ini kecuali Allah. Kemudian meyakini bahwa Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah nabi juga utusan Allah. Meyakini bahwa apapun yang dibawa dan dicontohkan beliau adalah contoh yang terbaik, tidak perlu ditambah bahkan dikurangi. Semuanya sudah tertakar pas, sebab semuanya dipandu oleh Zat yang menguasai dan mengatur kehidupan ini.

Lalu, takwa sendiri adalah tentang bagaimana keyakinan kita kepada Allah dan Rasul-Nya yang dapat membuahkan amal ibadah. Segala aktivitas hidup kita, kita niatkan untuk Allah dan kita jalankan mengikuti contoh dari Rasulullah. Baik aktivitas yang kecil hingga aktivitas yang besar. Mulai dari mengurus diri sendiri, mengurus masyarakat, hingga mengurus negara.

Maka, dari ayat ini kita bisa merefleksikan, apakah negeri ini sudah seutuhnya merdeka? Apakah pemerintah dalam menjalankan segala aturan hidup sudah sesuai apa yang Allah mau dan yang Rasulullah contohkan? Apakah aturan yang berasal dari Allah sudah diterapkan di segala lini, ataukah masih parsial? Padahal jika mengaku beriman dan bertakwa, maka semestinya segala yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya dijalankan tanpa tapi dan tanpa nanti, tanpa dikurangi apalagi ditambahi.

Jika kita melihat fakta yang ada, mulai dari korupsi yang semakin menjadi, pembunuhan dimana-mana, zina merajalela, dan berbagai kerusakan yang ada, sesungguhnya bisa dikatakan bahwa Indonesia belum seutuhnya merdeka. Benar bahwa Indonesia sudah merdeka dari penjajahan fisik, tapi pada hakikatnya Indonesia masih butuh berbenah dan menguatkan keyakinannya untuk tidak menghamba kepada sistem selain dari Allah.

Semoga dengan refleksi sederhana ini, kita sebagai bagian dari masyarakat akhirnya paham dan kemudian bergerak. Memahami bahwa merdeka fisik saja tidak cukup, tanpa merdeka secara sistem yang hak dari pembuat alam raya ini. Peran kita sangat dibutuhkan untuk bergerak dan menjadi penggerak memperbaiki kondisi roda pemerintahan agar sesuai apa yang Allah mau. Merdeka dari budak dunia. Merdeka dari pemikiran yang sempit tentang dunia, menjadi merdeka kepada luasnya akhirat dan sesuai apa yang Allah perintahkan. Pun, merdeka dalam akidah bernegara. Wallahualam bissawab.

Wahyu Susilo Wati, S.Pd.
(Aktivis Muslimah Pemerhati Generasi, DIY)

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 17

Comment here