Syiar IslamTabligul Islam

Remaja dalam Jeratan Syahwat Perayaan Valentine

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Poppy Fauziah

Wacana-edukasi.com — Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Bila dikelompokkan berdasarkan usia mereka adalah bagian dari kelompok manusia dengan karakter yang berbeda dari kelompok usia lainnya. Remaja berada pada masa transisi dan perkembangan fisik serta psikologis yang begitu cepat. Usia remaja cenderung memiliki perilaku yang kurang stabil. Keadaan ini yang menggiring remaja terhadap pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.

Di sinilah peran Islam sangat dibutuhkan untuk mengarahkan ruang gerak remaja dalam melewati masa transisi.

Banyak remaja yang paham akan Islam, tetapi tak sedikit yang seharusnya berdiri di garda terdepan dalam menjalankan syariat-Nya malah menjadi pelaku maksiat. Ini disebabkan mereka tidak memperisai diri dengan tsaqofah Islam. Pengaruh-pengaruh negatif dari luar seolah-olah merangsek masuk tak ubahnya virus yang bisa mematikan nyawa kapan saja.

Gairah remaja memang tanpa batas, ego diri tak tertandingi. Mereka berada pada masa pencarian jati diri, masa ingin diakui eksistensi.

Mereka menyerap semua yang masuk dari luar, khususnya sesuatu yang sedang hits pada masanya, terlebih jika tren tersebut berkaitan erat dengan masalah asmara.

Ya, semangat mereka membuncah di hari-hari menjelang perayaan hari Valentine. Gegap gempita mereka persiapkan acara dan kado istimewa untuk para kekasih. sementara mereka sendiripun tidak mengetahui fakta sejarah di balik hari yang mereka anggap istimewa itu.

Mantan Kristolog Hj. Irena Handono menjabarkan tentang awal mula perayaan hari Valentine, tradisi tersebut berasal dari Athena kuno yang mana mereka adalah kaum Paganisme, yaitu kaum yang mempercayai Dewa.

Mereka memperingati pernikahan Dewa Zeus dan Dewi Hera. Peringatan ini berlangsung dari pertengahan bulan Januari hingga pertengahan bulan Februari.

Ritualnya adalah dengan menampilkan patung Cupid yaitu seorang anak tanpa busana yang berarti mereka telah direstui oleh Dewa. Tentu saja, aktifitas mereka adalah dengan melakukan adegan yang tidak pantas. Budaya ini semarak di Yunani dan menjalar hingga ke Romawi.

Di Romawi, perayaan ini berubah menjadi perayaan Lupercalia. Tokohnya pun berganti menjadi Dewa Lupercus yang dipercaya memiliki fisik setengah manusia dan setengah hewan. Ritual ini dirayakan setiap tanggal 15 Februari.

Perayaan ini adalah pensucian diri dari kemalangan dan kemandulan. Pria dan wanita memotong domba sebagai persembahan, meminum wine, kemudian mereka berlari mengelilingi rumah dengan membawa kulit domba persembahannya.

Kemudian, ditampilkannya kembali patung Cupid yang mereka percayai bahwa mereka telah mendapat restu Dewa. Para pendeta dalam keadaan mabuk, berlari kemudian berputar-putar sambil membawa kulit domba. Dan puncak dari ritualnya tersebut mereka melakukan aktifitas layaknya suami istri.

Pada tahun berikutnya, banyak sekali bayi yang lahir tanpa diketahui siapa ayahnya. Kemudian bayi-bayi tersebut disebut sebagai bayi Lupercalia.

Ritual pagan ini berkembang hingga ke Inggris dan Perancis. Yang mana mereka merubah nama ritual tersebut menjadi “Love Lottery” yaitu undian cinta.

Setiap tanggal 15 Februari, mereka membuat suatu acara di taman kota. Para wanita diminta untuk memasukkan namanya ke dalam sebuah bejana yang diletakkan di tengah taman. Kemudian para pemuda sambil menari mereka mengambil satu nama yang mana nama tersebut mereka yakini sebagai jodoh mereka untuk satu malam.

Ritual ini menarik perhatian muda mudi di Roma, Inggris dan Perancis. Hal tersebut mengakibatkan gereja-gereja menjadi sepi. Yang tersisa tinggalah orang tua dan anak-anak saja.

Paus Gelacius yang menjadi pemimpin gereja kala itu, berupaya keras untuk mengembalikan gereja menjadi seperti sedia kala. Paus Gelacius menganggap bahwa aktifitas immoral tersebut perlu untuk ditarik masuk ke gereja. Ikonnya pun dirubah menjadi Saint Valentino.

Saint Valentino adalah seorang pendeta yang dieksekusi oleh Raja Claudius ll pada tanggal 14 Februari tahun 269 Masehi karena menikahkan muda mudi yang pemudanya tidak mau mengikuti wajib militer yang digaungkan oleh Raja Claudius ll kala itu.

Pada tanggal 14 Februari 498 Masehi, Paus Gelacius menetapkannya sebagai hari Valentine.

Dari sinilah awal mula sejarah yang telah mengejawantahkan remaja menjadi budak dari birahi semata. Remaja seolah-olah bangga dengan perilaku menyimpang mereka. Mengikuti trend kaum non muslim, merayakan hari Valentine dimana mereka bisa berkhalwat kapan pun dan di mana pun, dan tidak menutup kemungkinan mendekatkan mereka kepada perzinahan.

Allah dengan tegas melarang perbuatan tersebut. “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (Q.S Al Israa’ ayat 36)

Dari Abdullah bin Umar berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang menyerupakan diri pada suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka”. (H.R Abu Dawud, No. 4031)

Di negara yang dinaungi oleh sistem kapitalis ini, sekularisme sangat dijunjung tinggi, dimana agama tidak boleh dicampuradukan dengan kehidupan dunia. Menurut hasil survei yang di lakukan pada tahun 2008 di salah satu lembaga, 63 persen remaja usia sekolah SMP dan SMA di Indonesia sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah dan 21 persen di antaranya melakukan aborsi (Republika.co.id).

Bisa kita bayangkan, selama kurang lebih 13 tahun ini, angkanya sudah pasti melonjak tinggi. Kerusakan moral ini tak lepas dari kurangnya ketegasan pemerintah dalam menghukumi para pelaku maksiat. Tidak ditegakkannya hukum Islam membuat hal-hal tersebut marak di kalangan remaja.

Dari sinilah, remaja dituntut untuk senantiasa bertabayyun sebelum melakukan segala sesuatu dan mengisi tsaqofah mereka dengan pemahaman Islam. Karena dengan begitu mereka akan memperisai diri dari berbagai pengaruh negatif dari luar.

Karena sudah barang tentu, umat muslim ingin mendapatkan syafaat dari rasulullah kelak di padang mahsyar. Maka dari itu, tiada yang boleh diidolakan dan diikuti kecuali hanya baginda Nabi Muhammad saw.

Wallahua’lam

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 19

Comment here