Opini

Revolusi Akhlak dan Kepemimpinan Islam

blank
Bagikan di media sosialmu

Maka sebenarnya untuk menyelamatkan rakyat dari kezaliman adalah mewujudkannya dengan revolusi pemikiran dan pergantian sistem. Umat membutuhkan sistem kepemimpinan yang bersandar pada syariat yang akan melahirkan para pemimpin yang kebijakannya adil, menyelamatkan dunia-akhirat, termasuk menyelamatkan rakyat dari berbagai macam kezaliman.

————————————————————————————–

Oleh: Assadiyah (Forum Pena Ideologis)

Seorang ulama besar kembali ke tanah air. Beliau adalah Habib Rizieq Shihab, imam besar Front Pembela Islam (FPI). Lautan kaum muslim sebagai simpatisan FPI memadati sekitaran bandara Soekarno-Hatta dalam menyambut kedatangan beliau. Bukti kerinduan kaum muslim akan sosok ulama dan pemimpin yang teguh dalam syariat Islam serta berani melawan kezaliman. Sekaligus menjadi ekspresi kerinduan kaum muslim akan keadilan dan berakhirnya kezaliman di tanah air.

Kepulangan beliau (Habib Rizieq Shihab) ke tanah air mengundang antusiasme kaum muslim setanah air. Tentu, sebab kedatangan beliau sebagian besar adalah untuk mengurusi urusan ummat. Terlihat dari beragam agenda yang dijadwalkan untuk kepentingan ummat.
Beliau menjadwalkan akan bersafari keliling Indonesia untuk bersilaturahmi dengan para tokoh umat Islam dan menggelar tablig akbar untuk mensosialisasikan revolusi (perubahan menyeluruh) akhlak.

“Akhirnya saya kabarkan insyaAllah setelah nanti saya istirahat beberapa hari, agar kondisi betul-betul fit saudara, saya dengan DPP pengurus FPI akan keliling Indonesia. Kita akan datangi setiap provinsi, kita ajak semua umat, dan kita akan melakukan koordinasi dan konsolidasi untuk revoluis akhlak,” Ujar Habib Rizieq saat mengisi ceramah di acara Maulid Nabi Muhammad SAW, seoperti dilihat di Youtube Front TV (news.detk.com,15/11/20).

Habib Rizieq Shihab menjelaskan tahapan perubahan revolusi akhlak menjadi jihad fi sabilillah. Ia mengatakan, perubahan pola perjuangan bisa terjadi apabila kezaliman tidak berhenti padahal ajakan perdamaian sudah digaungkan. (nasional.okezone.com, 15/11/20).

Kezaliman tidak akan pernah terhenti selama masih mempertahankan sistem yang berasal dari akal manusia, yakni sistem demokrasi-sekuler. Sebab kezaliman bukan hanya hasil buruk individu atau rezim tapi hasil sistem demokrasi yang rusak dan merusak. Sistem yang tidak menjadikan aturan Allah Swt. (syariat) sebagai tumpuan dalam mengatur urusan pemeritahan.

Maka sebenarnya untuk menyelamatkan rakyat dari kezaliman adalah mewujudkannya dengan revolusi pemikiran dan pergantian sistem. Umat membutuhkan sistem kepemimpinan yang bersandar pada syariat yang akan melahirkan para pemimpin yang kebijakannya adil, menyelamatkan dunia-akhirat, termasuk menyelamatkan rakyat dari berbagai macam kezaliman.

Dalam sistem kepemimpinan Islam, kepemimpinan dipandang sebagai suatu amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt. maka tiada seorang pun yang diserahi tugas sebagai pemimpin yang akan berani berbuat kezaliman terlebih kepada rakyat yang dipimpinnya.
Bahkan beratnya tugas seorang pemimpin negara, sampai-sampai Umar bin Abdul Aziz saat ingin dibaiat menjadi khalifah, beliau menangis tidak langsung menyanggupi sambil berujar:

“Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rajiuun. Demi Allah, sungguh aku tidak meminta urusan ini sedikitpun, baik dengan sembunyi-sembunyi maupun dengan terang-terangan.”

Ma’qil bin Yasir menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Siapa saja yang memimpin pemerintahan kaum muslim, lalu dia tidak serius mengurusi mereka, dan tidak memberikan nasihat yang tulus kepada mereka, maka dia tidak akan mencium harumnya aroma surga.” (HR. Muslim)

Demikianlah betapa beratnya menjadi seorang yang memegang amanah kepemimpinan. Oleh karena itu, hanya pemberlakuan sistem kepemimpinan Islamlah yang akan mengurusi segala urusan rakyat dengan serius, termasuk masalah akhlak. Revolusi (perubahan menyeluruh) akhlak akan menjadi hasil pemberlakuan sistem pemerintahan Islam (Khilafah).

Akhlak adalah bagian tak terpisahkan dari keimanan seorang muslim.
Ketika Rasulullah saw. ditanya “Siapakah orang beriman yang paling utama imannya?” maka beliau menjawab “Yang paling baik akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi, no. 1162 dan Abu Dawud, no. 4682).

Maka Khalifah sebagai pengurus rakyat akan selalu menjaga keimanan serta membina akhlak rakyatnya, melalui sistem pendidikan Islam. Sistem pendidikan yang bertujuan untuk membentuk syaksiyah islamiyah (kepribadian Islam) yang meliputi pola sikap yang Islami dan pola pikir yang islami. Dengan demikian, akan terbentuklah revolusi akhlak di tengah-tengah ummat. Sebab itu, sejatinya revolusi akhlak dan kepemimpinan Islam (khalifah) tidak mampu terpisahkan.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 52

Comment here