Surat Pembaca

Robot Pengganti PNS, Tepatkah?

blank
Bagikan di media sosialmu

Wacana-edukasi.com– Wacana pegawai negeri sipil (PNS) digantikan oleh robot artificial intelligence (AI) kembali ramai bergulir dalam beberapa hari terakhir. Wacana tersebut muncul seiringan dengan rencana Badan Kepegawaian Negara (BKN) yang akan lebih banyak memanfaatkan kemajuan teknologi ke depannya. Kepala Biro Humas Hukum dan Kerja Sama Badan Kepegawaian Negara (BKN) Satya Pratama mengatakan, sebenarnya rencana transformasi digital di birokrasi pemerintah sudah direncanakan sejak lama (cnbcindonesia.com 9/12/21).

Namun seiring dengan situasi yang tidak pasti dan kompleks, ditambah pandemi Covid-19, maka transformasi tersebut dipercepat,” ujar Satya, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (1/12/2021).

Kecerdasan buatan atau biasa disingkat AI adalah cabang ilmu komputer yang menggunakan kemampuan mesin untuk menyelesaikan tugas dan aktivitas yang biasa dilakukan oleh manusia. AI mengumpulkan dan mengolah berbagai data yang diterimanya menjadi informasi berguna agar dapat menyelesaikan tugas yang diberikan.

Sejak abad 20 istilah AI sudah mulai bermunculan baik dalam penelitian maupun dalam film bergenre fantasi. Kehadiran Atanasoff Berry Computer (ABC) pada tahun 1940 membangkitkan semangat para ilmuwan untuk mengembangkan ide pembuatan “otak elektronik” yang terus berkembang dan menjadi Artificial Intelligence yang kita kenal sekarang ini.

Rupanya penggunaan robot ini sudah menjadi trend di beberapa negara seperti Jepang salah satunya. Banyak negara yang menggunakan robot bahkan sampai menempati sebuah profesi.

Sisi baik menggunakan robot, manusia makin dimudahkan dalam menyekesaikan urusan. Sementara lebih banyak dampak negatif yang terjadi saat robot menggantikan manusia seperti meningkatnya pengangguran, kemalasan, krisis energi sampai pemanasan global yang diakibatkan sampah robot yang rusak.

Kacamata Syara’

Islam adalah agama yang sempurna. Segala sesuatu sudah ada aturannya. Hukum asal perbuatan adalah mubah selama tidak melanggar hukum syara’. Membuat robot dengan tujuan memudahkan urusan manusia adalah hal yang baik. Manusia jadi punya banyak waktu untuk beribadah kepada Allah karena cepat selesainya urusan berkat bantuan robot.

Jika menghadapi sesuatu yang mubah maka kita harus melihat dari dua sisi. Lebih besar manakah antara manfaat dengan mudhorot atau kerugiannya? Jika robot ini lebih banyak manfaatnya tanpa menimbulkan mudhorot, maka kita diperbolehkan memproduksi robot. Namun jika mudhorotnya yang lebih besar seperti merusak alam, menghabiskan energi besar yang mengakibatkan krisis, atau pemanasan global yang dapat mengancam lapisan ozon haruslah ditinggalkan.

Maka mengikuti trend seperti negara lain tanpa mempertimbangkan bagaimana dampak kedepannya untuk kesejahteraan rakyat adalah hal yang tak sepantasnya dilakukan. Kapitalisme telah memberikan pandangan hanya keuntungan yang dijadikan tujuan. Selama menguntungkan tak perduli rakyat atau siapa pun menjadi korban. Inilah wajah buruk kapitalisme yang saat ini diterapkan. Sudah banyak kerusakan yang ditimbulkan dari sistem ini. Lantas mengapa tak kita tinggalkan saja dan beralih pada Islam yang sempurna?

Leni Setiani

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 5

Comment here