Oleh : Raihun Anhar, S.Pd. (Pemerhati Umat)
wacana-edukasi.com, OPINI– Rohingya menjadi topik hangat yang dibahas di Indonesia. Berbagai komentar negatif berseliweran karena beberapa kabar tidak jelas telah tersampaikan. Namun, setelah ditelusuri kabar-kabar tersebut tidaklah benar. Misalnya video pengungsi Rohingya yang meminta pulau membuat geram warganet. Namun, hal itu sudah dikatakan UNCHR bahwa tidak benar. Mereka tidak meminta pulau pada pemerintah Indonesia.
Kemudian viral juga video uang bulanan 1,25 juta yang dikatakan oleh seorang pengungsi Rohingnya tidak cukup. Hal ini juga memunculkan komentar negatif dari warganet Indonesia. Padahal uang yang mereka dapat bukan dari pemerintah Indonesia melainkan lembaga pengungsi Internasional seperti UNHCR dan IOM. Mereka mendapat uang bulanan namun mereka tak bisa mendapatkan pendidikan karena tidak memiliki kewarganegaraan (statelles).
Setelah warganet terprovokasi. Makin bertambah banyak berita-berita miring tentang pengungsi Rohingya. Misalnya dugaan mereka merusak rusun pengungsi di Sidoarjo akibat mati lampu. Sungguh keji fitnah yang menimpa mereka. Sudah statelles ditambah difitnah membuat mereka terancam terombang-ambing tidak jelas lagi.
Masalah Rohingya dan Palestina memiliki kesamaan dimana mereka digenosida oleh rezim zalim. Zionis Israel membombardir Gaza untuk menghabisi etnis juga. Hal itu dibuktikan dengan Zionis yang menyerang warga sipil bukan menyerang pada Mujahidin (pasukan militer Palestina). Akan tetapi respon warganet terhadap keduanya cukup berbeda. Palestina mereka bela mati-matian hingga menyerang akun sosmed tentara IDF. Sebaliknya Rohingya, akibat terprovokasi oleh berita yang tidak jelas mereka menghujat seperti musuh walaupun itu saudara seiman.
Maka dari itu, bersikaplah setelah memahami akar masalah. Bukan bersikap karena emosi oleh kabar yang tidak jelas. Melainkan sikapilah masalah ini dengan akal sehat. Rohingya dan Palestina sama-sama saudara kita yang harus diperlakukan dengan baik.
Kapitalisme Biang Masalah Palestina dan Rohingya
Cukup sedih melihat respon negatif terhadap pengungsi Rohingya. Namun, lebih sedih lagi melihat korban yang terus berjatuhan di Gaza. Kedua masalah ini memilki akar yang sama yakni kehadiran rezim zalim. Rezim zalim dihasilkan dari sistem yang rusak yakni kapitalisme. Penguasa zalim mengusir warganya karena etnis yang berbeda dengan mereka.
Kapitalisme adalah ideologi yang berasas pada sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan). Dengan begitu apapun sistem hidupnya semua lepas dari peran agama. Hal itu bisa dilihat dengan rezim yang mengusir etnis yang berbeda dengan mereka. Bukankah semua manusia itu anak Adam (sama)? Namun mengapa dibeda-bedakan berdasarkan etnis? Karena dalam kapitalisme ada paham sukuisme yang memandang kemuliaan berdasarkan suku, jika suku yang berkuasa berbeda dengan suku yang lemah maka yang paling sadis dilakukan adalah diusir. Kalau tidak diusir dikucilkan (rasisme).
Myanmar dan Zionis Israel berusaha mengusor etnis Rohingya dan Palestina dinegeri mereka. Pergi atau mati? Itulah dua pilihan untuk warga Palestina dan Rohingya. Itu tanah mereka namun harus diusir karena dibenci oleh penguasa mereka.
Itulah yang terjadi di Palestina dan Rohingya di Myanmar, mereka diusir oleh rezim yang berbeda etnis dengan mereka. Jika bertahan akan dibunuh, jika mengungsi bisa ditolak, bisa juga difitnah. Oleh sebab itu manusia tidak bisa hidup dalam kapitalisme setelah melihat keburukan dan kerusakan yang dihasilkan dalam penerapannya. Kita butuh sistem hidup yang tidak memisahkan agama dari kehidupan. Sistem itu hanya akan ditemukan dalam Islam.
Islam Solusi Palestina & Rohingya
Islam tidak memisahkan agama dari kehidupan dan menganggap semua manusia sama. Tidak dibedakan atas etnis tertentu. Juga tidak menempatkan kemuliaan pada etnis tertentu karena kekuasaannya.
Terdapat satu kisah dimasa kenabian waktu Bilal bin Rabah (dari Afrika) dihina karena kulit hitam. Kemudian dibela oleh Nabi Muhammad Saw. karena Islam tidak pernah membeda-bedakan manusia berdasarkan warna kulit atau etnis tertentu. Perbedaan etnis dan lain sebagainnya adalah untuk saling mengenal. Kemuliaan juga bukan dari etnis yang berkuasa melainkan karena ketakwaan. Ingatlah firman Allah SWT:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (QS. Al Hujurat [49] :13)
Untuk pemimpin dalam Islam juga dilarang berlaku zalim pada rakyatnya. Islam menempatkan pemimpin sebagai pengurus rakyat dan pelindung rakyat. Sehingga setiap pemimpin dalam Islam harus berlaku adil. Akan tetapi pemimpin seperti itu tidak akan kita temukan pada semua pemimpin muslim seperti hari ini. Mengapa? Karena sistem pemerintahan saat ini adalah demokrasi yang juga dari kapitalisme. Maka untuk menghadirkan pemimpin yang adil dibutuhkannya negara dengan sistem Islam (Khilafah).
Khilafah akan menjaga manusia yang berlindung didalamnya dengan baik. Mereka tidak akan diusir apabila berbeda etnis. Khalifah akan menjaga seluruh nyawa, harta, dan jiwa rakyatnya dengan baik tanpa memandang perbedaan. Selama mereka masih tunduk pada syariah Islam maka harus dilindungi. Hal ini pernah terjadi dimasa Khalifah Umar bin Khattab, dimana ada seorang Yahudi yang tanahnya digusur oleh Gubernur Mesir (Amir bin Ash). Kemudian Yahudi ini melapor ke Khalifah dan segeralah dikembalikan tanah tersebut. Dari sinilah bisa dilihat bahwa keadilan Islam tidak memandang perbedaan sekalipun berbeda agama.
Selain itu juga khilafah telah mengukir sejarah peradaban manusia terbaik didunia. Belum ada peradaban manapun yang menandinginya. Bahkan dalam masalah penerimaan manusia dengan segala perbedaan yang ada pun tak ada yang menandinginya. Lalu mengapa kita tidak mewujudkan negara tersebut? Padahal hanya itulah satu-satunya negara yang terbaik dimuka bumi. Mengapa terbaik karena sistem yang dipakai adalah Islam yang telah dijamin kesempurnaan oleh Sang Pencipta. Sebagaimana firman Allah SWT:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ
لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” (QS. Al-Maa-idah [5] : 3)
Maka dari itu tak ada sistem hidup yang paling baik kecuali Islam. Segala masalah memilki solusi dalam Islam, termasuk masalah yang menimpa warga Palestina dan Rohingya. Dengan Islam, mereka tidak akan terusir melainkan tetap hidup damai dinegerinya. Jika, ada penajajah maka akan diusir dengan jihad. Dengan demikian terciptalah kehidupan yang diberkahi Allah SWT sang Pencipta sekaligus Pengatur.
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Araf [7] : 96).
Dari persoalan kedua dapat disimpulkan bahwa masalah keduanya berawal dari terpecah belahnya umat Islam dari khilafah menjadi nation state. Membuat mereka mudah digenosida karena tidak ada lagi perisai yang menjaga nyawa mereka (Khalifah) dengan baik. Maka dari itu kita harus wujudkan kembali perisai umat sehingga tidak ada lagi penjajahan dimuka bumi. Wallahu alam bii sawwab
Views: 21
Comment here