Surat Pembaca

Rusaknya Fitrah Ibu dalam Sistem Sekuler

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com– Allah SWT telah menganugrahkan fitrah kelembutan dan kasih sayang pada seorang perempuan. Anugerah tersebut dapat terjaga dan tercermin dalam kesungguhannya ketika menjalankan perannya sebagai seorang ibu. Ibu mampu mengerjakan perannya dengan baik, menyayangi, menjaga, membesarkan, dan mendidik putra-putrinya dengan benar sehingga terlahir dari rahimnya generasi shalih dan shalihah.

Kasus pembunuhan anak yang dilakukan oleh ibu kandung sendiri kini terulang kembali. Faktanya, ternyata jauh dari fitrah seorang perempuan. Ibu yang tega menyakiti darah dagingnya sendiri, bahkan dengan sengaja membunuhnya. Kunti Utami (35), seorang ibu di Brebes, Jawa Tengah (Jateng), diduga menggorok tiga anaknya sendiri. Satu anaknya tewas dengan luka sayat di leher, sementara dua lainnya dilarikan ke rumah sakit (RS) (detiknews.com, 21/03/22).

Lantas, bagaimana mungkin seorang ibu tega membunuh anak kandungnya sendiri? Saat ini dengan banyaknya tekanan ekonomi yang semakin menghimpit, ditambah berbagai masalah kehidupan lainnya menjadikan sulitnya bertahan hidup. Sehingga dibutuhkan kekuatan keimanan dan kesabaran yang luar biasa. Apalagi bagi seorang ibu yang harus menanggung beban mengasuh, mendidik, juga mencari nafkah untuk anak-anaknya. Akhirnya kemiskinan menjadi alasan melakukan perbuatan yang keliru.

Sesungguhnya kemiskinan saat ini hanyalah dampak dari akibat diterapkannya sistem yang salah, sistem yang gagal mengelola kekayaan alam. Limpahan kekayaan sangat luar biasa yang dimiliki negeri ini tidak diurus dengan benar, sehingga tidak menjadi sumber pendapatan yang menyejahterakan rakyatnya.
Kemiskinan hanyalah kambing hitam. Sebenarnya yang layak dijadikan tertuduh adalah sistem kehidupan yang telah melahirkan banyaknya keluarga miskin.

Aturan yang diterapkan saat ini lebih berpihak kepada pemilik modal. Merekalah yang banyak mendapat keuntungan dari kekayaan negeri ini. Sementara rakyat tetap berada dalam himpitan kesulitan. Orang-orang yang kurang secara ekonomi dan lemah dalam keyakinan akhirnya tidak bertahan dan terjerumus mengambil solusi yang tidak menyelesaikan, malah justru semakin menjerumuskan pada kejahatan dan pelanggaran. Sungguh, nasib ibu dan anak dalam sistem sekuler kapitalis sangat mengenaskan. Tidak memiliki kesempatan untuk menikmati perannya dengan baik. Yang ada Mereka menjalaninya dengan berat dan penuh keterpaksaan.

Mereka berupaya untuk melepaskan beban ini dengan berbagai cara. Bahkan kematian dianggap solusi bagi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Maka tidak heran, Sehebat apapun negara di mata dunia, tetapi ketika sekularisme sudah bercokol , lihat dan tunggulah kehancurannya. Mulai dari institusi negara sampai ke institusi keluarga. Karena tida mau diatur oleh agama. Menganggap agama sebagai candu. Padahal aturan yang mereka buat penuh cela. Menimbulkan permasalahan di atas permasalahan lainnya.

Sudah saatnya umat ini kembali kepada aturan atau sistem agama yang benar. Yakni sistem (aturan) yang datang dari Sang Maha Pencipta manusia dan kehidupan yakni sistem islam, agama satu-satunya yang diridai Allah, seperti yang tertera dalam Qur’an surat (Al Imron ayat 19):“Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah hanyalah Islam”.

Singkirkan racun pemisahan agama dari kehidupan dunia. Sesungguhnya manusia itu butuh agama. Butuh sistem (aturan) dari Rabb Sang Pencipta manusia dan alam Semesta. Yang tak akan pernah salah memberikan aturan-Nya untuk kehidupan alam semesta dunia dan seisinya.

Ummu Izzah
Bantul, DIY

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 94

Comment here