Opini

Rusaknya Jalan, Keselamatan Rakyat Jadi Taruhan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Nursyfa Putri Az Zahra

Wacana-edukasi.com, OPINI– Dilansir dari Kabar Cirebon-Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cirebon, Teguh Rusiana Merdeka, menyerap berbagai aspirasi masyarakat saat menggelar reses di wilayah timur Cirebon. Salah satu keluhan yang paling banyak disampaikan warga adalah kondisi jalan rusak yang tak kunjung diperbaiki. Kerusakan jalan di wilayah Cirebon Timur telah menjadi permasalahan yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir.

Pada tahun 2023 kondisi jalan di wilayah Cirebon Timur semakin parah terutama di jalur lintasan Gebang-Babakan-Pabuaran, Cibogo, hingga Kubangdeleg. Selain itu, pada tahun 2024 banjir yang melanda wilayah Cirebon Timur, diantaranya, Cilengkrang-Tonjong dan Ciledug Wetan semakin memperburuk kondisi jalan.

Banyak warga mengeluhkan tentang kondisi tersebut, karena perbaikan yang dilakukan di Cirebon Timur selama ini cenderung tambal sulam, bukan perbaikan menyeluruh. Banyak laporan menyebutkan bahwa hanya bagian-bagian tertentu yang diperbaiki, sementara kerusakan di sisi lain dibiarkan. Hal ini menyebabkan jalan cepat rusak kembali, apalagi jika terkena hujan atau dilewati kendaraan berat.

Beberapa warga bahkan menyampaikan kekecewaannya karena merasa pemerintah daerah tidak serius menangani masalah ini, padahal kondisi jalan sangat berpengaruh pada keselamatan dan mobilitas masyarakat.

Jalan rusak di wilayah Cirebon Timur telah menjadi persoalan yang membawa dampak serius bagi masyarakat. Tidak sekadar persoalan kenyamanan, tapi juga menyangkut keselamatan dan kesejahteraan secara luas.

Salah satu risiko paling nyata adalah kecelakaan lalu lintas. Jalan yang berlubang, bergelombang, atau tergenang air kerap membuat pengendara, terutama pengguna sepeda motor, kehilangan kendali. Banyak kasus pengendara yang terjatuh karena tak sempat menghindari lubang atau genangan, apalagi saat malam hari atau musim hujan.

Selain membahayakan keselamatan, kondisi jalan yang buruk juga menyebabkan kerusakan kendaraan. Komponen seperti suspensi, ban, velg, dan bagian bawah mobil maupun motor jadi lebih cepat aus. Bagi warga yang harus melewati jalan tersebut setiap hari, biaya perawatan kendaraan pun menjadi beban tambahan yang tak ringan.

Kondisi ini juga berdampak pada aktivitas sehari-hari. Jalan rusak bisa menyebabkan kemacetan dan memperlambat perjalanan. Akibatnya, banyak orang terlambat ke tempat kerja, sekolah, atau bahkan gagal mengantar barang tepat waktu. Ini tentu sangat merugikan, terutama bagi mereka yang mengandalkan waktu secara ketat.

Dalam skala yang lebih besar, roda perekonomian pun ikut terhambat. Distribusi barang dan jasa terganggu, biaya logistik meningkat, dan kendaraan niaga lebih cepat rusak. Semua itu berujung pada kenaikan harga dan lambatnya pertumbuhan ekonomi lokal.

Tak hanya itu, ada pula dampak sosial dan psikologis yang sering luput dari perhatian. Masyarakat bisa merasa diabaikan oleh pemerintah, karena kebutuhan dasar seperti infrastruktur jalan tak kunjung diperbaiki. Rasa frustasi, kecewa, bahkan marah kerap muncul dari kondisi yang tak kunjung membaik ini.

Yang paling mengkhawatirkan adalah risiko di saat darurat. Ketika ambulans, mobil pemadam kebakaran, atau kendaraan darurat lainnya harus melintas di jalan rusak, keterlambatan bisa berujung pada kehilangan nyawa atau kerugian besar. Ini menunjukkan bahwa persoalan jalan rusak bukan hal sepele, tapi juga menyentuh banyak aspek kehidupan dan membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak, terutama pemerintah daerah.

Dalam negara yang benar-benar menerapkan prinsip-prinsip Islam secara menyeluruh—termasuk dalam kepemimpinan dan pelayanan publik—hal-hal seperti jalan rusak yang dibiarkan bertahun-tahun tidak akan terjadi.

Dalam sistem Islam, pemimpin adalah Pelayan Rakyat Seorang pemimpin dipandang sebagai “ra’in” (penggembala) yang bertanggung jawab penuh terhadap rakyatnya.

Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari & Muslim).

Islam memprioritaskan kemaslahatan umum. Infrastruktur, keamanan, dan kebutuhan dasar rakyat menjadi prioritas utama. Tidak boleh ada pembiaran jika satu wilayah mengalami kerusakan atau ketimpangan.

Syariat Islam menjadikan pemimpin harus amanah dan siap diawasi oleh rakyat. Dalam sejarah Islam, banyak kisah di mana khalifah atau pejabat turun langsung ke jalan memantau kondisi rakyat—bukan hanya duduk di kantor dengan ruangan ber-AC.

Selain itu, harus cepat tanggap dan preventif. Islam mengajarkan prinsip dar’ul mafasid (mencegah kerusakan). Jika jalan rusak dibiarkan hingga menimbulkan bahaya (kecelakaan, kematian), maka penguasa berdosa karena lalai. Dalam konteks jalan rusak, negara dalam sistem Islam akan melakukan pengecekan rutin terhadap infrastruktur, menangani kerusakan kecil sebelum menjadi besar, menjaga fasilitas agar awet dan berkualitas, dan tak akan segan memberikan sanksi bagi pejabat, kontraktor, atau siapapun yang abai dan menyebabkan kerugian atau bahaya.

Terakhir, negara tidak boleh membiarkan rakyat terancam keselamatannya karena jalan rusak atau infrastruktur buruk termasuk bentuk kezaliman, yang dalam Islam sangat dilarang.

Begitulah sistem Islam, sangat melindungi, mengurusi dan menjaga rakyat, serta tidak akan tinggal diam ketika ada sesuatu yang tidak semestinya terjadi, termasuk jalan rusak bertahun-tahun diperbaiki dengan tambal sulam atau bahkan dibiarkan begitu saja.

Masya Allah, Islam bukan sekadar agama ibadah ritual, tapi juga sistem hidup yang benar-benar mengatur dan menjaga umat dari segala sisi—ekonomi, sosial, politik, hukum, keadilan, kesejahteraan umat, bahkan hal “kecil” seperti jalan rusak pun masuk dalam perhatian syariat.

Kalau pemimpinnya takut kepada Allah dan menjadikan rakyat sebagai amanah, bukan komoditas, maka kesejahteraan bukan sekadar slogan. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, bersabda:

“Imam (pemimpin) adalah pengurus dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya, setiap keputusan yang pemimpin ambil akan dimintai pertanggungjawaban, bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Itulah yang membuat sistem Islam begitu kuat dalam meri’ayah—karena akarnya adalah keimanan dan ketakwaan, bukan ambisi kekuasaan. [WE/IK].

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 11

Comment here