Oleh Hj. Lathifah M.L., SE
PT Pertamina (Persero) akan meluncurkan bahan bakar minyak (BBM) Bioetanol pada Juni 2023. BBM jenis ini merupakan campuran antara BBM konvensional dengan nabati etanol yang berasal dari produk sampingan tebu. BBM bioetanol akan diluncurkan setelah melalui berbagai uji coba (pontianak.tribunnews.com. 12/06/2023).
Peluncuran BBM bioetanol ini sejalan dengan tujuan pemerintah untuk mengurangi ketergantungan minyak berbahan baku fosil. Adapun produk sampingan tebu yang digunakan untuk campuran bensin bioetanol ini merupakan hasil produksi anak usaha PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Grup yakni PT Energi Agro Nusantara.
Guna mendorong percepatan pemenuhan bioetanol berbasis tebu, Presiden RI Joko Widodo telah meluncurkan program bioetanol tebu untuk ketahanan energi pada November 2022, saat kunjungan kerja di pabrik bioetanol PT Energi Agro Nusantara, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Dalam kesempatan tersebut, Jokowi mengharapkan program bioetanol agar terus diakselerasi, mulai dari bioetanol 5 persen (E5) pada BBM kemudian meningkat E10, E20, dan seterusnya.
Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting, bahan bakar tersebut tidak akan menggantikan produk BBM yang sudah berada di pasaran. Sehingga masyarakat yang biasa menggunakan Pertalite atau Pertamax tidak perlu khawatir bakal dihilangkan atau disubsitusi oleh perseroan. “Bioetanol itu nanti di atas Pertamax dan di bawah Pertamax Turbo,” ucap Irto, Rabu 7 Juni 2023.
Sebagai salah satu langkah transisi energi guna mewujudkan kemandirian energi Indonesia di samping menurunkan karbon emisi, pemerintah akan meluncurkan bioetanol pada bulan ini.
Uniknya, harga BBM jenis bioetanol ini akan dipatok pemerintah diatas harga BBM jenis pertamax. Hingga, muncul pertanyaan, ketika rakyat justru terbebani dengan harga BBM yang lebih mahal ini, apa keuntungan yang didapat rakyat?. Jika bukan rakyat yang diuntungkan, maka untuk siapa kebijakan ini dibuat?. Terlebih, kita pun pernah membuat proyek bioetanol dengan sumber bijih jarak yang berakhir mangkrak. Apakah kali ini akan berbeda?, Atau justru mengulang kegagalan serupa?.
Belum lagi ketika berbicara sumber bioetanol untuk BBM ini adalah produk samping tebu, yang ironisnya Indonesia justru masih menjadi negara pengimpor gula terbesar di dunia untuk konsumsi dalam negeri dan kebutuhan industri.
Maka, bisa kita katakan bahwa pengelolaan negara ini menggunakan cara pandang sekuler dan liberal. Cara pandangnya bukan lagi kepada pelayanan rakyat, tetapi sudah ditunggangi kepentingan bisnis. Hubungan pemerintah yang seharusnya melayani rakyat, melindungi rakyat, mencerdaskan rakyat, menyejahterakan rakyat berubah menjadi melayani kepentingan oligarki untuk kepentingan bisnis mereka.
Islam memandang energi adalah harta milik umum sehingga pengelolaannya harus dilakukan oleh negara dan hasilnya dikembalikan sepenuhnya kepada rakyat. Rasulullah SAW bersabda “Manusia berserikat dalam tiga hal yaitu padang rumput, air dan api” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Ketika Islam memandang sumber daya energi sebagai harta milik umum, maka khalifah yang bertanggung jawab dalam pengelolaannya. Khalifah sebagai pemegang mandat kekuasaan tidak memiliki kewenangan menyerahkannya kepada korporasi.
Pengelolaan sumber daya energi yang dilakukan oleh Khalifah secara langsung dan mandiri menyebabkan semua yang diproduksi sepenuhnya milik rakyat dan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat secara murah bahkan gratis.
Views: 7
Comment here