Oleh : Hasna Huseini, S.Kom.
wacana-edukasi.com — Menikah sunnah Rasulullah Saw. Menikah menyempurnakan ibadah. Selain itu, dilamar pria salih juga impian setiap wanita. Terlebih umur sudah pantas untuk dilamar dibawa ke pelaminan. Tapi jangan galau, jika memang jodoh belum jua datang. Karena menikah itu bukan secepatnya tapi setepatnya, tepat orangnya, dan tepat waktunya.
Jodoh itu kita tidak tahu dari mana datangnya. Ingat waktu menunggu si jodoh datang berdoa kepada Allah Swt. agar yang menjadi teman hidupku kelak yang satu suku saja, biar kalau memasak tidak terlalu repot mikirin mau masak apa. Karena kalau satu aliran seleranya sama. Ternyata yang datang adalah dari suku yang berbeda. Selera dan kebiasaan yang berlainan, bagaikan langit dan bumi. Itulah jodoh sungguh sebuah misteri dalam kehidupan.
Apa nih yang teman-teman pikirkan? Kalau saya dulu bayangin yang indah-indahnya saja tuh. Padahal ketika akad itu sudah sah, maka kehidupan barupun dimulai. Walaupun sudah halal bukan berarti bebas dari masalah. Sehingga sebelum ijab itu terucap, banyak yang harus dipersiapkan. Yuk! sembari memantaskan diri menunggu kehadirannya (jodoh) datang, kita siapkan senjata sebelum bertempur. Berikut ini beberapa tips, persiapan yang dilakukan sebelum menikah :
Pertama, Mengkaji Islam.
Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Mempelajari islam secara mendalam adalah pondasi untuk berjalan dibumi ini sesuai perintah Allah Swt. Begitu pula pernikahan untuk menyempurnakan ibadah. Bukankah ibadah tanpa ilmu bagaikan orang yang berjalan tanpa penuntun? Seperti kata Ibnul Qayyim rahimahullah, “Orang yang beramal tanpa ilmu bagai orang yang berjalan tanpa ada penuntun. Sudah dimaklumi bahwa orang yang berjalan tanpa penuntun akan mendapatkan kesulitan dan sulit untuk selamat. Taruhlah ia bisa selamat, namun itu jarang. Menurut orang yang berakal, ia tetap saja tidak dipuji bahkan dapat celaan.”
Sehingga ketika ingin selamat sampai tujuan sudah seharusnya kita membekali diri ini dengan ilmu agama, lagi pula kalau bukan keluarga islam lalu rumah tangga seperti apa yang kita idamankan. Jadi, tidak ada pilihan lain selain belajar Islam. Dengan belajar Islam secara mendalam akan menyadarkan dan membimbing kita dalam menjalani hidup. Pun ini sangat penting untuk menjalani bahterai rumah tangga. Terlebih seorang suami yang akan menjadi nahkoda dalam rumah tangga. Harus punya pondasi dasar ini sehingga ia bisa menuntut istri dan anak-anaknya kejalan yang diridai Allah Swt.
Kedua, Visi dan Misi. Untuk safar ke luar kota saja kita butuh rencana dan persiapan yang matang. Apalagi ini menempuh perjalanan dengan komitmen seumur hidup, sudah pasti persiapannya akan lebih. Ibaratnya ketika kita ingin membangun sebuah rumah, apa nih yang akan kita pertimbangkan atau kita pikirkan terlebih dahulu? Apakah kita akan membeli bahan bangunannya? Sementara denah bangunannya saja belum dirancang. Begitupun dalam membangun rumah tangga harus ada desain visi misinya. Rancangan visi misi itu harus merujuk kepada Al-qur’an dan sunah. So, sebelum menikah ada baiknya luruskan niat dan buatlah visi misi pernikahan. Karena ini sangatlah penting sebelum berjalan terlalu jauh.
Ketiga, Persiapkan Ilmu Rumah Tangga.
Ilmu pernikahan memang tidak ada dapati disekolah tetapi ini sangatlah penting. Pun seandainya ada universitas jurusan ilmu rumah tangga bisa dipastikan tidak akan tuntas dibahas delapan semester. Karena proses belajarnya seumur hidup. Lalu apakah kita langsung terjun saja nih tanpa ilmu? Jangan iya jangan. Jangan ngebayangkan indahnya haney moon saja. Karena setelahnya akan banyak hal-hal yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Mulai dari hal yang kecil hingga hal besar, mulai dari masalah si doi hingga urusan dapur.
Selain memperbanyak membaca buku terkait pernikahan atau ikut kajian pra nikah, konseling pra-nikah menjadi asupan dasar untuk calon pengantin. Hal ini menjadi penting karena saat konseling kita akan mendapatkan bekal terkait urusan pernikahan dan rumah tangga. Tidak perlu bingung harus belajar dimana karena di era milenial ini sudah banyak menyediakan kelas pra nikah, mulai dari offline maupun online.
Keempat, Bekali Ilmu Parenting. Walau ini bagian dari ilmu pernikahan, tetapi terkadang ada yang merasa bahwa ini terlalu dini untuk dipelajari. Padahal ilmu parenting ini wajib bagi kita untuk menyongsong pernikahan. Iya … Ilmu tentang mengasuh, membimbing, serta mendidik anak dengan cara baik dan benar tentunya sesuai dengan syariat Islam. Lah repot banget iya? Ngak repot sih… he..he bukankah jika kita ingin memiliki generasi emas, diawali dengan orang tua yang hebat?
Nah.. ilmu yang disiapkan pertama kali adalah kesiapan kita untuk menjadi orang tua. jangan sampai kita menjadi orang tua karena terlanjur punya anak. So, bekali diri dengan ilmu parenting sebelum akad itu sah. Karena selain menikah adalah sunah, melestarikan keturunan salah satu tujuan pernikahan dan Rasulullah Saw. bangga dengan banyaknya ummatnya. “Menikah adalah sunnahku, barangsiapa yang tidak mengamalkan sunnahku, bukan bagian dariku. Maka menikahlah kalian, karena aku bangga dengan banyaknya umatku (di hari kiamat).” (HR. Ibnu Majah)
Kelima, Cooking Science. Walau tugas seorang wanita setelah akad itu sah hanyalah taat. Namun, taat itu dalam lingkup luas. Taat selagi tidak bertentangan dengan syariat. Nah.. kalau disuruh masak iya tetap harus masak. Istri saliha kan harus patuh, ditambah lagi ingin menyenangkan suami dan pastinya ingin menjadi istri idaman. Iya, istri idaman itu bukan hanya saliha tapi harus pintar dandan dan juga bisa masak.
Masakan yang enak bisa menjadi salah satu perekat cinta seorang suami kepada istri. Selain itu, memasak bisa untuk ajang meraih pahala, ternyata banyak loh ganjaran yang didapatkan ketika kita mengeluarkan peluh keringat untuk membahagiakan pasangan. Seperti kisah yang diriwayatkan Anas bin Malik tentang putri Nabi Saw. Fatimah Az-Zahrah menangis ketika menumbuk gandum yang akhirnya Rosulullah memberi nasehat “Wahai Fatimah, tiada istri yang menggiling gandum untuk suami dan anaknya kecuali Allah swt mencatatkan kebaikan baginya pada setiap biji dari gandum, meleburkan dosa-nya, dan meninggikan derajat-nya.”
Sehingga tidak ada salahnya sebelum akad itu tiba, kita membenahi diri dengan ilmu, termasuk ilmu perdapuran.
Keenam, Siap Menjadi Ibu Rumah Tangga Tulen. Bagi sebagian wanita, pasti pernah bermimpi jika nanti sudah menikah tetap ingin berkarir di luar rumah. Sama halnya dengan prinsip saya dulu, walaupun sudah nikah wanita itu harus berkarir dan punya penghasilan sendiri. Sehingga bisa berbagi dengan orang tua tanpa harus izin lagi kesuami. Lebih alpa lagi, agar suami tidak menganggap remeh terhadap istri. Tetapi ini pemahaman yang keliru iya dear jangan ditiru. Karena wanita itu memang tugas utamanya dirumah mengurus suami dan anak-anaknya. Jikapun memang terpaksa bekerja diluar rumah karena memang sebuah keharusan, perlu izin suami dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Karena bekerja bagi seorang wanita hukumnya mubah (boleh).
Nah .. ketika kelak suami perintahkan untuk tetap dirumah menjadi ibu rumah tangga tulen, jangan anggap bahwa ini mimpi buruk atau menganggap diri tiada berguna. Jangan minder dengan mereka yang tetap bisa berkarir diluar rumah. Karena setelah menikah jihad seorang wanita adalah dirumahnya. Dengan menjadi istri yang taat pada suami dan madrasah pertama bagi anak-anaknya. Selagi suami tetap berusaha atau bekerja Insyaa Allah akan ada rezekinya. Kita sebagi istri yang penting tetap qonaah (merasa cukup).
Ketujuh, Menulis Impian. Menuliskan semua harapan, impian, keinginan, yang hendak dicapai atau target dalam berumah tangga. Ikatlah semua harapan itu dengan menulisnya. Kelak akan menjadi alaram bagi kita, apa saja yang belum tercapai. Pun bisa sebagai pengingat kala kita berbelok kearah yang salah. Bisa menuliskan tentang pengasuhan ataupun aturan dalam rumah tangga karena setiap orang pasti berbeda sudut pandangnya. Sehingga standar hidupnya pun berbeda pula.
Wallahu’alam bishshawab.
Views: 91
Comment here