Oleh : Ummu Utsman
wacana-edukasi.com– Seorang dokter asal Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, harus meregang nyawa saat ditangkap Densus 88 Antiteror. Dokter Sunardi. Dokter yang dikenal baik hati dan memiliki jiwa sosial yang tinggi ini menjadi korban betapa kejamnya aksi detasemen khusus (Densus 88) yang seolah-olah sudah menjadi mesin pembantai umat Islam dengan dalih terlibat jaringan teroris, padahal masih berstatus terduga.
Penangkapan tragis yang berujung penembakan hingga menewaskan nyawa ini memunculkan polemik dan kecaman dari berbagai pihak.
Wasekjen PA 212 Novel Bamukmin menilai gerakan Densus 88 saat ini memang sengaja menyasar umat Islam dan membantainya dengan dalih terlibat jaringan teroris. Novel mengungkapkan, Densus 88 hanya berani ke terduga teroris. Itu berbeda dengan teroris OPM di Papua yang selama ini terus membantai anggota TNI. Bahkan yang terbaru 8 orang sipil menjadi korban penembakan teroris OPM (Fajar.co.id).
Anggota DPR RI Fadli Zon dalam twitternya mengatakan bahwa kasus ini merupakan praktik kebiadaban. Seharusnya yang dipraktikkan semua warga negara adalah sila kedua Pancasila yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, tapi praktiknya Kebiadaban yang tidak Adil tanpa Kemanusiaan,” tulis Fadli di akun Twitternya @fadlizon
Kecaman lain datang dari Profesor Zubairi Djoerban, selain mengungkap duka cita yang mendalam atas meninggalnya dokter Sunardi, beliau mengungkap bahwa ini merupakan peristiwa yang amat kelam dan melukai semua orang yang percaya serta berharap pada keadilan.
Duka mendalam tentu juga dirasakan oleh seluruh kaum muslim, pasalnya darah dan jiwa seorang muslim itu sangat berharga. Allah SWT berfirman dalam surat Al Maidah ayat 32 yang artinya :
“Siapa saja yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia.“
Peristiwa ini bukanlah kali pertama terjadi, Pengamat terorisme, Haris Abu Ulya, mengatakan, selama ini masyarakat sudah mengindikasi adanya tindakan yang tidak sesuai oleh Densus 88. “Kalau Densus mau jujur buka data, setidaknya ada 120-an orang yang tewas dalam operasi terorisme di luar pengadilan,” kata dia kepada Republika.co.id, Ahad (13/3).
Bilangan angka yang sangat fantastis. Banyak pihak yang menilai tindakan densus 88 ini tidak transparan dan tidak akuntabel. Haruskah kita diam menyaksikan ketidakadilan dan kedzoliman yang terus merajalela ini? Semestinya kaum muslimin tidak boleh diam.
Hati-Hati Propaganda Sesat.
Kaum muslim harus cerdas menangkap sebuah peristiwa dan menyikapi dengan sudut pandang Islam. Tidak boleh terjebak dan terseret arus propaganda yang sengaja diciptakan seolah-olah kaum muslim adalah orang yang tertuduh.
Negara ini adalah negara hukum, dan tugas polisi adalah menegakkan hukum. Dalam hukum itu sendiri terdapat asas presumption of innocence atau asas Praduga Tak Bersalah, yaitu asas di mana seseorang dianggap tidak bersalah hingga pengadilan menyatakannya bersalah. Semisal memang terjadi pelanggaran hukum oleh terduga, masih ada proses hukum sesuai ketentuan pidana yang berlaku.
Proses hukum merupakan cerminan dari asas praduga tak bersalah dan memberikan kesempatan bagi pihak yang dituduh untuk melakukan pembelaan secara adil dan berimbang (due process of law).
Sebagaimana pandangan hukum Ketua LBH Pelita Umat Chandra Purna Irawan, “Sekalipun polisi diberi kewenangan untuk menembak dari peraturan Kapolri, namun bukan berarti bebas menembak sampai mati. Terduga itu tidak untuk dimatikan, tapi dilumpuhkan,” ujar Chandra, pada Ahad (13/3/2022) seperti dilansir Republika.co.id.
Sementara itu, Kuasa hukum Sunardi sekaligus anggota tim advokasi Islamic Study and Action Center (ISAC) Endro Sudarsono menyampaikan kejanggalan Densus 88 saat mencoba menangkap Sunardi di jalan pada malam hari. Ia mempertanyakan mengapa penangkapan dilakukan di jalan? Jika penangkapan dilakukan di rumah tidak akan terjadi peristiwa yang berujung kematian.
Lebih lanjut pihaknya akan mengadukan persoalan ini ke Komnas HAM, Komisi III DPR, hingga Kompolnas. Dia mau agar penangkapan berujung kematian ini bisa diinvestigasi (Viva.co.id).
Sungguh, tindakan represif dan kezaliman ini harus segera dihentikan agar tidak ada lagi korban berjatuhan dengan tuduhan terduga teroris. Jika dibiarkan berlarut larut, akan berjatuhan korban umat Islam lainnya di tangan Densus 88. Faktanya, amat mustahil mendapatkan keadilan di negeri ini.
Dari kasus ini patut diduga bahwa ini adalah agenda Barat dalam rangka pelabelan terorisme kepada umat Islam dan upaya menghabisi kaum muslimin. Tuduhan terorisme terus digencarkan kepada umat Islam sebagai pembunuhan karakter kaum Muslim dan menggaungkan islamophobia.
Barat akan terus menghadang perjuangan Islam dengan mengintensifkan isu terorisme di setiap negeri muslim. Oleh sebab itu, umat Islam harus menyadari dan tentunya memihak pada Islam dan ajaran-ajarannya.
Dari sini umat semestinya paham, bahwa bahaya yang mengancam sesungguhnya bukan datang dari Islam. Buruknya kondisi yang mereka hadapi sekarang justru diakibatkan karena sistem kapitalisme, serta hadirnya para penguasa dan antek-anteknya yang menyukseskan agenda penjajahan. Umat pun semestinya paham bahwa Islam merupakan satu-satunya jalan keselamatan. Tidak ada yang lain selain Islam. Karena Islam adalah sistem hidup yang memberikan solusi bagi seluruh problem kehidupan. Aturannya dipastikan akan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Maka kaum Muslim jangan terjebak propaganda sesat melawan Islam. Termasuk dengan munculnya narasi terorisme yang terus ditujukan untuk memojokkan Islam. Juga narasi lain yang di-setting untuk menjauhkan umat dari keinginan kembali hidup dalam sistem Islam. Islam tak diperjuangkan melalui jalan kekerasan. Karenanya terorisme jelas bukan dari Islam dan bukan jalan menegakkan Islam. Ini adalah fitnah keji demi menghadang kebangkitan Islam sekaligus melanggengkan agenda penjajahan.
Kini, saatnya kaum Muslim bangkit dengan Islam. Saatnya umat berjalan bersama di atas thoriqoh dakwah Rasulullah SAW. Yakni mereka yang konsisten melakukan pembinaan tanpa kekerasan, mengukuhkan akidah umat, dan memahamkan mereka dengan syariat Islam secara kafah. Umat tak boleh gentar dengan narasi buruk tentang Islam. Apalagi ikut-ikutan menyingkirkan Islam dan menjauhi perjuangannya. Karena justru di sanalah jalan keluar dari semua keburukan yang menimpa mereka. Sekaligus kunci kembalinya kemuliaan mereka di hadapan umat manusia.
Wallahu a’lam bis shawab
Views: 10
Comment here