Opini

Sekularisme Hancurkan Generasi Gemilang

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Sherlina Dwi Ariyanti, A.Md.Farm.
(Aktivis Dakwah Remaja)

wacana-edukasi.com, OPINI– Belakangan kita menyaksikan beberapa kasus kriminal di beberapa daerah yang dilakukan oleh kalangan pemuda. Sekitar pukul 01.30 WIB, pada Minggu 19 Maret 2023 dini hari di Kabupaten Probolinggo terjadi pembacokan kepada seorang laki-laki berusia 19 tahun yang merupakan mahasiswa bernama Rio Zamzami.

Dilansir dari tvonenews.com (24/03/2023) pembacokan ini dilakukan oleh tiga orang pemuda yaitu Ferdyanto (21), Gangsar (20) dan Tito, yang merupakan pelaku utama dari peristiwa tersebut. Ketiganya sudah ditetapkan sebagai tersangka, mereka berasal dari Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo

Pasalnya, motif pembacokan ini dikarenakan pelaku tersinggung atas sikap korban. Dimana korban memblayer dan mendahului para pelaku di saat mengendarai motor. Menurut tvonenews.com (24/03/2023) bahwa pelaku sedang berada dalam kondisi mabuk karena usai melakukan pesta miras. Kondisi yang cukup mengiris hati, dampak dari perbuatan mereka selain merugikan orang lain, mereka sendiri mengalami kerugian yang sangat besar yaitu masa mudanya harus mendekam di penjara.

Pemuda adalah harapan dari suatu bangsa. Dilansir dari laman kementerian keuangan RI (31/10/2021) bahwa pemuda adalah tonggak bagi kemajuan dan pembangunan bangsa. Generasi muda menjadi komponen penting yang perlu dilibatkan dalam pembangunan sebuah bangsa. Hal ini dikarenakan generasi muda memiliki fisik yang kuat, pengetahuan yang baru, inovatif dan juga memiliki tingkat kreatifitas yang tinggi. Tanpa adanya peran pemuda sebuah bangsa akan sulit mengalami perubahan.

Fakta yang tidak bisa dihilangkan di depan mata adalah kerusakan generasi muda saat ini. Kasus di atas bukanlah yang pertama atau satu-satunya. Aktivitas yang rusak dari generasi muda saat ini bukan terjadi begitu saja, melainkan karena kerusakan peraturan kehidupan pemuda. Fakta menunjukkan bahwa aktivitas pemuda saat ini berkiblat kepada barat. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada generasi muda terutama melalui media sosial.

Dilansir dari muslimahnews.net (17/12/2022) menjelaskan bahwa kerusakan generasi di negeri ini terjadi melalui propaganda moderasi beragama, deradikalisasi sebagai bentuk islamophobia, invasi pemikiran sekularisasi dan liberalisasi menghasilkan permisivisme (free sex, L687QI), hedonisme, konsumtivisme (fenomena CFW), dan premanisme (narkoba, tawuran, aborsi, bulliying, dan lain-lain). Dalih hak asasi menyebabkan propaganda ini bebas tayang di sosial media dan mudah diakses oleh pemuda. Bahkan yang membuat konten tersebut juga bangga atas tindakannya. Hal ini jelas mempengaruhi pola pikir pemuda saat ini dan mempengaruhi pemuda dalam beraktivitas.

Sangat jelas, konten yang dipropagandakan berasal dari barat sebagai inisiator pemikiran dan gerakan tersebut untuk disebarkan di tengah pemuda negeri ini. Informasi yang diterima oleh pemuda saat ini sangat berpengaruh besar pada aktivitas pemuda. Ketika sebuah kekerasan dinormalisasi untuk tayang di media sosial maka wajar kepribadian pemuda saat ini sangat identik dengan kekerasan dan kehilangan rasa kemanusiaan.

Islam begitu mencintai generasi muda. Dilansir dari Umma.id potret dari pemuda muslim pada masa Rasulullah hidup sekalipun hanya sebagian yang termuat karena terlalu banyak pemuda muslim luar biasa. Salah satunya Usamah bin Zaid. Usianya 18 tahun. Namun ia mampu memimpin para anggotanya untuk menghadapi pasukan terbesar dan terkuat pada masa itu. Yang mana anggotanya adalah para pembesar sahabat, seperti Abu Bakar dan Umar. Selain itu ada Al Arqam bin Abi Arqam. Saat usianya 16 tahun, ia menjadikan rumahnya sebagai dakwah Rasulullah SAW selama 13 tahun berturut-turut.

Terlahirnya generasi muslim yang hebat bukan semata-mata karena takdir, melainkan ini bukti sempurnanya Islam sebagai pengaturan yang turun dari Allah dalam mendidik generasi. Tak berhenti di masa Rasulullah, kegemilangan generasi muslim terus berlanjut di masa Kekhilafahan seusai Rasulullah wafat. Salah satunya di saat masa Kekhalifahan Turki Utsmani. Dimana Muhammad Al-Fatih pemuda penakluk Konstantinopel melanjutkan kepemimpinan sang ayah. Beliau di usia 14 tahun, sudah hafal Al-Qur’an dan menguasai 6 bahasa dunia. Selain ketaqwaan yang luar biasa beliau ahli taktik militer, rajin ibadah, bahkan tak pernah meninggalkan salat malam dan rawatibnya.

Terlahirnya pemuda-pemuda di atas karena diterapkan Islam dalam mendidik. Pendidikan tersebut dilakukan sesuai dengan Islam. Dilansir dari mediaumat.id (09/08/2017) islam begitu rinci dalam memberikan pengaturan pendidikan generasi. Dimulai dari pendidikan usia dini, di mana anak ditanamkan akidah untuk membentuk keimanan kepada Allah, mengenal Al-Qur’an dan menjelaskan hukum-hukum syara’ dalam kehidupan. Hal ini dilakukan karena pada anak usia dini mudah sekali terbentuk sehingga penting untuk menanamkan ketaatan sejak usia dini. Dengan ketaatan kepada Allah maka rasa kemanusiaan itu pasti akan dimiliki oleh generasi. Setelah memiliki pengetahuan yang kuat, maka Islam mengajarkan orang tua untuk mengajarkan anaknya berbuat sesuai dengan syariat seperti puasa, zakat, sholat, hingga berjihad. Seperti Abdullah bin Zubair sudah diajak berperang oleh ayahnya saat usianya masih 8 tahun. Dia dibonceng di belakang ayahnya di atas kuda yang sama. Agar anak memahami bagaimana aktivitas ketaatan dalam Islam dan dicontohkan oleh orang tua.

Setelah Pendidikan pribadi, dalam Islam peran kondisi masyarakat sangat diperhatikan. Ditulis oleh Ustadz Hafidz Abdurrahman dilaman mediaumat.id bahwa kehidupan yang bersih dalam membentuk generasi. Dalam tulisan beliau menjelaskan bagaimana sistem khilafah menjamin keamanan dan kebersihan kehidupan masyarakat. Mulai dari pengaturan aktivitas pemudanya yang jauh dari hedonisme, miras, ataupun narkoba begitu diatur ketat karena berkaitan dengan syara’. Selain itu dalam sistem khilafah juga sangat jelas dalam menjaga kehormatan pemuda dan pemudi muslim. Tidak ada aktivitas ikhtilat. Semua memiliki kesibukan masing-masing sesuai fitrahnya. Dengan bermodal pola pikir dan pola sikap Islam maka pada masa khilafah hanya keamanan yang dirasakan oleh pemuda-pemudi muslim atas segala penerapan hukum Islam. Rasa kemanusiaan juga akan dimiliki oleh seluruh generasi karena mereka jauh dari pola pikir yang buruk.

Aktivitas dari pemuda-pemudi muslim semua hanya diorientasikan untuk ketaatan kepada Allah. Pengetahuan sains dan teknologi juga begitu difasilitasi oleh negara sehingga pemuda-pemudi muslim bahkan non muslimpun memiliki fasilitas pendidikan yang sama untuk mendapatkan pengetahuan. Namun untuk pemuda muslim yang memang sudah terwujud kepribadian Islam maka segala pengetahuannya hanya ditujukan untuk menyebarkan Islam kepada seluruh penjuru negeri. Begitu gemilangnya sistem dalam Islam. Sangat disayangkan ketika sistem ini tidak diterapkan di tengah kehidupan umat muslim saat ini. Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 19

Comment here