Surat Pembaca

Sekularisme, Mematikan Naluri Ibu

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Putri

Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Nasib pilu dialami seorang remaja perempuan di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Dia dicabuli kepala sekolahnya berinisial J (41) yang juga seorang PNS. Mirisnya, pencabulan ini disetujui dan diketahui ibu kandungnya yang juga seorang PNS berinisial E.

Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti, mengatakan kepala sekolah dan ibu korban telah diamankan polisi. Kasus ini pertama kali dilaporkan ke polisi pada 26 Agustus lalu. Widiarti menuturkan, kasus ini terungkap saat ayah korban mendapat informasi bahwa anaknya diantarkan ibunya ke rumah kepala sekolah. Di sana korban dicabuli kepala sekolah.

Dia menambahkan, ibu korban menyetujui pencabulan itu dengan alasan untuk ritual penyucian diri. Tak dijelaskan ritual apa yang mereka jalani. Ritual menyucikan diri hanya dijadikan dalih untuk menutupi perselingkuhan antara ibu korban dan pelaku. (Kumparan NEWS 01/09/2024)

Ibu yang seharusnya menjadi pendidik utama dan pertama justru melakukan kekejian luar biasa. Ini menunjukkan matinya naluri keibuan nyata adanya, dan menambah panjang deretan potret buram rusaknya pribadi ibu dan rusaknya masyarakat.

Fenomena ini menunjukkan adanya persoalan sistemis dan bukti kegagalan sistem yang diterapkan. Penerapan sistem sekuler kapitalisme saat ini berdampak pada kehidupan sosial masyarakat. Seorang ibu yang rela menjual anaknya ke selingkuhannya adalah bukti nyata betapa kebobrokan moral akibat kehidupan sekuler sudah sangat parah. Sistem sekuler kapitalisme telah menjauhkan individu dari ketaatan kepada Allah Taala. Alhasil, tujuan hidup hanya untuk memenuhi hasrat materi dan hawa nafsu.

Sistem sekuler kapitalisme menjamin kebebasan berperilaku yang mendorong seseorang berbuat sesuka hatinya. Dalam sistem ini, manusia diberi kebebasan berperilaku dan berekspresi sesuai keinginannya selama tidak mengganggu hak/privasi orang lain. Sehingga lahirlah perilaku bebas tanpa batas, semisal pacaran, zina, berinteraksi dengan lawan jenis tanpa aturan.

Sistem pendidikan berbasis sekularisme yang di gunakan juga tidak akan membawa kebaikan. Oknum ibu dan kepsek yang menjadi tersangka itu juga merupakan produk pendidikan sekuler yang sudah mengakar dalam sistem pendidikan hari ini. Karena porsi pendidikan agama dalam kurikulum pendidikan sebatas materi pelengkap, bukan menjadi landasan dan pedoman dalam melakukan perbuatan. Sedangkan dari sudut pandang peserta didik, anak-anak hanya diajarkan cara menjadi individu sukses dengan meraih materi sebanyak-banyaknya. Inilah di antara dampak kapitalisme.

Selain itu sistem sanksi bagi pelaku asusila dan zina yang diberlakukan hari ini tidak memberi efek jera. Akibatnya, perbuatan asusila dan zina merebak di mana-mana.

Berbeda sekali dengan Sistem Islam. Islam menetapkan peran dan fungsi ibu, yaitu sebagai pendidik yang pertama dan utama. Seorang ibu wajib mendidik anaknya dengan menanamkan akidah Islam yang kuat dan membiasakan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Oleh karenanya, para ibu dan calon ibu wajib membekali diri mereka dengan pemahaman Islam yang benar.

Islam juga menyediakan adanya supporting sistem untuk para ibu baik di ranah domestik maupun di tempat kerja. Support system tersebut adalah negara sebagai penjaga dan pelindung rakyat. negara tidak akan membebani para ibu dengan permasalahan ekonomi. Negara akan menjamin pemenuhan kebutuhan dasar dengan memudahkan para ayah dalam mencari nafkah.

Kesempurnaan sistem Islam tampak dari Sistem Pendidikan yang membentuk kepribadian Islam, sistem sanksi dan juga sistem lain yang mampu menjaga setiap individu dalam kebailkan, ketaatan dan keberkahan Allah.

Islam juga mewajibkan negara agar mampu menjaga fitrah ibu, dan anak juga manusia semuanya. Negara akan mendidik dan mengedukasi masyarakat agar senantiasa berbuat sesuai syariat Islam, tidak terlena dengan kenikmatan dunia, beramal untuk bekal akhirat, dan beramar makruf nahi mungkar terhadap kemaksiatan. Dan semua itu hanya akan terwujud dan terealisasi dalam naungan Daulah khilafah Islamiyyah.

Wallahu’alam bissawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here